Share

Godaan Arman

Author: Norma Yunita
last update Last Updated: 2021-09-22 19:53:14

Setelah mas Bagas pergi, kucoba untuk pejamkan mata. Jam dinding di atas nakas menunjukkan pukul 21: 30. Kurapalkan doa tidur lalu kutatap wajah putraku yang tengah lelap. Kuusap lembut kepalanya, kucium pipi gembulnya berkali-kali, tapi dia tidak terganggu sedikit pun oleh ulahku. Napasnya teratur menandakan dia sangat lelap.

Sayang, apakah kita akan berpisah? Sanggupkah aku jauh darimu? Bagaimana kau menjalani kehidupan yang baru kau mulai ini tanpa ibu sayang?! Airmataku meluncur begitu saja, tadi niatku akan tidur, tapi pikiranku malah berkelana tanpa arah, kucoba kendalikan pikiranku.

 "Heiii pikiranku! Ayo kita istirahat dulu, kembalilah ke tempatmu!" 

Aaahhhh ... dia sudah liar keman-mana, bahkan sudah bertamasya di suatu masa yang telah berlalu, masa dimana aku hamil .

#Flash back ON.

Sore itu mas Bagas baru pulang dari Jakarta, aku yang tengah hamil delapan bulan sudah mulai susah duduk, dengan posisi apapun serba salah rasanya. Berkali-kali kuganti posisi duduk, sembari kukemasi baju mas Bagas dari tas ke dalam lemari.

       

Aku menemukan kantong plastik besar di dalam tasnya, kukeluarkan dan kubuka isinya, ternyata rokok ber slop-slop. Dahiku berkerut, untuk apa rokok sebanyak ini? Aku pun bertanya perihal itu pada suamiku.

"Mas, ini rokok punya siapa?"

"Punyaku lah!" jawabnya ketus.

"Banyak banget, ini boleh beli?"

"Ya, belilah, masa boleh garong?"

"Tapi ini banyak banget buat apa, Mas?" Aku tak habis fikir, beli rokok sebanyak ini, kayak mau jualan saja.

"Buat stok biar ga usah minta kamu beli!" sungutnya nampak kesal dengan pertanyaanku

"Astaghfirullah Mas ...." Kugelengkan kepala karena ulahnya.

"Aku minta uang Mas, besok mau belanja sama bayar hutang di warung," pintaku sambil menadahkan tangan.

"Nih ....! Ia menyodorkan uang padaku.

"Sebelas ribu?" tanyaku tak percaya. 

"Iya, uangku sisa segitu!" ucapnya santai

"Tapi ini ga cukup mas, hutang di warung hampir seratus ribu."

"Ya, gimana lagi cuma ada segitu!"

"Ya Allah, Mas ...."

Aku pun masuk kamar, ingin menumpahkan kekesalanku karena kelakuan pria menyebalkan yang sayangnya adalah suamiku. Kuremas-remas bantal yang tak berdosa sebagai pelampiasanku.

        

Malamnya lepas isya, paman suamiku datang , rupanya dia mendengar kalau keponakannya pulang dari Jakarta. Kulihat mereka ngobrol di depan tv, sementara kedua adik iparku sedang asyik dengan buku-buku mereka. Kudengar pamannya berkata.

"Kamu ini gimana Gas, istri lagi hamil bukannya kamu kasih uang buat biaya persalinan nanti, sama beli keperluan bayi, malah kamu bawain rokok sebanyak itu. Orang hamil 'kan tidak boleh menghirup asap rokok, Gas!" tegur sang paman.

      

Suamiku tidak menyahut, dia memang tidak akan berani kalau sama pamannya ini. 

"Kamu itu sudah dewasa Gas, bentar lagi jadi ayah, masa fikiranmu masih kayak bocah aja, rubah itu sikapmu yang ga jelas ini!" titah pamannya dengan mimik jengkel.

"Iya om," singkat saja jawaban Suamiku.

Blusssssss ....

Asap rokok menyembul dari bibirnya dan dari bibir pamannya juga.

"Waktu itu kamu juga balik dari Jakarta bawa celana sekarung, cuma kamu bagi-bagiin ke temen kamu. Kamu ini, aduuh ... dari kecil sampai sekarang sikap menyebalkan masih saja dipelihara. Kasihan itu istrimu!"

"Iya, Om," 

#Flashback off.

       

Huuffhh ... dadaku kemabali sesak mengingat hal itu, masa-masa sulit itu ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Parahnya, sekarang bahkan dia malas kerja, padahal sudah punya anak. Waktu itu, untung saja aku punya uang dari hasil nagih hutang ke orang-orang yang berhutang meubel pada orang tuaku. Ya, orang tuaku punya usaha meubel, banyak pelanggannya yang berhutang belum lunas sampai sekarang, ibuku menyuruhku menagih ke mereka dan uangnya boleh buatku sendiri, dari situalah kubelikan keperluan untuk calon bayiku saat itu hingga sekarang dia sudah lahir, bahkan kebutuhan rumah tanggapun, kubeli dari uang itu.

         

"Oh, ya, Saheer 'kan sudah enam bulan, berarti sudah waktunya dia MPASI. Namun, aku tidak ada uang untuk belanja, kebetulan besok hari Sabtu. Aku akan keliling nagih hutang meubel besok sore, tapi Mas Bagas tak perlu tau. Sebaiknya aku tidur sekarang," kurebahkan tubuhku di ranjang di samping buah hatiku. kukecup sebentar pipinya dan kupejamkan mata.

         

Keesokan harinya, aku beraktivitas seperti biasa di rumah, kubuatkan MPASI untuk bayiku dengan menu sederhana, boleh ngutang di warung tetangga. Sebenarnya aku malu ngutang terus ,tapi bagaimana lagi suamiku tidak punya penghasilan tetap.

         

Tak terasa hari sudah sore, Mas Bagas belum pulang dari pagi. Ia keliling mencari pembeli motor temennya, ini kesempatanku.

"Mer, Nin, mba bisa nitip Saheer dulu ga? Mba mau ke rumah teman mba bentar, mau dibawa takut hujan." 

"Iya, Mba, tenang aja, kita jagain si ganteng," sahut Nina.

"Susunya tapi Mba, jangan lupa, Mba!" Si Meri mengingatkan. 

"Iya, udah mba siapin di nakas. Ya, sudah mba pergi sekarang ya, keburu hujan. Assalamualaikum ...."

"Waalaikumussalam ...," jawab mereka.

     

Baru di luar rumah, tetangga ganteng dan perhatian tau-tau muncul.

"Mau kemana rapi banget? Seger lagi!" ujar si Arman menyapaku.

"Mau ke temen," jawabku.

"Mau kuanterin?" tawarnya,

 "Aahhh, kebetulan!" jawabku,

"Ayo, naik!"  

        

Aku pun menaiki motor dibonceng Arman, aku tau dia menyukaiku sejak aku masih gadis, tapi aku tak membalas perasaannya, karena saat itu aku tertarik pada Mas Bagas. Arman dapat menerimanya, dia tetap baik dan perhatian padaku. Mas Bagas pun santai saja karena Arman temannya sejak kecil, rumahnya tepat di belakang rumah mertuaku. Dia bahkan tiap hari main kerumah, bercanda dengan kedua adik iparku.

"Kemaren, berantem lagi?" tanya Arman memulai percakapan.

"He'em." Kujawab dengan malas.

"Coba dulu kamu pilih aku. Aku yakin rumah tangga kita harmonis," celetuknya.

"Arman, ngomong apaan, si? Aku turun ni!"

"Iya, iya, gitu aja ngambek. Jadi mau kemana ni?"

"Ini Sabtu sore, Man!" 

"Ohh, jadi mau keliling nagih, nih?"

"Iya, lah, apalagi, aku ga megang uang!" 

Arman sudah faham kalau Sabtu sore aku pergi buat nagih keliling, dia beberapa kali mengantarku.

"Kamu selalu nolak tiap kutawari bantuan."

"Aku ga mau ngrepotin kamu, mending kamu kumpulin duit kamu buat persiapan nikahmu!" 

"Calon istriku udah di rebut tetangga ...! tuturnya lirih seolah penuh luka.

"Cewek lain 'kan banyak!" sanggahku sesantai mungkin agar Arman tidak terbawa perasaan.

"Iya, banyak, tapi aku mau nungguin jandamu aja!" celetuk Arman seenaknya.

"Arman! Ga usah bercanda gitu!" Aku mulai kesal.

"Kalau aku gak bercanda gimana?" 

"Aku turun ni ...!"

"Yakin mau turun di sini? Ini semak belukar, depan dikit kuburan."

"Ga ... ga ... ga jadi. Aku jadi merinding," kataku.

Kulihat dari spion dia tersenyum menang.

Kleeekkk ....

"Eehhh, apa ini kok, berhenti di sini?" tanyaku panik.

"Aku mau bicara serius sama kamu," jawab Arman.

"Apa ga bisa sambil jalan aja?" Aku makin panik.

"Ga bisa, Sayang!"

"Sayang??? Arman ga usah aneh-aneh deh, ayo, jalan! Keburu malem aku bisa ga dapet uang." 

Arman tidak bergeming ....

"Arman ayo...!" Aku sudah mulai merengek, berharap dia mau menurutiku.

Apa itu? Sorot mata Arman jadi aneh begitu, jantungku tiba-tiba berdetak kencang. Yaa Allah ... apa yang akan dilakukan pria ini di tempat serem begini .... Yaa Allah ... tolong hamba.

Bersambung ....

Related chapters

  • DIPAKSA JADI TKW   PERPISAHAN TIBA

    DIPAKSA JADI TKWROMANSA CINTA PANGERAN ARAB DAN TKWpart.4 #Perpisahan_TibaArman semakin mendekat, jarak kami hanya beberapa inci, degup jantungku makin bergolak, dia memegang tanganku. Refleks coba melepaskan tanganku dari tangannya, tapi sia- sia. Genggaman tangannya begitu kuat."Arman, lepasin ...!" protesku sambil berontak"Kamu kenapa, rilex saja tak perlu tegang begini, Esih.""Lepasin! Kamu jangan macam-macam, Arman!""Macam-macam apa? Kamu jangan berpikir aneh-aneh Esihku yang manis, aku cuma mau bicara.""Tapi ga perlu pegang tanganku gini, sakit!" gerutuku dengan muka masam."Iya, iya, maaf. Aku ga bermaksud menyakitimu." Arman melepas tanganku."Yaudah, ngomong aja." Kupasang wajah cemberut."Esih ... aku ingin kamu tinggalkan Bag

    Last Updated : 2021-09-27
  • DIPAKSA JADI TKW   Assalamualaik Baginda Nabi, Assalamualaiku Saudi.

    Selama dua Minggu, aku menjalani pendidikan di PJTKI.Tak banyak yang kupelajari, hanya sekedar perkenalan diri dan nama perabotan dalam rumah, yang mampu saya hafal dalam bahasa Arab.Kata temanku, "Nanti, kalau sudah minum air sana juga lancar sendiri."Dan hari itu tinggal menunggu esok pagi, untukku(aku) dan beberapa teman setujuan untuk terbang ke Saudi. Mereka yang sudah ex terlihat santai, sedang yang non sepertiku terlihat gugup. ******Pagi itu, 29 September2007. Kami yang di jadwalkan terbang di suruh berkumpul di aula untuk pembekalan akhir. Kami berkumpul, rupanya akan ada pengajian atau ceramah, sebab di situ nampak seorang wanita berpakaian syar'i sepertinya seorang Ustadzah. Dia duduk dengan sebuah mix tergeletak di depannya. Kami berkumpul dengan khidmad."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ustadzah itu mengucap salam.

    Last Updated : 2021-10-05
  • DIPAKSA JADI TKW   Kehangatan Keluarga

    Mobil pun menuju pondok dekat kandang unta. Di sana, ada mobil tangki air dan ada seekor keledai terikat sambil asyik mengunyah rumput. Tiba kami di depan pondok. Kami turun sambil menurunkan beberapa barang tapi tidak semua. Di pondok ada seorang pria seperti orang India, rupanya dia yang menjaga pondok sebelah sini, karena pondok satu nya juga dijaga seorang pria, yang tadi sedang memotong rumput dengan mobil khusus pemotong rumput.Pria itu menatapku. Aku jadi takut, karena kulitnya gosong terbakar matahari dan matanya merah."Assalamualaikum," ucap pria itu."Wa … waa ... waalaikumussalam," jawabku terbata."Ekheemmm!" Majikan pria berdehem"Ya Abdulgahir, hia min Indunisiy, alyoum jik. (Hai Abdulgahir, dia dari Indonesia, hari ini baru tiba)," tutur majikanku.Iya"Salam," kata pria yang

    Last Updated : 2021-10-10
  • DIPAKSA JADI TKW   Konflik

    Setahun berlalu, tinggal bersama keluarga Baba Saleh dan Mama Salha memberikan warna tersendiri dalam hidupku. Mereka menganggapku seperti keluarga sendiri, dan anak-anak mereka juga sangat dekat denganku. Apalagi aku sudah lancar bahasa Arab, jadi mudah berkomunikasi dengan seluruh keluarga majikan.Awal aku datang ada MTab, Fahad, Abir, Demah, Wujdan, dan satu lagi masih dalam kandungan mama Salha. Kini, dia sudah berusia sembilan bulan, namanya Sultana. Tentu saja, Sultana akan segera punya adik. Ya, Mama Salha hamil lagi. Usia kandungan anak ketujuh itu sudah empat atau lima bulan. Terbayang betapa repotnya aku kerja sendiri mengurus keperluan mereka. Namun, Alhamdulillah karena mereka baik dan gaji lancar serta kebutuhanku semua mereka penuhi, jadi aku tak mengapa walau harus capek kerja.Yang justru membebani pikiranku tak lain dan tak bukan adalah suamiku Mas Bagas! Tiap bulan selalu minta dikirim uang, untuk Sahee

    Last Updated : 2021-10-15
  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Adik Nyonya

    Pagi hari yang dingin bahkan serasa membeku, suhu minus 7°. Usai sholat subuh enaknya mah tidur lagi, tapi tidak baik tidur selepas subuh karena rezeki akan menjauh.Kusiapkan sarapan untuk kami semua dengan menu 'kubs' sejenis roti, dengan teman-teman nya yakni zaitun, mentega, keju, selai strawberry, dan minyak zaitun sebagai cocolan dan toping. Kubuat juga susu, teh dan gahwa. Yakni kopi yang di panggangan tidak sampai hitam, hanya kuning kecoklatan, kemudian digiling kasar dan diseduh dengan tambahan sejumput kapulaga, samasekali tidak memakai gula. Usai membuat sarapan, aku meletakkannya di ruang keluarga. Sambil menunggu mereka bangun, aku mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa ke Nabq dan keperluan untuk di mazra'ah /sawah. Kudengar mereka sudah bangun dan membersihkan diri, sementara duo bocil tahu-tahu memegangi rokku. "Ahla biikkumm, sobahal khair ya h

    Last Updated : 2021-10-18
  • DIPAKSA JADI TKW   Mas Bagas Minta Ijin

    Suara adzan subuh berkumandang bersahutan dari berbagai mushola dan masjid di lingkungan rumah jaddah. Aku pun membuka mata malas, mataku masih ngantuk, rasanya baru sebentar tidur. Dengan setengah sadar ku bangkit dari gumulan selimut tebalku. Pelan-pelan menuju kamar mandi untuk gosok gigi, lalu berwudhu dengan air hangat yang mengucur dari keran merah dan biru menyatu sempurna. Aku pun sholat di ruang tv, seperti semua perempuan di rumah ini sholat. Sedang para lelaki, mereka sholat di masjid. Usai sholat kulakukan aktivitas pagi seperti di rumah majikanku di Tabarjal. Cuaca di Nabq jauh lebih dingin dari Tabarjal, mungkin karena letaknya dekat dengan gurun pasir dan bebatuan yang menyerupai gunung , dalam bahasa Arabnya yakni Jabal. Aku sudah mengenakan baju tiga lapis di dalam dan satu baju tebal di luar serta syial di leher. Tak ketinggalan kaos kaki tebal melengkapi atribut musim dinginku agar tubuh ini terasa hanagat. Namun, masih saja terasa din

    Last Updated : 2021-12-04
  • DIPAKSA JADI TKW   Hadiah Dari Hamid

    Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah hampir habis kontrak kerjaku di rumah Baba Saleh dan mama Salha. Aku senang karena akan segera pulang dan bertemu putraku yang lama kurindukan.Dia pasti sudah besar usianya 2, 5 th saat aku pulang nanti . Aku tak sabar ingin segera memeluk nya.Tapi disisi lain aku juga berat meninggalkan keluarga ini, mereka sangat baik padaku. Anak-anak juga akrab dengan ku, meski mereka kadang nakal dan membuat ku repot, tapi aku bahagia bersama mereka. Kami sudah menjadi keluarga selama dua tahun ini, sungguh berat rasanya berpisah dengan mereka. Namun, aku tetap harus pulang untuk mengurus perceraianku dengan mas Bagas. Aku yakin Mas Bagas sudah mengurus nya, jadi saat aku pulang, aku hanya tinggal ambil akta cerai di pengadilan agama dan tanda tangan saja. Aku tidak menyangka pernikahanku dengan Mas Bagas berakhir seperti ini.Aku bersyu

    Last Updated : 2021-12-07
  • DIPAKSA JADI TKW   Rencana Hamid. 11

    Kuhentakan kaki dengan kesal, kulihat Hamid masih menertawakanku. "Apaan begitu? Ktaanya i love you, lihat aku kesasar bukanya ditunjukkan jalan yang benar,malah di ketawain, dasar borokok!" rutukku sambil jalan ke pos alias dapur kilat Akhirnya sampai juga aku di pos, sudah ada Badriah lagi bersama Yani dan Yanti. Niat hati ingin curhat ke Yani dan Yanti tentang kejadian sama Hamid tadi, tapi kuurungkan karena ada Badriah. "Assalamualaikum ... ." sapaku kepada mereka bertiga. "Waalaikumussalam ... ." jawab mereka serempak. "MTab, udah kesini, Yan?" Tanyaku pada Yanti. "Udah, nampannya juga di bawa." jawab Yanti. "Kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu, Sih?" Yani bertanya. Emang paling peka teman yang satu ini. "Aku nyasar, mau balik sini malah ke kandang unta!" gerutuku kesal sendiri mengingat Hamid menertawakanku. Sontak mereka bertiga tertawa "Kok, bisa nyasar, kamu kan udah biasa di sini?" tanya Yani lagi. "Aku ga perhatiin jalan." jawabku "Makanya non, j

    Last Updated : 2024-05-29

Latest chapter

  • DIPAKSA JADI TKW   Rencana Hamid. 11

    Kuhentakan kaki dengan kesal, kulihat Hamid masih menertawakanku. "Apaan begitu? Ktaanya i love you, lihat aku kesasar bukanya ditunjukkan jalan yang benar,malah di ketawain, dasar borokok!" rutukku sambil jalan ke pos alias dapur kilat Akhirnya sampai juga aku di pos, sudah ada Badriah lagi bersama Yani dan Yanti. Niat hati ingin curhat ke Yani dan Yanti tentang kejadian sama Hamid tadi, tapi kuurungkan karena ada Badriah. "Assalamualaikum ... ." sapaku kepada mereka bertiga. "Waalaikumussalam ... ." jawab mereka serempak. "MTab, udah kesini, Yan?" Tanyaku pada Yanti. "Udah, nampannya juga di bawa." jawab Yanti. "Kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu, Sih?" Yani bertanya. Emang paling peka teman yang satu ini. "Aku nyasar, mau balik sini malah ke kandang unta!" gerutuku kesal sendiri mengingat Hamid menertawakanku. Sontak mereka bertiga tertawa "Kok, bisa nyasar, kamu kan udah biasa di sini?" tanya Yani lagi. "Aku ga perhatiin jalan." jawabku "Makanya non, j

  • DIPAKSA JADI TKW   Hadiah Dari Hamid

    Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah hampir habis kontrak kerjaku di rumah Baba Saleh dan mama Salha. Aku senang karena akan segera pulang dan bertemu putraku yang lama kurindukan.Dia pasti sudah besar usianya 2, 5 th saat aku pulang nanti . Aku tak sabar ingin segera memeluk nya.Tapi disisi lain aku juga berat meninggalkan keluarga ini, mereka sangat baik padaku. Anak-anak juga akrab dengan ku, meski mereka kadang nakal dan membuat ku repot, tapi aku bahagia bersama mereka. Kami sudah menjadi keluarga selama dua tahun ini, sungguh berat rasanya berpisah dengan mereka. Namun, aku tetap harus pulang untuk mengurus perceraianku dengan mas Bagas. Aku yakin Mas Bagas sudah mengurus nya, jadi saat aku pulang, aku hanya tinggal ambil akta cerai di pengadilan agama dan tanda tangan saja. Aku tidak menyangka pernikahanku dengan Mas Bagas berakhir seperti ini.Aku bersyu

  • DIPAKSA JADI TKW   Mas Bagas Minta Ijin

    Suara adzan subuh berkumandang bersahutan dari berbagai mushola dan masjid di lingkungan rumah jaddah. Aku pun membuka mata malas, mataku masih ngantuk, rasanya baru sebentar tidur. Dengan setengah sadar ku bangkit dari gumulan selimut tebalku. Pelan-pelan menuju kamar mandi untuk gosok gigi, lalu berwudhu dengan air hangat yang mengucur dari keran merah dan biru menyatu sempurna. Aku pun sholat di ruang tv, seperti semua perempuan di rumah ini sholat. Sedang para lelaki, mereka sholat di masjid. Usai sholat kulakukan aktivitas pagi seperti di rumah majikanku di Tabarjal. Cuaca di Nabq jauh lebih dingin dari Tabarjal, mungkin karena letaknya dekat dengan gurun pasir dan bebatuan yang menyerupai gunung , dalam bahasa Arabnya yakni Jabal. Aku sudah mengenakan baju tiga lapis di dalam dan satu baju tebal di luar serta syial di leher. Tak ketinggalan kaos kaki tebal melengkapi atribut musim dinginku agar tubuh ini terasa hanagat. Namun, masih saja terasa din

  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Adik Nyonya

    Pagi hari yang dingin bahkan serasa membeku, suhu minus 7°. Usai sholat subuh enaknya mah tidur lagi, tapi tidak baik tidur selepas subuh karena rezeki akan menjauh.Kusiapkan sarapan untuk kami semua dengan menu 'kubs' sejenis roti, dengan teman-teman nya yakni zaitun, mentega, keju, selai strawberry, dan minyak zaitun sebagai cocolan dan toping. Kubuat juga susu, teh dan gahwa. Yakni kopi yang di panggangan tidak sampai hitam, hanya kuning kecoklatan, kemudian digiling kasar dan diseduh dengan tambahan sejumput kapulaga, samasekali tidak memakai gula. Usai membuat sarapan, aku meletakkannya di ruang keluarga. Sambil menunggu mereka bangun, aku mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa ke Nabq dan keperluan untuk di mazra'ah /sawah. Kudengar mereka sudah bangun dan membersihkan diri, sementara duo bocil tahu-tahu memegangi rokku. "Ahla biikkumm, sobahal khair ya h

  • DIPAKSA JADI TKW   Konflik

    Setahun berlalu, tinggal bersama keluarga Baba Saleh dan Mama Salha memberikan warna tersendiri dalam hidupku. Mereka menganggapku seperti keluarga sendiri, dan anak-anak mereka juga sangat dekat denganku. Apalagi aku sudah lancar bahasa Arab, jadi mudah berkomunikasi dengan seluruh keluarga majikan.Awal aku datang ada MTab, Fahad, Abir, Demah, Wujdan, dan satu lagi masih dalam kandungan mama Salha. Kini, dia sudah berusia sembilan bulan, namanya Sultana. Tentu saja, Sultana akan segera punya adik. Ya, Mama Salha hamil lagi. Usia kandungan anak ketujuh itu sudah empat atau lima bulan. Terbayang betapa repotnya aku kerja sendiri mengurus keperluan mereka. Namun, Alhamdulillah karena mereka baik dan gaji lancar serta kebutuhanku semua mereka penuhi, jadi aku tak mengapa walau harus capek kerja.Yang justru membebani pikiranku tak lain dan tak bukan adalah suamiku Mas Bagas! Tiap bulan selalu minta dikirim uang, untuk Sahee

  • DIPAKSA JADI TKW   Kehangatan Keluarga

    Mobil pun menuju pondok dekat kandang unta. Di sana, ada mobil tangki air dan ada seekor keledai terikat sambil asyik mengunyah rumput. Tiba kami di depan pondok. Kami turun sambil menurunkan beberapa barang tapi tidak semua. Di pondok ada seorang pria seperti orang India, rupanya dia yang menjaga pondok sebelah sini, karena pondok satu nya juga dijaga seorang pria, yang tadi sedang memotong rumput dengan mobil khusus pemotong rumput.Pria itu menatapku. Aku jadi takut, karena kulitnya gosong terbakar matahari dan matanya merah."Assalamualaikum," ucap pria itu."Wa … waa ... waalaikumussalam," jawabku terbata."Ekheemmm!" Majikan pria berdehem"Ya Abdulgahir, hia min Indunisiy, alyoum jik. (Hai Abdulgahir, dia dari Indonesia, hari ini baru tiba)," tutur majikanku.Iya"Salam," kata pria yang

  • DIPAKSA JADI TKW   Assalamualaik Baginda Nabi, Assalamualaiku Saudi.

    Selama dua Minggu, aku menjalani pendidikan di PJTKI.Tak banyak yang kupelajari, hanya sekedar perkenalan diri dan nama perabotan dalam rumah, yang mampu saya hafal dalam bahasa Arab.Kata temanku, "Nanti, kalau sudah minum air sana juga lancar sendiri."Dan hari itu tinggal menunggu esok pagi, untukku(aku) dan beberapa teman setujuan untuk terbang ke Saudi. Mereka yang sudah ex terlihat santai, sedang yang non sepertiku terlihat gugup. ******Pagi itu, 29 September2007. Kami yang di jadwalkan terbang di suruh berkumpul di aula untuk pembekalan akhir. Kami berkumpul, rupanya akan ada pengajian atau ceramah, sebab di situ nampak seorang wanita berpakaian syar'i sepertinya seorang Ustadzah. Dia duduk dengan sebuah mix tergeletak di depannya. Kami berkumpul dengan khidmad."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ustadzah itu mengucap salam.

  • DIPAKSA JADI TKW   PERPISAHAN TIBA

    DIPAKSA JADI TKWROMANSA CINTA PANGERAN ARAB DAN TKWpart.4 #Perpisahan_TibaArman semakin mendekat, jarak kami hanya beberapa inci, degup jantungku makin bergolak, dia memegang tanganku. Refleks coba melepaskan tanganku dari tangannya, tapi sia- sia. Genggaman tangannya begitu kuat."Arman, lepasin ...!" protesku sambil berontak"Kamu kenapa, rilex saja tak perlu tegang begini, Esih.""Lepasin! Kamu jangan macam-macam, Arman!""Macam-macam apa? Kamu jangan berpikir aneh-aneh Esihku yang manis, aku cuma mau bicara.""Tapi ga perlu pegang tanganku gini, sakit!" gerutuku dengan muka masam."Iya, iya, maaf. Aku ga bermaksud menyakitimu." Arman melepas tanganku."Yaudah, ngomong aja." Kupasang wajah cemberut."Esih ... aku ingin kamu tinggalkan Bag

  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Arman

    Setelah mas Bagas pergi, kucoba untuk pejamkan mata. Jam dinding di atas nakas menunjukkan pukul 21: 30. Kurapalkan doa tidur lalu kutatap wajah putraku yang tengah lelap. Kuusap lembut kepalanya, kucium pipi gembulnya berkali-kali, tapi dia tidak terganggu sedikit pun oleh ulahku. Napasnya teratur menandakan dia sangat lelap.Sayang, apakah kita akan berpisah? Sanggupkah aku jauh darimu? Bagaimana kau menjalani kehidupan yang baru kau mulai ini tanpa ibu sayang?! Airmataku meluncur begitu saja, tadi niatku akan tidur, tapi pikiranku malah berkelana tanpa arah, kucoba kendalikan pikiranku."Heiii pikiranku! Ayo kita istirahat dulu, kembalilah ke tempatmu!"Aaahhhh ... dia sudah liar keman-mana, bahkan sudah bertamasya di suatu masa yang telah berlalu, masa dimana aku hamil .#Flash back ON.Sore itu mas Bagas baru pulang dari

DMCA.com Protection Status