Beranda / Romansa / DIPAKSA JADI TKW / Mas Bagas Minta Ijin

Share

Mas Bagas Minta Ijin

Penulis: Norma Yunita
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-04 20:10:13

Suara adzan subuh berkumandang bersahutan dari berbagai mushola dan masjid di lingkungan rumah jaddah. Aku pun membuka mata malas, mataku masih ngantuk, rasanya baru sebentar tidur. Dengan setengah sadar ku bangkit dari gumulan selimut tebalku. Pelan-pelan menuju kamar mandi untuk gosok gigi, lalu berwudhu dengan air hangat yang mengucur dari keran merah dan biru menyatu sempurna.

 Aku pun sholat di ruang tv, seperti semua perempuan di rumah ini sholat. Sedang para lelaki, mereka sholat di masjid. Usai sholat kulakukan aktivitas pagi seperti di rumah majikanku di Tabarjal. Cuaca di Nabq jauh lebih dingin dari Tabarjal, mungkin karena letaknya dekat dengan gurun pasir dan bebatuan yang menyerupai gunung , dalam bahasa Arabnya yakni Jabal. Aku sudah mengenakan baju tiga lapis di dalam dan satu baju tebal di luar serta syial di leher. Tak ketinggalan kaos kaki tebal melengkapi atribut musim dinginku agar tubuh ini terasa hanagat. Namun, masih saja terasa dingin. 

"Bentar lagi Yani datang, aku bikinin teh susu buat dia ah." gumamku sendiri.

"Sobahal Khair ya esih. (Selamat pagi esih)." si hidung pink menyapa. 

"Hisss, kirain Yani yang datang, tau nya si borokokok ini lagi!" umpatku dalam hati.

"Sobahan nur. (Pagi bercahaya)." jawabku tanpa menoleh. Sebenarnya aku malas menyahuti sapaannya tapi, aku tau itu tabu disini.

"Sawi liya halib jaiy al bareh (Buatin aku susu kayak semalem)!" perintah si Hamid

"Hmmm" jawabku malas, tapi tetap kubuatkan pesanannya.

"Ila khalas wudi ala bait as sya'ar, ma'al kubs ya Jamilah (Kalau sudah selesai bawa ke rumah rambut, sama roti wahai cantik)!" 

"Ciiiihhhh, kadal buluk segala ngerayu, lagi!" rutukku kesal. 

"Thayib ana sawi, yalah ruhi an matbakh (Baik aku buat, ayolah pergi dari dapur). usirku padanya tanpa menoleh.

"Salam alaykum ..." terdengar suara wanita mengucap salam pada kami, jantungku seketika bedegup, khawatir itu keluarga majikan karena berduaan dengan lawan jenis jelas haram disini.

"Waalaikumussalam." jawab ku dan Hamid bersamaan dengan kaget dan takut.

Kulihat muka Hamid yang putih jernih itu memerah seperti tomat, sementara muka ku entah seperti apa, kami takut di pergoki orang rumah, ternyata sahabat ku Yani.  

"Yani ... ah, syukurlah kirain siapa," aku menghela nafas lega ketika tahu ternyata orang itu Yani.

"Kalian ngapain berduaan?" tanya Yani menyelidik. Sementara si Hamid ngeloyor begitu saja.

"Tau tuh si bontot, dari semalem ganguin aku mulu!" gerutuku dengan wajah manyun.

"Ya lah, dia kan naksir kamu Sih, hihihi. Udah kalian jadian aja!" canda Yani, yang bagiku sama sekali tak lucu.

"Sembarang kamu Yan, emangnya ini Indonesia boleh pacaran. Kalau di sini aku pacaran, bisa di rajam tau!"

"Ya kalau ketahuan, kalau nggak 'kan aman." bantah Yani seenaknya.

"Ngawur aja, lagian aku punya saumi apa kamu lupa?" protesku.

"Suami brengsek begitu masih kamu anggap? kalau aku sih, udah tak benamin ke dasar samudera hahaha!"

"Emmm, aku anterin ini dulu ya, Yan." ucapku sambil berlalu mengantarkan pesanan si hidung pink, makhluk gurun yang tampan but very annoying.

"Cie-cie, anterin sarapan untuk Arjuna tuh!"

Aku tak menanggapi ledekan Yani.

"Haah, kud futurik (Ni, ambil sarapan mu)!" ketusku sambil menaruh nampan asal saja.

"Syukran ya hayati (Terimakasih wahai hidupku)," jawabnya alay. 

 Aku tak merespon, kuhentakan kaki dan balik badan.

"Ya Esih, suf hada ( Hai Esih, lihat ini)!"

Refleks aku menoleh. Cih, apaan tuh! dia mencium telapak tangan nya sendiri, lalu meniupkan ke arahku. Bener -bener alay ni si bontot Bangkong. Pagi-pagi sudah merusak mood-ku. 

"Yeeeekksss ... Al najisah (Weekkkk .... sang najis)!" Umpatku seraya buru-buru pergi.

Sampai depan rumah Yani menggodaku lagi. 

"Cie-cieee dapat kissbye, berbunga-bunga tuh hatinya."

"Apaan sih Yan ga lucu !" dengusku sambil mengerucutkan bibir sebal.

"Hmmm, kalau aku sih, pasti mau sama dia."

"Yaudah kamu aja pacaran sama dia!"

"Tapi kan dia suka nya sama kamu, lagian ya Esih, kamu tuh berhak dapat yang jauh lebih baik daripada suamimu yang pemeras itu.

"Udah deh Yan, tuh mending kamu mimun susu nya, aku udah buatin." 

"Makasih sayang, kita minum bareng yuk, kamu bikin dua gelas 'kan?"

" Iya. Keluarga bosmu udah pada pergi sekolah?" tanyaku pada Yani.

"Udah dari tadi, sekarang aku bebas bantuin kamu di sini." jawabnya riang.

"Hmmm," sahutku sambil niup susu yang panas, 

"Sih, kamu tuh cantik, manis, imut dan baik lagi. Aku yakin banyak pria tampan dan mapan yang mau jadi suami mu."

"Udah, Yan, tolong jangan dibahas lagi! Oh ya, kamu dapat salam dari Yanti." ucapku mengalihkan pembicaraan un-faedah ini.

"Alayha w* alayka salam" jaw*b Yani.

"Aamiin ..." sahutku.

******************* 

Empat bulan berlalu, semenjak pertengkaranku dengan Mas Bagas di telpon waktu itu, dia tidak menghubungiku sampai sekarang, aku pun malas menghubungi nya. Aku hanya menelpon orangtuaku bila kangen Saheer. Lumayan juga tidak diganggu Mas Bagas, tiap bulan uangku jadi terkumpul. Aku hanya mengirim 1 juta untuk Saheer.

***Beberapa hari kemudian*** 

"Esih, ruhi inti ma Yanti nedhfi bait as sya'ar asyan ba'ad bukrah insyaallah Ramadhan (Esih, pergi kamu sama Yanti bersihkan rumah rambut karena lusa insyaallah Ramadhan)!" Nyonyaku memerintah dengan lembut.

"Na'am, mama." sahutku sambil berjalan pamit. 

"Yanti ..." pekikku dari pintu dapur yang terbuka lebar. Kulihat sahabatku itu sedang asyik mencuci nampan bulat berbahan stainless.

Ciiiyaaaa ... dia berjingkat kaget karena kedatanganku tiba-tiba di sampingnya.

"Kamu, ngagetin aku aja!" gerutunya dengan bibir manyun.

"Kamu sih ngelamun." tukasku.

"Ada apa Sih?" 

"Kita disuruh bersihin rumah rambut buat persiapan puasa lusa."

"Ok, ayok!" 

Rumah rambut adalah tenda yang terbuat dari bahan mirip rambut, bentuk dan warnanya persis rambut, tapi sangat kasar, seperti senar. Di situ kaum lelaki biasa berkumpul ngopi ngeteh sambil makan kurma. Tiap bulan puasa, para lelaki akan buka puasa di sini.

          

"Ya, Esih, ta'ali Baba nadiiiikkk (Esih, sini, Baba memanggil muuu)!" pekik anak asuhku Abir. 

"Thayib ana jik (Baik aku datang)," 

"Yan, tolong kamu lanjutin ya, aku di panggil Baba."

"Sip, beres!" jawabnya seraya mengacungkan jempol.

"Makasih, ya." kataku meninggalkan Yanti

"Kayaknya aku dapat telpon deh, jangan-jangan mas Bagas." duga batinku.

"Na'am, ya Baba"(Iya, Baba)." tuturku ketika sudah tiba di hadapan Baba.

"Kalamiha min Indunisiy (Bicaralah dari Indonesia)." sereya menyerahkan hp-nya padaku.

"Syukran ya baba (Terimakasih, Baba)." ucapku sambil permisi.

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikumussalam salam Esih."

"Iya Mas, kenapa?"

"Kamu udah lama gak nelpon aku, kenapa?" 

"Gak apa-apa Mas, Mas juga gak nelpon, ya aku pikir kita masing-masing butuh berpikir."

"Iya, Esih, sebelumnya aku mau minta maaf padamu tentang apa yang akan kukatakan ini." ucapnya diplomatis sekali membuat pikiranku traveling ke hal yang tidak-tidak.

"Mau ngomong apa Mas?" Perasaanku tiba-tiba gak enak.

"Begini, Esih, eehh ... " ia terdengar ragu melanjutkan kalimatnya.

"Ngomong aja Mas!" aku mulai tak sabar.

"Esih, maaf ya ... aku mau minta ijin untuk ... " lagi-lagi dia menggantung kalimatnya 

"Katakan saja Mas! Minta ijin untuk apa?" aku benar-benar tidak suka dibuat penasaran.

"Un ... un ... untuk menikah lagi ..." pungkasnya dengan nada bergetar.

"Oh ... mau kawin lagi! gitu aja kok susah banget." jawabku santai.

"Kamu ... kamu, ga marah Sih?"

"Ngapain marah Mas? Itu hakmu jadi lakukan saja!" tandasku enteng.

"Jadi kamu ijinin aku nikah lagi, artinya kamu mau dimadu?" pertanyaan bodohnya meluncur tanpa disaring. Benar-benar tidak tahu diri.

"Enak aja! Aku gak sudi dimadu! Kamu nikah aja sana tapi itu artinya antara kita sudah tidak ada ikatan lagi!"

"Kamu mau cerai Sih?"

"Jangan mempersulit pernikahanmu dengan tidak menceraikanku Mas!"

"Tapi sih ..."

"Sudahlah, Mas, aku sudah ikhlas kamu dengan perempuan lain, semoga kamu bahagia dengannya."

"Maafkan aku Sih, aku terpaksa." 

"Kalau boleh tau siapa dia Mas? Apa yang kamu bawa ke RS waktu Saheer sakit?"

"Bukan Sih, ini lain," 

"Astaghfirullah alazdim, kamu mudah banget maenin wanita Mas, tapi ya sudahlah, aku tidak perduli yang penting kamu beresin aku dulu Mas!"

"Sih, sebenarnya aku masih sayang kamu, aku terpaksa karena harus tanggung jawab."

"Tanggung jawab? Maksudnya kamu udah buat dia hamil Mas? tanyaku terkejut bukan main.

"Iya sih, aku ga sengaja,"  

"Kamu menjijikan Mas!" 

"Sih tolong maafkan aku" 

"Udah cukup Mas, segera ceraikan aku dan kamu urus pernikahan mu!"

Kleeekkk ... Kuputus sambungan telepon.

"Syukran ya Baba (Terimakasih Baba)." seraya kuserahkan hp pada nya.

 Hem ... aku samasekali tidak sakit hati mendengar Mas Bagas mau nikah lagi secara langsung dari mulut nya, apa itu artinya aku sudah tidak mencintai nya lagi? Syukurlah ... Tapi aku sungguh jijik dengan perbuatan Mas Bagas, sehina itu kah dirinya? Masa bodolah sekarang saat nya aku fokus ke Saheer saja, aku tidak mau lagi memikirkan lelaki pemalas ,pemeras dan tempramen itu. Mungkin Yani dan Yanti benar kalau aku lepas dari Mas Bagas akan ada pria baik yang Allah berikan untukku. Aku bersyukur sekali punya dua sahabat dari NTB itu. Ya, Yanti dari Sumbawa dan Yani dari Lombok. Alhamdulillah Yaa Allah Engaku anugerahkan hamba rezeki berupa dua teman yang baik dan pengertian.

Bersambung.....

Part berikutnya berjudul #hadiah_Dari_Hamid 

 Hamid mulai menunjukan sikap romantis dan menggemaskannya pada Esih, apakah Esih akan luluh? Nantikan kelanjutannya ya, Terimakasih salam hangat 😘

Bab terkait

  • DIPAKSA JADI TKW   Hadiah Dari Hamid

    Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah hampir habis kontrak kerjaku di rumah Baba Saleh dan mama Salha. Aku senang karena akan segera pulang dan bertemu putraku yang lama kurindukan.Dia pasti sudah besar usianya 2, 5 th saat aku pulang nanti . Aku tak sabar ingin segera memeluk nya.Tapi disisi lain aku juga berat meninggalkan keluarga ini, mereka sangat baik padaku. Anak-anak juga akrab dengan ku, meski mereka kadang nakal dan membuat ku repot, tapi aku bahagia bersama mereka. Kami sudah menjadi keluarga selama dua tahun ini, sungguh berat rasanya berpisah dengan mereka. Namun, aku tetap harus pulang untuk mengurus perceraianku dengan mas Bagas. Aku yakin Mas Bagas sudah mengurus nya, jadi saat aku pulang, aku hanya tinggal ambil akta cerai di pengadilan agama dan tanda tangan saja. Aku tidak menyangka pernikahanku dengan Mas Bagas berakhir seperti ini.Aku bersyu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • DIPAKSA JADI TKW   Rencana Hamid. 11

    Kuhentakan kaki dengan kesal, kulihat Hamid masih menertawakanku. "Apaan begitu? Ktaanya i love you, lihat aku kesasar bukanya ditunjukkan jalan yang benar,malah di ketawain, dasar borokok!" rutukku sambil jalan ke pos alias dapur kilat Akhirnya sampai juga aku di pos, sudah ada Badriah lagi bersama Yani dan Yanti. Niat hati ingin curhat ke Yani dan Yanti tentang kejadian sama Hamid tadi, tapi kuurungkan karena ada Badriah. "Assalamualaikum ... ." sapaku kepada mereka bertiga. "Waalaikumussalam ... ." jawab mereka serempak. "MTab, udah kesini, Yan?" Tanyaku pada Yanti. "Udah, nampannya juga di bawa." jawab Yanti. "Kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu, Sih?" Yani bertanya. Emang paling peka teman yang satu ini. "Aku nyasar, mau balik sini malah ke kandang unta!" gerutuku kesal sendiri mengingat Hamid menertawakanku. Sontak mereka bertiga tertawa "Kok, bisa nyasar, kamu kan udah biasa di sini?" tanya Yani lagi. "Aku ga perhatiin jalan." jawabku "Makanya non, j

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • DIPAKSA JADI TKW   Ego Sang Suami

    Part.1 #Ego_Sang_SuamiSiang itu di dalam kamar kami. Mas Bagas menatapku dengan tajam, wajahnya terlihat serius hingga timbul urat-urat halus di keningnya. Jika sudah begini aku harus mempersiapkan tubuh. Sikapnya yang suka main tangan saat emosi sungguh menakutkan.Kami kembali berdebat. Lagi-lagi Mas Bagas menyuruhku untuk pergi ke luar negeri, ke Arab Saudi tepatnya."Aku tidak mau pergi Mas, kasian anak kita."Lebih kasian lagi kalo nanti dia besar mau jajan atau mainan kita gak bisa membelikannya!" dalihnya.Aku menggelengkan kepala, "Tapi, itu tugasmu sebagai kepala keluarga!"Aku membantah kata-kata Mas Bagas berusaha mengingatkannya kembali mana tugas tulang punggung dan tugas tulang rusuk. Mungkin ia sudah lupa tugasnya sebagai kepala rumah tangga.Sementara aku adalah seorang ibu rumah tangga. Tugasku adalah mengurusi rum

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • DIPAKSA JADI TKW   Keributan Dibalik Keributan

    Part.2 #Keributan_Dibalik_KeributanDari balik gorden bermotif bunga mawar warna kunyit aku mengintip dari dalam kamar. Aku mendengkus kesal. Suamiku ini, lancang sekali dia mengambil keputusan tanpa tanya pendapatku. Dadaku ikut turun naik seiring emosi yang tertahan di dada."Jahaaat … kamu jahat Mas," rutukku dalam hati."Berkasnya sudah disiapkan gas?""Belum Mas. Apa saja ya, berkasnya?""Nanti aku sms aja ya, Gas.""Iya. Iya, mas.""Kalau gitu aku permisi dulu Gas, masih ada urusan." Mas Guntur berpamitan. Akhirnya tamu tak diundang itu pulang."Iya, Mas Guntur, terimakasih." Mas Bagas menjawab dengan ramah. Padahal jika berbicara padaku mulutnya selalu kasar. Dasar suami tak punya otak."Assalamualaikum.""Waalaikumussalam."Keduanya bersalam

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Arman

    Setelah mas Bagas pergi, kucoba untuk pejamkan mata. Jam dinding di atas nakas menunjukkan pukul 21: 30. Kurapalkan doa tidur lalu kutatap wajah putraku yang tengah lelap. Kuusap lembut kepalanya, kucium pipi gembulnya berkali-kali, tapi dia tidak terganggu sedikit pun oleh ulahku. Napasnya teratur menandakan dia sangat lelap.Sayang, apakah kita akan berpisah? Sanggupkah aku jauh darimu? Bagaimana kau menjalani kehidupan yang baru kau mulai ini tanpa ibu sayang?! Airmataku meluncur begitu saja, tadi niatku akan tidur, tapi pikiranku malah berkelana tanpa arah, kucoba kendalikan pikiranku."Heiii pikiranku! Ayo kita istirahat dulu, kembalilah ke tempatmu!"Aaahhhh ... dia sudah liar keman-mana, bahkan sudah bertamasya di suatu masa yang telah berlalu, masa dimana aku hamil .#Flash back ON.Sore itu mas Bagas baru pulang dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • DIPAKSA JADI TKW   PERPISAHAN TIBA

    DIPAKSA JADI TKWROMANSA CINTA PANGERAN ARAB DAN TKWpart.4 #Perpisahan_TibaArman semakin mendekat, jarak kami hanya beberapa inci, degup jantungku makin bergolak, dia memegang tanganku. Refleks coba melepaskan tanganku dari tangannya, tapi sia- sia. Genggaman tangannya begitu kuat."Arman, lepasin ...!" protesku sambil berontak"Kamu kenapa, rilex saja tak perlu tegang begini, Esih.""Lepasin! Kamu jangan macam-macam, Arman!""Macam-macam apa? Kamu jangan berpikir aneh-aneh Esihku yang manis, aku cuma mau bicara.""Tapi ga perlu pegang tanganku gini, sakit!" gerutuku dengan muka masam."Iya, iya, maaf. Aku ga bermaksud menyakitimu." Arman melepas tanganku."Yaudah, ngomong aja." Kupasang wajah cemberut."Esih ... aku ingin kamu tinggalkan Bag

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • DIPAKSA JADI TKW   Assalamualaik Baginda Nabi, Assalamualaiku Saudi.

    Selama dua Minggu, aku menjalani pendidikan di PJTKI.Tak banyak yang kupelajari, hanya sekedar perkenalan diri dan nama perabotan dalam rumah, yang mampu saya hafal dalam bahasa Arab.Kata temanku, "Nanti, kalau sudah minum air sana juga lancar sendiri."Dan hari itu tinggal menunggu esok pagi, untukku(aku) dan beberapa teman setujuan untuk terbang ke Saudi. Mereka yang sudah ex terlihat santai, sedang yang non sepertiku terlihat gugup. ******Pagi itu, 29 September2007. Kami yang di jadwalkan terbang di suruh berkumpul di aula untuk pembekalan akhir. Kami berkumpul, rupanya akan ada pengajian atau ceramah, sebab di situ nampak seorang wanita berpakaian syar'i sepertinya seorang Ustadzah. Dia duduk dengan sebuah mix tergeletak di depannya. Kami berkumpul dengan khidmad."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ustadzah itu mengucap salam.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • DIPAKSA JADI TKW   Kehangatan Keluarga

    Mobil pun menuju pondok dekat kandang unta. Di sana, ada mobil tangki air dan ada seekor keledai terikat sambil asyik mengunyah rumput. Tiba kami di depan pondok. Kami turun sambil menurunkan beberapa barang tapi tidak semua. Di pondok ada seorang pria seperti orang India, rupanya dia yang menjaga pondok sebelah sini, karena pondok satu nya juga dijaga seorang pria, yang tadi sedang memotong rumput dengan mobil khusus pemotong rumput.Pria itu menatapku. Aku jadi takut, karena kulitnya gosong terbakar matahari dan matanya merah."Assalamualaikum," ucap pria itu."Wa … waa ... waalaikumussalam," jawabku terbata."Ekheemmm!" Majikan pria berdehem"Ya Abdulgahir, hia min Indunisiy, alyoum jik. (Hai Abdulgahir, dia dari Indonesia, hari ini baru tiba)," tutur majikanku.Iya"Salam," kata pria yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10

Bab terbaru

  • DIPAKSA JADI TKW   Rencana Hamid. 11

    Kuhentakan kaki dengan kesal, kulihat Hamid masih menertawakanku. "Apaan begitu? Ktaanya i love you, lihat aku kesasar bukanya ditunjukkan jalan yang benar,malah di ketawain, dasar borokok!" rutukku sambil jalan ke pos alias dapur kilat Akhirnya sampai juga aku di pos, sudah ada Badriah lagi bersama Yani dan Yanti. Niat hati ingin curhat ke Yani dan Yanti tentang kejadian sama Hamid tadi, tapi kuurungkan karena ada Badriah. "Assalamualaikum ... ." sapaku kepada mereka bertiga. "Waalaikumussalam ... ." jawab mereka serempak. "MTab, udah kesini, Yan?" Tanyaku pada Yanti. "Udah, nampannya juga di bawa." jawab Yanti. "Kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu, Sih?" Yani bertanya. Emang paling peka teman yang satu ini. "Aku nyasar, mau balik sini malah ke kandang unta!" gerutuku kesal sendiri mengingat Hamid menertawakanku. Sontak mereka bertiga tertawa "Kok, bisa nyasar, kamu kan udah biasa di sini?" tanya Yani lagi. "Aku ga perhatiin jalan." jawabku "Makanya non, j

  • DIPAKSA JADI TKW   Hadiah Dari Hamid

    Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah hampir habis kontrak kerjaku di rumah Baba Saleh dan mama Salha. Aku senang karena akan segera pulang dan bertemu putraku yang lama kurindukan.Dia pasti sudah besar usianya 2, 5 th saat aku pulang nanti . Aku tak sabar ingin segera memeluk nya.Tapi disisi lain aku juga berat meninggalkan keluarga ini, mereka sangat baik padaku. Anak-anak juga akrab dengan ku, meski mereka kadang nakal dan membuat ku repot, tapi aku bahagia bersama mereka. Kami sudah menjadi keluarga selama dua tahun ini, sungguh berat rasanya berpisah dengan mereka. Namun, aku tetap harus pulang untuk mengurus perceraianku dengan mas Bagas. Aku yakin Mas Bagas sudah mengurus nya, jadi saat aku pulang, aku hanya tinggal ambil akta cerai di pengadilan agama dan tanda tangan saja. Aku tidak menyangka pernikahanku dengan Mas Bagas berakhir seperti ini.Aku bersyu

  • DIPAKSA JADI TKW   Mas Bagas Minta Ijin

    Suara adzan subuh berkumandang bersahutan dari berbagai mushola dan masjid di lingkungan rumah jaddah. Aku pun membuka mata malas, mataku masih ngantuk, rasanya baru sebentar tidur. Dengan setengah sadar ku bangkit dari gumulan selimut tebalku. Pelan-pelan menuju kamar mandi untuk gosok gigi, lalu berwudhu dengan air hangat yang mengucur dari keran merah dan biru menyatu sempurna. Aku pun sholat di ruang tv, seperti semua perempuan di rumah ini sholat. Sedang para lelaki, mereka sholat di masjid. Usai sholat kulakukan aktivitas pagi seperti di rumah majikanku di Tabarjal. Cuaca di Nabq jauh lebih dingin dari Tabarjal, mungkin karena letaknya dekat dengan gurun pasir dan bebatuan yang menyerupai gunung , dalam bahasa Arabnya yakni Jabal. Aku sudah mengenakan baju tiga lapis di dalam dan satu baju tebal di luar serta syial di leher. Tak ketinggalan kaos kaki tebal melengkapi atribut musim dinginku agar tubuh ini terasa hanagat. Namun, masih saja terasa din

  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Adik Nyonya

    Pagi hari yang dingin bahkan serasa membeku, suhu minus 7°. Usai sholat subuh enaknya mah tidur lagi, tapi tidak baik tidur selepas subuh karena rezeki akan menjauh.Kusiapkan sarapan untuk kami semua dengan menu 'kubs' sejenis roti, dengan teman-teman nya yakni zaitun, mentega, keju, selai strawberry, dan minyak zaitun sebagai cocolan dan toping. Kubuat juga susu, teh dan gahwa. Yakni kopi yang di panggangan tidak sampai hitam, hanya kuning kecoklatan, kemudian digiling kasar dan diseduh dengan tambahan sejumput kapulaga, samasekali tidak memakai gula. Usai membuat sarapan, aku meletakkannya di ruang keluarga. Sambil menunggu mereka bangun, aku mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa ke Nabq dan keperluan untuk di mazra'ah /sawah. Kudengar mereka sudah bangun dan membersihkan diri, sementara duo bocil tahu-tahu memegangi rokku. "Ahla biikkumm, sobahal khair ya h

  • DIPAKSA JADI TKW   Konflik

    Setahun berlalu, tinggal bersama keluarga Baba Saleh dan Mama Salha memberikan warna tersendiri dalam hidupku. Mereka menganggapku seperti keluarga sendiri, dan anak-anak mereka juga sangat dekat denganku. Apalagi aku sudah lancar bahasa Arab, jadi mudah berkomunikasi dengan seluruh keluarga majikan.Awal aku datang ada MTab, Fahad, Abir, Demah, Wujdan, dan satu lagi masih dalam kandungan mama Salha. Kini, dia sudah berusia sembilan bulan, namanya Sultana. Tentu saja, Sultana akan segera punya adik. Ya, Mama Salha hamil lagi. Usia kandungan anak ketujuh itu sudah empat atau lima bulan. Terbayang betapa repotnya aku kerja sendiri mengurus keperluan mereka. Namun, Alhamdulillah karena mereka baik dan gaji lancar serta kebutuhanku semua mereka penuhi, jadi aku tak mengapa walau harus capek kerja.Yang justru membebani pikiranku tak lain dan tak bukan adalah suamiku Mas Bagas! Tiap bulan selalu minta dikirim uang, untuk Sahee

  • DIPAKSA JADI TKW   Kehangatan Keluarga

    Mobil pun menuju pondok dekat kandang unta. Di sana, ada mobil tangki air dan ada seekor keledai terikat sambil asyik mengunyah rumput. Tiba kami di depan pondok. Kami turun sambil menurunkan beberapa barang tapi tidak semua. Di pondok ada seorang pria seperti orang India, rupanya dia yang menjaga pondok sebelah sini, karena pondok satu nya juga dijaga seorang pria, yang tadi sedang memotong rumput dengan mobil khusus pemotong rumput.Pria itu menatapku. Aku jadi takut, karena kulitnya gosong terbakar matahari dan matanya merah."Assalamualaikum," ucap pria itu."Wa … waa ... waalaikumussalam," jawabku terbata."Ekheemmm!" Majikan pria berdehem"Ya Abdulgahir, hia min Indunisiy, alyoum jik. (Hai Abdulgahir, dia dari Indonesia, hari ini baru tiba)," tutur majikanku.Iya"Salam," kata pria yang

  • DIPAKSA JADI TKW   Assalamualaik Baginda Nabi, Assalamualaiku Saudi.

    Selama dua Minggu, aku menjalani pendidikan di PJTKI.Tak banyak yang kupelajari, hanya sekedar perkenalan diri dan nama perabotan dalam rumah, yang mampu saya hafal dalam bahasa Arab.Kata temanku, "Nanti, kalau sudah minum air sana juga lancar sendiri."Dan hari itu tinggal menunggu esok pagi, untukku(aku) dan beberapa teman setujuan untuk terbang ke Saudi. Mereka yang sudah ex terlihat santai, sedang yang non sepertiku terlihat gugup. ******Pagi itu, 29 September2007. Kami yang di jadwalkan terbang di suruh berkumpul di aula untuk pembekalan akhir. Kami berkumpul, rupanya akan ada pengajian atau ceramah, sebab di situ nampak seorang wanita berpakaian syar'i sepertinya seorang Ustadzah. Dia duduk dengan sebuah mix tergeletak di depannya. Kami berkumpul dengan khidmad."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ustadzah itu mengucap salam.

  • DIPAKSA JADI TKW   PERPISAHAN TIBA

    DIPAKSA JADI TKWROMANSA CINTA PANGERAN ARAB DAN TKWpart.4 #Perpisahan_TibaArman semakin mendekat, jarak kami hanya beberapa inci, degup jantungku makin bergolak, dia memegang tanganku. Refleks coba melepaskan tanganku dari tangannya, tapi sia- sia. Genggaman tangannya begitu kuat."Arman, lepasin ...!" protesku sambil berontak"Kamu kenapa, rilex saja tak perlu tegang begini, Esih.""Lepasin! Kamu jangan macam-macam, Arman!""Macam-macam apa? Kamu jangan berpikir aneh-aneh Esihku yang manis, aku cuma mau bicara.""Tapi ga perlu pegang tanganku gini, sakit!" gerutuku dengan muka masam."Iya, iya, maaf. Aku ga bermaksud menyakitimu." Arman melepas tanganku."Yaudah, ngomong aja." Kupasang wajah cemberut."Esih ... aku ingin kamu tinggalkan Bag

  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Arman

    Setelah mas Bagas pergi, kucoba untuk pejamkan mata. Jam dinding di atas nakas menunjukkan pukul 21: 30. Kurapalkan doa tidur lalu kutatap wajah putraku yang tengah lelap. Kuusap lembut kepalanya, kucium pipi gembulnya berkali-kali, tapi dia tidak terganggu sedikit pun oleh ulahku. Napasnya teratur menandakan dia sangat lelap.Sayang, apakah kita akan berpisah? Sanggupkah aku jauh darimu? Bagaimana kau menjalani kehidupan yang baru kau mulai ini tanpa ibu sayang?! Airmataku meluncur begitu saja, tadi niatku akan tidur, tapi pikiranku malah berkelana tanpa arah, kucoba kendalikan pikiranku."Heiii pikiranku! Ayo kita istirahat dulu, kembalilah ke tempatmu!"Aaahhhh ... dia sudah liar keman-mana, bahkan sudah bertamasya di suatu masa yang telah berlalu, masa dimana aku hamil .#Flash back ON.Sore itu mas Bagas baru pulang dari

DMCA.com Protection Status