Share

BAB 13

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ya Allah, ternyata Mas Baim memperkenalkan perempuan itu pada ibu," lirih Meira dengan mata berkaca.

"Tak mengapa jika dia memang mencintai perempuan lain, tapi aku berharap tak secepat ini. Di saat aku masih berusaha menata hati dan mencari tempat untuk berteduh, secepat itu dia memiliki tempat berlabuh. Aku benar-benar merasa tak berharga di matanya. Apakah Mas Baim sama sekali tak merasa bersalah sudah memperlakukanku dan Aldo seperti ini? Ya Allah teganya ...." Meira kembali menitikkan air mata.

[Hei, Meira. Aku yakin saat ini kamu mewek lagi. Aku kirim foto-foto itu biar kamu makin semangat untuk move on. Jangan menoleh ke belakang lagi karena itu tak ada gunanya. Bukan malah pengin lihat kamu mewek begini. Aku kenal kamu sejak lama, Mei. Aku tahu kamu berbeda dengan perempuan lain. Kamu itu kuat. Kejar mimpi dan bahagiamu di sana ya! Aku yakin di balik semua ini, Allah sudah mempersiapkan sesuatu yang indah untukmu dan Aldo. Ganbatte, Meira Althafunnisa! Salam sayang dan kecu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 13B

    Tak butuh waktu terlalu lama dari masjid besar di tepi jalan raya tadi, Meira dan Aldo sudah sampai di rumah Dina. Rumah khas pedesaan berbentuk Limas dengan beragam tanaman di halaman. Meira tersenyum tipis menatap rumah yang sebagain besar berbahan kayu itu. "Ini rumah kami, Mbak. Sederhana dan penuh kenangan, makanya ibu nggak mau mengubahnya menjadi rumah kekinian." Dina nyengir saat memarkirkan motornya di samping taman. "Malah enak, Din. Damai, nyaman dan tenang khas pedesaan." Lagi-lagi Dina tersenyum tipis lalu mengajak Meira dan Aldo masuk. Ibu tiba-tiba muncul di ambang pintu. Dengan ramahnya wanita lebih dari setengah abad itu memeluk Meira dan Aldo lalu mempersilakan mereka masuk ke ruang keluarga. "Buatkan teh hangat, Din. Ada susu kotak di kulkas, Aldo pasti mau ya?" Lasmi tersenyum tipis pada Aldo yang masih bergelayut manja di lengan bundanya. Tak membalas pertanyaan Lasmi, jagoan kecil itu mendongak ke arah bundanya lebih dulu. Setelah yakin jika sang bunda mengiz

    Last Updated : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 14

    Hening. Meira berusaha meredam debar dan getar di tangannya. Dia tak ingin Aldo tahu jika saat ini ayahnya menelepon. Meira benar-benar tak ingin menengok ke belakang lagi. Dia memutuskan untuk tak menghubungi Una sementara waktu. Jika perlu, Meira akan membeli nomor baru lagi agar suaminya tak bisa menemukannya. "Meira, kenapa?" Meira sedikit terjingkat saat Lasmi memegang pundaknya. "Eh, ibu. Ini telepon dari Una. Cuma tanya sudah sampai di sini apa belum." Meira tersenyum tipis berusaha menekan kegugupannya. "Oh begitu. Ya sudah ayo sarapan dulu. Kamu pasti sudah lapar kan?" Senyum wanita itu membuat hati Meira begitu tenang. Dia merasa mendapatkan pengganti bunda dalam hidupnya, tapi saat teringat Baim, mendadak ketakutannya muncul kembali. Meira takut jika Una diancam mantan suaminya itu lalu memberikan alamat Dina padanya. Meira tak ingin melibatkan Dina dan ibunya terlampau jauh. Mereka tak ingin terus merepotkan, karena itu pula sepertinya dia lebih memilih untuk mengontra

    Last Updated : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 14B

    "Mandi dan istirahat dulu ya, Al. Tante mau keluar sebentar sekalian antar nenek arisan. Pokoknya nanti sore kita jalan-jalan," ujar Dina sembari mengusap puncak kepala Aldo. Jagoan kecil itu pun mengiyakan."Ibu juga mau arisan sebentar ya, Mei. Kamu sama Aldo istirahat di kamar saja. Nggak lama kok, sebelum Dzuhur sudah pulang." Meira mengangguk lalu menyalami Lasmi sebagai tanda hormatnya. Aldo pun mengikuti. Dina melakukan hal yang sama. Dia menyalami Meira dan mencium punggung tangannya. Setelah mengucap salam, Lasmi meminta Meira untuk mengunci pintu utama saja bila takut ada tamu tak diundang. Sementara pintu belakang biasanya memang tak dikunci kalau siang hari. Tak membantah, Meira segera mengunci pintu lalu kembali ke kamar yang sudah disiapkan Lasmi dan Dina untuknya. Aldo buru-buru mengambil baju dari Una yang belum dicuci itu dari ransel dan membawanya ke kamar mandi. "Aldo mandi ya, Bun. Setelah itu mau istirahat biar nanti nggak kecapekan kalau diajak jalan-jalan Tan

    Last Updated : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 15

    [Tak ada yang perlu dijelaskan lagi. Sampai kapanpun aku tetap bilang, tak punya hubungan khusus dengan sahabatmu itu. Aku tak peduli kamu percaya atau tidak. Sepanjang apapun penjabaranku, toh kamu tak akan percaya dan terus curiga. Lantas apa gunanya membela? Ohya, kamu juga tak perlu minta maaf. Namun, jangan salahkan aku jika kelak menyesali keputusanmu saat ini. Aku sudah berusaha mengikhlaskan tuduhan selingkuhmu itu, meski terlalu sulit karena terlalu menyesakkan dada, tapi sudahlah. Detik ini, aku hanya ingin meniti masa depanku sendiri bersama Aldo. Jangan ganggu, maka aku juga tak akan mengganggumu. Selamat berbahagia dengan perempuan itu. Semoga dia tak merasakan kesakitan yang sama seperti yang kurasakan selama ini. Tak perlu mencariku jika kamu hanya ingin mencecar dan terus menyudutkanku tentang fitnah perselingkuhan itu!] Meira kembali mematikan handphonenya, membuka sim card lalu menyimpannya di dompet. Keputusannya sudah bulat untuk ganti nomor baru lagi. Sementara w

    Last Updated : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 15B

    "Maksudmu apa, Na?!" ulang Baim semakin tak mengerti."Masih nggak tahu juga?" Una tersenyum miring meremehkan. Baim bergeming. Dia tak membalas sepatah katapun pertanyaan Una. Baim benar-benar tak paham ke arah mana pembicaraan sahabat istrinya itu. "Jangan bertele-tele, katakan saja apa yang sebenarnya terjadi. Jangan sampai kamu memfitnah keluargaku hanya untuk membela sahabatmu, Na. Itu nggak adil!" "Kamu yang nggak adil! Tanpa tabayyun pada istrimu, kamu tega menalak dan mengusir ya begitu saja hanya karena pengakuan palsu keluargamu dan foto-foto ini! Memangnya kamu nggak mikir, Mas. Bagaimana kalau ternyata foto-foto ini dan pengakuan keluargamu sekadar fitnah? Aku yakin kamu akan menyesal seumur hidup karena sudah mempermainkan talakmu! Bukan begitu cara seorang suami untuk membuat jera istrinya. Bukan begitu cara lelaki yang bertanggungjawab mendidik istrinya. Seharusnya tanyakan dulu kebenarannya, cari bukti dan saksi yang benar. Jika memang Meira yang salah, kamu boleh me

    Last Updated : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 16

    "Pulang sana, Mas! Aku mau ke salon. Urus masalahmu sendiri dan jangan libatkan aku lagi!" usir Una begitu kesal. Baim bergeming, dia justru duduk kembali ke sofa ruang tamu rumah Una. "Isshhhh, mimpi apa aku semalam sampai ketemu kena teror laki-laki tak peka sepertimu pagi-pagi buta begini," gumam Una lagi. Bukan menggumam, tapi sengaja sedikit diperkeras agar Baim mendengar ocehannya. Namun, lagi-lagi Baim seolah tak peduli. Dia masih bergeming di tempat sembari menggoyang-goyangkan kedua kakinya karena tak sabar. Baim masih menunggu balasan dari Meira di nomor barunya. "Pantas saja dia nggak bisa dihubungi bahkan belasan pesanku nggak dibalas. Ternyata dia ganti nomor," lirih Baim tanpa menoleh. Una hanya mencebik. "Kalau aku jadi Meira, juga bakal melakukan hal yang sama. Buat apa dibalas kalau ujung-ujungnya cuma dituduh selingkuh. Apes banget jadi istrimu, Mas." Baim menoleh dengan mata membulat lebar. Namun, Una tak takut karena dia merasa benar. Lagipula, dia juga yakin j

    Last Updated : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 16B

    "Mbak, sudah lebih enak kan? Nggak terlalu capek?" tanya Dina saat Meira keluar dari kamarnya. Kedua perempuan itu saling lempar senyum lalu Meira mengangguk pelan. Dia melihat jam di dinding yang menunjuk angka sebelas siang. Cukup lama tidurnya, dua jam lebih. Aldo pun masih terlelap di ranjang. Dia tampak begitu lelah karena perjalanan pertamanya yang cukup panjang. Meira sengaja membiarkan anak lelakinya puas istirahat. "Makan siang, Mbak. Ibu bawakan pecel nih sama rempeyek." Dina membuka tudung saji dari anyaman rotan itu saat Meira sudah duduk di kursi makan bersamanya. Dina masih membuat es coklat di teko kecil lalu mengambil gorengan di piring. "Masih kenyang, Din. Masa baru bangun langsung suruh makan lagi." Meira tersenyum tipis. "Eh nggak apa-apa kali, Mbak. Mbak Meira nggak diet kan? Sudah langsing begini masa diet." Dina nyengir lagi lalu meneguk segelas es coklatnya. "Nggaklah, Din. Malah pengen nambah berat badan sekilo dua kilo biar ideal." "Itu juga sudah idea

    Last Updated : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 17

    "Kamu!" Meira menunjuk lelaki di hadapannya. Dia cukup kaget melihat laki-laki itu berada di teras rumah Dina detik ini."Mbak Meira?" ucapnya tak kalah kaget. "Kalian saling kenal?" Dina menatap Doni dan Meira bergantian. "Kenal tadi pagi. Kebetulan Mbak Meira ini istirahat di Masjid Annur. Makanya aku kenal. Kebetulan aku salah satu takmir masjid itu." Doni menjelaskan kebingungan Dina. Meira pun mengangguk pelan. "Oh, iya, tadi aku jemput Mbak Mei di sana. Memangnya tempat tinggal kamu di sekitar masjid itu, Mas? Bukannya waktu itu kamu bilang tak jauh dari sini ya?" tanya Meira lagi. "Iya, itu juga nggak terlalu jauh dari sini kan, Din." Doni meringis kecil sembari garuk-garuk kepala. "Jauh kali itu, dua puluh menitan." "Belum satu jam. Masih dekatlah." Doni tak mau kalah. Melihat dua orang saling berdebat di depannya, Meira berdehem pelan. Dina dan Doni pun saling tatap lalu sama-sama mengalihkan pandangannya pada Meira. "Eh, maaf, Mbak. Sampai lupa ada Mbak Mei di sini. T

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 114

    Dalam perjalanan pulang, Raka mampir ke toko kue. Dia membeli beberapa kue favorit istrinya. Hari ini sengaja pulang cepat karena Raka mendadak kangen dengan Meira. Tapi, saat masih mengantri di kasir, tiba-tiba handphonenya berdering. Nama Boy muncul di layar. Raka memang meminta Boy untuk menjaga Aldo dan Meira, memberikan informasi apapun tentang mereka saat di luar rumah karena tak ingin terjadi sesuatu hal buruk pada anak sambung dan istrinya itu. Biasanya Boy tak pernah menelepon atau memberi kabar tertentu, tapi kali dia mengirimkan beberapa foto Meira dan Aldo saat bertemu Baim di depan sekolah. [Bos, Ada Pak Baim di depan sekolah Mas Aldo. Sepertinya dia mau antar Bu Meira dan Mas Aldo pulang. Tapi tadi Bu Meira sempat menolak ajakannya.]Raka menatap layar handphonenya dengan wajah tegang. Meski dia tahu Meira dan Baim sepakat untuk sama-sama belajar menjadi orang tua yang baik bagi Aldo, membebaskan Baim bertemu dengan Aldo kapanpun dan berusaha memberikan kasih sayang ya

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 113

    Meira melirik jam mungil di tangannya, hadiah spesial dari sang suami tempo hari. Jarum jamenunjuk angka satu leboh sedikit. Meira baru saja menidurkan Dee di kamarnya lalu segera menuruni tangga karena sudah janji akan menjemput Aldo sore ini."Hari ini sama besok, Aldo mau dijemput bunda. Boleh, Bun?" pinta Aldo setelah sarapan pagi tadi. Tanpa menolak, Meira pun mengiyakan. Jarang sekali Aldo minta dijemput, mungkin dia sedang merindukan bundanya atau memang karena menjelang hari lahirnya jadi sedikit manja. Biasanya Meira juga sering jemput Aldo di sekolah sembari jalan-jalan dengan Dee, hanya saja akhir-akhir ini memang cukup sibuk. Ada beberapa hal yang harus dia kerjakan setelah sah menjadi istri Raka. Terlebih pasca kecelakaan beberapa hari lalu. "Mbak, tolong nanti sesekali cek Dee ya? Dia sudah tidur di kamar. Saya mau jemput Aldo dulu," ujar Meira sembari membenarkan letak kruknya. Pasca kecelakaan beberapa hari lalu, Meira memang belum sembuh total. Dia masih minta ban

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 112

    "Kenapa tegang begitu, Pa? Ada masalah?" tanya Sundari cemas saat suaminya melangkah tergesa ke luar rumah. "Papa mau keluar sebentar, Ma. Ada yang harus diselesaikan. Mama nggak perlu cemas. Ini soal kecelakaan Raka dan Meira tempo hari," balas Wicaksono sembari membenarkan kemejanya. "Apa ada bukti lain, Pa?" Sundari ikut penasaran. Wicaksono memang cukup terbuka dalam hal apapun pada istrinya, termasuk soal penyelidikan kecelakaan itu. Makanya, Sundari ikut penasaran dengan hasil penyelidikan suaminya akhir-akhir ini. "Ada, Ma. Makanya, papa mau ke lokasi dulu. Doakan saja semua lekas terbongkar dan kita temukan dalang utamanya." Sundari mengangguk lalu mengusap puncak kepala Dee yang kini dalam gendongannya. "Hati-hati di jalan, Pa. Semoga dimudahkan semuanya." Wicaksono mengangguk lalu mengulurkan tangan kanannya, sementara Sundari mencium punggung tangan itu seperti biasa. Dee pun mengikuti apa yang dilakukan Omanya. Sundari mengantar suaminya sampai teras lalu meminta Pak

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 111B

    Hujan deras mengguyur kota Jogja siang itu, namun Wicaksono belum beranjak dari depan jendela kamarnya. Sesekali menatap taman kecil di luar jendela dengan beragam bunga yang mulai basah oleh gerimis. Tak selang lama, terdengar dering handphone di atas meja rias istrinya. Nama Surya muncul di layar. Sejak tadi, Wicaksono memang sedang menunggu panggilan dari lelaki yang sudah bertahun-tahun menjadi asisten pribadinya itu. Wicaksono tak sabar ingin mengetahui kabar penyelidikan kecelakaan anak dan menantunya tempo hari. "Gimana hasilnya, Sur?" tanya Wicaksono tanpa basa-basi setelah panggilan handphone itu dia terima. Suara bariton dari seberang terdengar jelas di telinga lelaki beruban itu. Dia mulai fokus dengan cerita Surya. "Foto dan beberapa video yang berhasil saya dapatkan dari beberapa titik CCTV sudah saya kirim ke email bapak. Bapak bisa cek sekarang," ujar Surya kemudian. "Apa ada yang janggal?" tanya Wicaksono lagi sembari membuka laptopnya. Perlahan mencar

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 111A

    "Kalian yakin kalau semua ini murni kecelakaan?" tanya Wicaksono untuk kedua kalinya saat anak dan menantunya telah keluar dari rumah sakit."Aku dengar dari orang-orang yang menolong kami di lokasi kejadian, pengemudi mobil itu memang sedang tergesa-gesa, Pa. Dia bilang istrinya masuk rumah sakit, makanya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Saat kejadian, dia bilang berusaha memperlambat laju mobilnya, tapi sudah terlanjur bertabrakan dengan mobil kami." Raka kembali menjelaskan sesuai yang didengar dari orang-orang yang menolongnya saat itu. "Tapi entah mengapa papa masih belum yakin jika semua ini memang kebetulan semata, Ka. Apa nggak ada hal-hal yang mencurigakan lainnya?" ulang Wicaksono berusaha mencari sisi lain dari tragedi yang menimpa anak dan menantunya itu. Raka terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Melihat kondisi mobil yang kalian pakai sampai ringsek begitu, papa benar-benar tak bisa mengabaikan kejadian ini begitu saja. Beruntung kalian bisa selamat, meski

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 110B

    "Sayang .…" Suara Raka bergetar. Perlahan, Raka kembali mencium pipi istrinya lalu duduk di samping pembaringan."Mas, kenapa kamu di sini? Kamu juga harus istirahat," ujar Meira setelah membuka mata perlahan."Gimana mau istirahat, Sayang. Aku nggak bisa tenang kalau belum melihat keadaanmu, tapi kamu tak perlu risau. Aku baik-baik saja. Lihatlah, hanya ada luka kecil di kening dan lengan kanan saja." Raka memperlihatkan lukanya yang sudah diobati dan diperban."Alhamdulillah. Syukurlah kalau begitu, Mas. Aku bisa lebih tenang sekarang," lirih Meira. "Sayang, sekali lagi maafkan aku karena nggak bisa melindungimu.""Jangan bilang begitu, Mas. Musibah nggak ada yang tahu. Yang penting kita sama-sama selamat dan itu sudah cukup," balas Meira sembari membalas genggaman tangan suaminya. Tak selang lama, seorang perawat datang menghampiri keduanya. "Pak, sebaiknya bapak istirahat dulu. Kondisi bapak juga belum pulih. Soal Bu Meira, InsyaAllah kami akan berusaha menjaga dan merawatnya d

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 110A

    "Mei! Kamu baik-baik aja?" Raka meraih tangan Meira, meskipun tubuhnya terasa sakit akibat benturan. Keningnya berdarah terkena pecahan kaca. Lengan bajunya pun tampak kemerahan karena darah dan luka, sementara Meira terlihat lebih parah. "Sayang, maafkan aku. Kamu baik-baik saja kan?" lirih Raka dengan sisa tenaga yang ada. Kali ini dia benar-benar merasa bersalah sudah membuat istri tercintanya terluka seperti itu. Darah segar menetes di kening dan kaki Meira. Meira memang jauh lebih parah sebab bagian kiri mobil terbentur trotoar lalu menghantam pohon. Sepertinya dia mengalami patah tulang di bagian kaki. Entahlah. Meira hanya mampu mengeluarkan suara pelan. "Mas … aku …." Saat Meira perlahan membuka matanya, rasa sakit menjalar di tubuhnya. Pandangannya kabur, tetapi samar-samar ia mendengar kembali suara pria yang sangat dicintainya.Kepalanya terasa berat, tapi genggaman tangan Raka membuatnya tersadar jika lelaki itu masih berusaha melindunginya meski dalam kepayahan. Di te

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 109

    Ken duduk di sofa ruang tamu, bersandar santai sambil memainkan ponselnya. Pandangannya sesekali melirik ke arah tangga, menunggu Raka dan Meira turun ke ruang makan. Ketika mendengar suara langkah kaki mereka, senyuman iseng langsung tersungging di wajahnya. “Wah, wah! Pengantin baru akhirnya turun juga!” Ken berseru, nadanya penuh godaan. Raka hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan, sementara Meira langsung menunduk malu dengan wajah yang bersemu merah. Ia mencubit lengan Raka pelan, seolah memintanya untuk menghentikan Ken. "Sudah tiga hari Ken, bukan baru lagi," balas Raka berharap adik kandungnya itu tak terus menggoda. "Baru tiga hari, belum tiga tahun. Itu masih sangat baru, Mas. Kinyis-kinyis." Ken terkekeh, apalagi saat melihat Meira mencelos dengan wajah semu merahnya. "Bercanda, Mei. Lihat deh, kalian berdua kelihatan sumringah banget pagi ini. Jangan-jangan…" Ken menaikkan alisnya, menatap kakak dan iparnya itu dengan ekspresi penuh arti. “Sudah cukup, Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 108B

    Adzan subuh berkumandang. Raka sudah keluar dari kamar mandi. Entah mengapa dia merasa teramat gerah sampai akhirnya mandi untuk kedua kalinya. Meira pun tersenyum melihat suaminya muncul dengan rambut yang basah. "Buruan mandi, sholat subuh sendiri ya? Aku mau ke masjid sama papa." Raka tersenyum lalu buru-buru memakai baju lengan panjang dan sarung kesayangan. Tak lupa membawa sajadah di pundaknya. Setelah mengucap salam, Raka keluar kamar sementara Meira kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan. Debar di dadanya masih begitu terasa. Dia teramat gugup sekarang, tapi di sudut hati lain terasa berbunga-bunga. Tak munafik jika detik ini dia teramat bahagia. Tak membuang waktu, Meira beranjak dari ranjang lalu mandi wajib. Setelahnya baru menjalankan ibadah dua rakaat. Tepat saat mengucap salam, Raka masuk ke kamar. Meira kembali menatap wajah tampan itu sembari membuka mukenanya. "Sudah selesai kan? Tunggu sebentar di sini."Melihat anggukan istrinya, Raka pun tersenyum lalu

DMCA.com Protection Status