Beranda / Romansa / DIPAKSA JADI TKW / Godaan Adik Nyonya

Share

Godaan Adik Nyonya

Penulis: Norma Yunita
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-18 16:33:03

 Pagi hari yang dingin bahkan serasa membeku, suhu minus 7°. Usai sholat subuh enaknya mah tidur lagi, tapi tidak baik tidur selepas subuh karena rezeki akan menjauh.Kusiapkan sarapan untuk kami semua dengan menu 'kubs' sejenis roti, dengan teman-teman nya yakni zaitun, mentega, keju, selai strawberry, dan minyak zaitun sebagai cocolan dan toping. Kubuat juga susu, teh dan gahwa. Yakni kopi yang di panggangan tidak sampai hitam, hanya kuning kecoklatan, kemudian digiling kasar dan diseduh dengan tambahan sejumput kapulaga, samasekali tidak memakai gula.

             

Usai membuat sarapan, aku meletakkannya di ruang keluarga. Sambil menunggu mereka bangun, aku mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa ke Nabq dan keperluan untuk di mazra'ah /sawah. Kudengar mereka sudah bangun dan membersihkan diri, sementara duo bocil tahu-tahu memegangi rokku. 

"Ahla biikkumm, sobahal khair ya habubi.(Hai kalian, selamat pagi / pagi yang indah wahai kesayangan-kesayanganku)."

"Sobah nuyy 'sobahan nur'. (Pagi yang bercahaya)." jawab keduanya kompak. 

Padahal lagi gelap  berkabut pagi ini, tapi tetep harus bilang bercahaya karena itu harapan.

Kubersihkan duo bocil itu, kudandani dan kubuat cantik. Ya, walaupun ga mandi.

"Ta'aali futur.(Yuk sarapan)." ucapaku pada keduanya sambil kugandeng tangan mereka, dan mereka manut saja.

"Ya esih, khalas ti gradaah? (Esih, kamu sudah selesai mempersiapkan barang-barang)?" tanya nyonyaku.

"Na'am, ya mama, kulu jahis." (Iya, Nya, semua sudah siap)" jawabku mantap.

"Kuwayis, ta'aali futur." (Bagus, sini sarapan)." ajak Nyonya padaku.

 Kami pun sarapan bersama di tempat yang sama dengan penuh suka cita dan hangat, karena ada mesin penghangat badan di ruangan ini. Usai sarapan segera kubereskan semua.

"Yaa Esih, nadi Yanti asan sa'adki"(Esih, panggil Yanti untuk membantumu)!" ucap Baba.

"Thayib, Baba. (Baik, Baba)." sambil kuberjalan ke rumah di sebalik tembok di mana Yanti tinggal bersama kedua orang tua Baba.

Yanti datang setelah aku 8 bulan disini, dia orang Sumbawa-NTB, masih gadis dan cantik serta baik padaku. 

"Yan, bantuin angkut barang yuk." 

"Iya aku bilang nenek dulu ya."

"Biar aku yang bilang, kamu cuci tangan gih. " 

"Ok deh ." gegas Yanti cuci tangan.

 "Yumma khabir, tugul Baba, kali Yanti tijik. (Mama besar, kata Baba biar Yanti datang)." ucapku kepada ibunya baba.

"Teruhin ala Nabq ya Esih? (Kalian akan pergi ke Nabq ya Esih)?" 

"Na'am ya Yumma.(Benar, Mama)." jawabku.

"Yalah Yanti sa'ad huum! (Ayolah Yanti bantu mereka)!" titah nenek kepada Yanti.

"Thayib Yumma." jawab Yanti.

"Salam buat Yani ya Sih."

"Insyaallah, aku sampaikan salammu." 

Barang-barang sudah siap di mobil bak, aku dan Yanti mengikatnya kuat-kuat biar tidak tercecer di jalan. Saat Musim dingin kami memang pergi dengan mobil bak, karena barang yang kami bawa sangat banyak. Diantaranya selimut-selimut besar dan tebal nyaris seperti kasur. Kami masuk mobil kecuali Yanti, aku dan 5 anak  di jok belakang dengan duo bocil satu di pangkuanku, satu lagi dipangku Abir. Sedangkan nyonya memangku adik duo bocil, yakni Sultana dan calon bayi di perutnya. Kami bercanda ria sepanjang perjalanan.

******************

"Ya antuum isma'i hada! Maragat urgobat begeratna, akhair min maragat urgobat begeratkum." kata Baba memulai permainan.

Kami semua berusaha menirukan kata kata Baba yang diucapkan dengan sangat cepat agar lidah kami terpeleset. Baba mengetes kami satu-satu kecuali si Bebi adik duo bocil, ada yang mengucapkan nya dengan benar dan cepat, ada pula yang terpeleset lidahnya membuat kami tertawa.

"Yalah Esih, guli ha! (Ayolah Esih, kamu katakan)!" todong Baba padaku di ikuti sorak sorai yang lain memberi dukungan. 

"Maragat urgobat begeratna akhair min maragat urgobat begeratkum." ucapku dengan cepat.

"Yeeeeaaayyyy ..." sahut mereka serempak.

"Atiha hadiah yuba."(Berilah dia hadiah pak)." kata Fahad. 

"Iwallah, geir ana atiha. ( Iya sungguh, aku akan memberinya hadiah)." jawab baba.

 Mobil pun menepi di depan sebuah mini market. Baba, MTab dan Fahad turun. Tak lama mereka kembali dengan memabawa tentengan lalu masuk mobil.

"Ya Esih, hada hadiah lik.(Esih, ini hadiah untukmu)." kata Baba dengan menyerahkan sekardus mie instan buatan negaraku.

"Syukran ya Baba, Mama. (Terimakasih Baba, Mama)." ucapku sambil ku angggukan kepala ke arah Baba dan Mama.

"Afwan! (Kembali)!" jawab Tuan dan Nyonyaku.

"Hmmm tahu aja si Baba, kalau stock mie instanku sudah habis." ucapku dalam hati.

Mobil kembali melaju, canda-tawa pun berlanjut sampai Baba menghentikan mobilnya di tengah gurun pasir. Kami turun lalu mempersiapkan makanan ringan dan minuman bersoda yang tadi Baba beli. 

Menyenangkan sekali hidup bersama mereka, orang asing yang seperti keluarga. Kadang aku bersyukur karena Mas Bagas telah melemparku ke sini. 

"Esih, inti khalas ? ( Esih kamu udahan)?" ucap Nyonya membuyarkan lamunanku.

"Khalas, ya Mama. (Sudah mama)." jawabku menyudahi lamunan.

"Yalah urkub ba siyarah!" (Ayolah naik ke mobil)!"

Kami semua sudah kembali naik mobil menuju sawah, aku melanjutkan lamunanku yang tadi buyar oleh nyonya. Sepanjang sisa perjalanan, kuhabiska dengan melamun, hingga tak terasa kami sampai di sawah. Kami bergegas turun, lalu anak-anak langsung berhamburan ke padang pasir. Mereka seperti tak merasakan dinginnya cuaca.

"Hmmmm kalau pada demam aja aku yang repot!" gerutuku dalam hati.

"Mama, ana abga dawiri hatab.(Mama, aku mau nyari kayu)."  pamitku pada Nyonya.

Kayu yang kumaksud adalah tumbuhan pendek sejenis kaktus, kayunya hanya sebatas lengan anak-anak. Namun, kuat dan berduri sehingga aku harus menggunakan sarung tangan tebal untuk mencabutnya biar tidak tertusuk durinya. 

"Iwallah dawiriha, u katirha! (Iyalah, carilah, dan banyakin)!" 

"Thayib," jawabku sambil berlalu meninggalkan Mama-Baba dan bayi mungil mereka. 

Kudapatkan banyak kayu bakar, segera ku  buat api unggun untuk penghangat badan. Lalu kunyalakan kompor gas praktis untuk memasak makan siang. Alhamdulillah semua sudah beres, kami makan siang dengan qhidmat. Tiba-tiba...

Pyuurrrrrr ... yaahhhh ... duo bocil itu menumpahkan pasir di tengah makanan kami.

"Allah yahdik, ya Demah, ,Wujdan. (Yaa Allah, kalian ini, Demah, Wujdan)." omel Baba. 

"Khaif naqil ya hmmm? (Bagaimana kita makan ya hemmm)?" MTab sesungut kesal.

"Quli ali nadhif! (Makanlah yang masih bersih)." kata Nyonyaku bijak.

Aku hanya tersenyum dengan tingkah duo bocil itu, meski aku pun sudah kehilangan selera makan seperti yang lain. Bagaimana mau di makan, tuh nasi sudah rata  bertabur pasir.

Usai makan siang mereka main lagi, aku juga ikut main bersama mereka untuk mengawasi duo bocil yang sangat aktif. Sementara Mama dan Sulatana tidur di pondok. Sedang Baba bersama dua tukang sawah sedang mengerjakan sesuatu.

Alhamdulillah yaa Allah, setiap berada di sini hatiku begitu lega, damai dan nyaman. Disini aku bisa melihat kuasaMu yang selama ini tak kusadari.

Selesai sholat ashar kami bergegas pergi ke Nabq, perjalanan dari sawah menuju Nabq sekitar 40 menit. Jadi sebelum magrib kami sudah tiba di rumah Jaddah, ibu dari Nyonyaku. Aku memanggil Jaddah yang artinya nenek.

  ******Malam hari di rumah Jaddah***** 

"Salam alayk ya Esih." sapa Hamid mengagetkanku yang tengah bikin susu di dapur.

"Waalaikassalam," jawabku datar.

"Lil min halib?(Buat siapa tuh susu)?" tanya Hamid.

"Liyaa!" (Untuku)!" jawabku tanpa menoleh.

"Thayib, sawi liyaa ba' ad! (Baik, buat untukku juga)!" titahnya.

"Thayib," jawabku tetap datar.

 Ini satu hal yang tak kusukai di rumah nenek, ada anak nenek atau adik nyonya yang suka menggangguku saat orang- orang sudah tidur. Meskipun dia tampan, sangat tampan malah. Namun, aku tidak suka padanya, karena aku takut dapat masalah besar jika ada yang liat kami berduaan begini.

"Haa, kud halibik! (Ni, amabil susumu)!" judes ku padanya. Yaa, memang lelaki model begini harus di judesin biar mereka tidak menganggap kita perempuan gampangan. Sekali saja, kita senyum pada lelaki sini, maka akan dianggap kita mau di cium olehnya. Iiiihhh jijaayy!

"Syukran ya Esih, mumkin nekalam suwuaya? (Terimakasih Esih, mungkinkah kita ngobrol sebentar)?"

Tukan di kasih hati minta jantung! 

"Laaa! Ana abga noum!" (Tidak, aku mau tidur)!" tolakku.

"Bas suwuaya ya Esih.(Cuma sebentar yaa Esih)."  bujuknya.

"Laa, laa, laa! (Tidak, tidak, tidak)!" tolakku samabil balik badan. 

Srrreeeetttt ... aaiiikkkk ... aku hampir terjengkang karena Hamid menarik ujung kerudungku dari belakang. Untung dia menangkapku, eeiittt untung? Tidak, tidak tidak, ini buntung bukan untung. Kalau ada yang lihat bisa jadi petaka untukku. 

"Min ali bal matbakh? (Siapa yang di dapur)?" Suara adik perempuan Nyonyaku, tak lain kakak si Hamid.

"Tuh 'kan ada yang lihat, haduh, mampus aku!"  recauku dalam hati.

"Kali ni ya Hamid. (Biarkan aku ya Hamid)." ucapku sambil berontak dari dekapannya.

Alhamdulillah aku berhasil lepas darinya, buru-buru aku lari ke tempat tidur sebelum ketangkap basah. Segera aku menyelusup kedalam selimut tebalku, masa bodo dengan Hamid yang masih ngap-ngop di dapur. Biar dia saja yang jadi kepiting rebus di sana kalau kakak nya mengintrogasi. Kurapalkan doa tidur, semoga mimpi indah bertemu anakku Saheer.

Bersambung.....

Yaaakaaannn, nyebelin kan si Hamid?! Tapi ganteng banget loh dia, jauh lebih ganteng dari opa-opa korea. Sekarang Esih masih sebel, tapi nanti Esih akan klepek- klepek dengan pesona hidung pink Hamid. Part selanjutnya berjudul #Mas_Bagas_Minta_ijin 

Nah kira-kira Bagas minta ijin apa ya? Di tunggu ya readers,  ya , terimakasih salam hangat 😘

Bab terkait

  • DIPAKSA JADI TKW   Mas Bagas Minta Ijin

    Suara adzan subuh berkumandang bersahutan dari berbagai mushola dan masjid di lingkungan rumah jaddah. Aku pun membuka mata malas, mataku masih ngantuk, rasanya baru sebentar tidur. Dengan setengah sadar ku bangkit dari gumulan selimut tebalku. Pelan-pelan menuju kamar mandi untuk gosok gigi, lalu berwudhu dengan air hangat yang mengucur dari keran merah dan biru menyatu sempurna. Aku pun sholat di ruang tv, seperti semua perempuan di rumah ini sholat. Sedang para lelaki, mereka sholat di masjid. Usai sholat kulakukan aktivitas pagi seperti di rumah majikanku di Tabarjal. Cuaca di Nabq jauh lebih dingin dari Tabarjal, mungkin karena letaknya dekat dengan gurun pasir dan bebatuan yang menyerupai gunung , dalam bahasa Arabnya yakni Jabal. Aku sudah mengenakan baju tiga lapis di dalam dan satu baju tebal di luar serta syial di leher. Tak ketinggalan kaos kaki tebal melengkapi atribut musim dinginku agar tubuh ini terasa hanagat. Namun, masih saja terasa din

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • DIPAKSA JADI TKW   Hadiah Dari Hamid

    Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah hampir habis kontrak kerjaku di rumah Baba Saleh dan mama Salha. Aku senang karena akan segera pulang dan bertemu putraku yang lama kurindukan.Dia pasti sudah besar usianya 2, 5 th saat aku pulang nanti . Aku tak sabar ingin segera memeluk nya.Tapi disisi lain aku juga berat meninggalkan keluarga ini, mereka sangat baik padaku. Anak-anak juga akrab dengan ku, meski mereka kadang nakal dan membuat ku repot, tapi aku bahagia bersama mereka. Kami sudah menjadi keluarga selama dua tahun ini, sungguh berat rasanya berpisah dengan mereka. Namun, aku tetap harus pulang untuk mengurus perceraianku dengan mas Bagas. Aku yakin Mas Bagas sudah mengurus nya, jadi saat aku pulang, aku hanya tinggal ambil akta cerai di pengadilan agama dan tanda tangan saja. Aku tidak menyangka pernikahanku dengan Mas Bagas berakhir seperti ini.Aku bersyu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • DIPAKSA JADI TKW   Rencana Hamid. 11

    Kuhentakan kaki dengan kesal, kulihat Hamid masih menertawakanku. "Apaan begitu? Ktaanya i love you, lihat aku kesasar bukanya ditunjukkan jalan yang benar,malah di ketawain, dasar borokok!" rutukku sambil jalan ke pos alias dapur kilat Akhirnya sampai juga aku di pos, sudah ada Badriah lagi bersama Yani dan Yanti. Niat hati ingin curhat ke Yani dan Yanti tentang kejadian sama Hamid tadi, tapi kuurungkan karena ada Badriah. "Assalamualaikum ... ." sapaku kepada mereka bertiga. "Waalaikumussalam ... ." jawab mereka serempak. "MTab, udah kesini, Yan?" Tanyaku pada Yanti. "Udah, nampannya juga di bawa." jawab Yanti. "Kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu, Sih?" Yani bertanya. Emang paling peka teman yang satu ini. "Aku nyasar, mau balik sini malah ke kandang unta!" gerutuku kesal sendiri mengingat Hamid menertawakanku. Sontak mereka bertiga tertawa "Kok, bisa nyasar, kamu kan udah biasa di sini?" tanya Yani lagi. "Aku ga perhatiin jalan." jawabku "Makanya non, j

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • DIPAKSA JADI TKW   Ego Sang Suami

    Part.1 #Ego_Sang_SuamiSiang itu di dalam kamar kami. Mas Bagas menatapku dengan tajam, wajahnya terlihat serius hingga timbul urat-urat halus di keningnya. Jika sudah begini aku harus mempersiapkan tubuh. Sikapnya yang suka main tangan saat emosi sungguh menakutkan.Kami kembali berdebat. Lagi-lagi Mas Bagas menyuruhku untuk pergi ke luar negeri, ke Arab Saudi tepatnya."Aku tidak mau pergi Mas, kasian anak kita."Lebih kasian lagi kalo nanti dia besar mau jajan atau mainan kita gak bisa membelikannya!" dalihnya.Aku menggelengkan kepala, "Tapi, itu tugasmu sebagai kepala keluarga!"Aku membantah kata-kata Mas Bagas berusaha mengingatkannya kembali mana tugas tulang punggung dan tugas tulang rusuk. Mungkin ia sudah lupa tugasnya sebagai kepala rumah tangga.Sementara aku adalah seorang ibu rumah tangga. Tugasku adalah mengurusi rum

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • DIPAKSA JADI TKW   Keributan Dibalik Keributan

    Part.2 #Keributan_Dibalik_KeributanDari balik gorden bermotif bunga mawar warna kunyit aku mengintip dari dalam kamar. Aku mendengkus kesal. Suamiku ini, lancang sekali dia mengambil keputusan tanpa tanya pendapatku. Dadaku ikut turun naik seiring emosi yang tertahan di dada."Jahaaat … kamu jahat Mas," rutukku dalam hati."Berkasnya sudah disiapkan gas?""Belum Mas. Apa saja ya, berkasnya?""Nanti aku sms aja ya, Gas.""Iya. Iya, mas.""Kalau gitu aku permisi dulu Gas, masih ada urusan." Mas Guntur berpamitan. Akhirnya tamu tak diundang itu pulang."Iya, Mas Guntur, terimakasih." Mas Bagas menjawab dengan ramah. Padahal jika berbicara padaku mulutnya selalu kasar. Dasar suami tak punya otak."Assalamualaikum.""Waalaikumussalam."Keduanya bersalam

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Arman

    Setelah mas Bagas pergi, kucoba untuk pejamkan mata. Jam dinding di atas nakas menunjukkan pukul 21: 30. Kurapalkan doa tidur lalu kutatap wajah putraku yang tengah lelap. Kuusap lembut kepalanya, kucium pipi gembulnya berkali-kali, tapi dia tidak terganggu sedikit pun oleh ulahku. Napasnya teratur menandakan dia sangat lelap.Sayang, apakah kita akan berpisah? Sanggupkah aku jauh darimu? Bagaimana kau menjalani kehidupan yang baru kau mulai ini tanpa ibu sayang?! Airmataku meluncur begitu saja, tadi niatku akan tidur, tapi pikiranku malah berkelana tanpa arah, kucoba kendalikan pikiranku."Heiii pikiranku! Ayo kita istirahat dulu, kembalilah ke tempatmu!"Aaahhhh ... dia sudah liar keman-mana, bahkan sudah bertamasya di suatu masa yang telah berlalu, masa dimana aku hamil .#Flash back ON.Sore itu mas Bagas baru pulang dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • DIPAKSA JADI TKW   PERPISAHAN TIBA

    DIPAKSA JADI TKWROMANSA CINTA PANGERAN ARAB DAN TKWpart.4 #Perpisahan_TibaArman semakin mendekat, jarak kami hanya beberapa inci, degup jantungku makin bergolak, dia memegang tanganku. Refleks coba melepaskan tanganku dari tangannya, tapi sia- sia. Genggaman tangannya begitu kuat."Arman, lepasin ...!" protesku sambil berontak"Kamu kenapa, rilex saja tak perlu tegang begini, Esih.""Lepasin! Kamu jangan macam-macam, Arman!""Macam-macam apa? Kamu jangan berpikir aneh-aneh Esihku yang manis, aku cuma mau bicara.""Tapi ga perlu pegang tanganku gini, sakit!" gerutuku dengan muka masam."Iya, iya, maaf. Aku ga bermaksud menyakitimu." Arman melepas tanganku."Yaudah, ngomong aja." Kupasang wajah cemberut."Esih ... aku ingin kamu tinggalkan Bag

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • DIPAKSA JADI TKW   Assalamualaik Baginda Nabi, Assalamualaiku Saudi.

    Selama dua Minggu, aku menjalani pendidikan di PJTKI.Tak banyak yang kupelajari, hanya sekedar perkenalan diri dan nama perabotan dalam rumah, yang mampu saya hafal dalam bahasa Arab.Kata temanku, "Nanti, kalau sudah minum air sana juga lancar sendiri."Dan hari itu tinggal menunggu esok pagi, untukku(aku) dan beberapa teman setujuan untuk terbang ke Saudi. Mereka yang sudah ex terlihat santai, sedang yang non sepertiku terlihat gugup. ******Pagi itu, 29 September2007. Kami yang di jadwalkan terbang di suruh berkumpul di aula untuk pembekalan akhir. Kami berkumpul, rupanya akan ada pengajian atau ceramah, sebab di situ nampak seorang wanita berpakaian syar'i sepertinya seorang Ustadzah. Dia duduk dengan sebuah mix tergeletak di depannya. Kami berkumpul dengan khidmad."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ustadzah itu mengucap salam.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05

Bab terbaru

  • DIPAKSA JADI TKW   Rencana Hamid. 11

    Kuhentakan kaki dengan kesal, kulihat Hamid masih menertawakanku. "Apaan begitu? Ktaanya i love you, lihat aku kesasar bukanya ditunjukkan jalan yang benar,malah di ketawain, dasar borokok!" rutukku sambil jalan ke pos alias dapur kilat Akhirnya sampai juga aku di pos, sudah ada Badriah lagi bersama Yani dan Yanti. Niat hati ingin curhat ke Yani dan Yanti tentang kejadian sama Hamid tadi, tapi kuurungkan karena ada Badriah. "Assalamualaikum ... ." sapaku kepada mereka bertiga. "Waalaikumussalam ... ." jawab mereka serempak. "MTab, udah kesini, Yan?" Tanyaku pada Yanti. "Udah, nampannya juga di bawa." jawab Yanti. "Kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu, Sih?" Yani bertanya. Emang paling peka teman yang satu ini. "Aku nyasar, mau balik sini malah ke kandang unta!" gerutuku kesal sendiri mengingat Hamid menertawakanku. Sontak mereka bertiga tertawa "Kok, bisa nyasar, kamu kan udah biasa di sini?" tanya Yani lagi. "Aku ga perhatiin jalan." jawabku "Makanya non, j

  • DIPAKSA JADI TKW   Hadiah Dari Hamid

    Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah hampir habis kontrak kerjaku di rumah Baba Saleh dan mama Salha. Aku senang karena akan segera pulang dan bertemu putraku yang lama kurindukan.Dia pasti sudah besar usianya 2, 5 th saat aku pulang nanti . Aku tak sabar ingin segera memeluk nya.Tapi disisi lain aku juga berat meninggalkan keluarga ini, mereka sangat baik padaku. Anak-anak juga akrab dengan ku, meski mereka kadang nakal dan membuat ku repot, tapi aku bahagia bersama mereka. Kami sudah menjadi keluarga selama dua tahun ini, sungguh berat rasanya berpisah dengan mereka. Namun, aku tetap harus pulang untuk mengurus perceraianku dengan mas Bagas. Aku yakin Mas Bagas sudah mengurus nya, jadi saat aku pulang, aku hanya tinggal ambil akta cerai di pengadilan agama dan tanda tangan saja. Aku tidak menyangka pernikahanku dengan Mas Bagas berakhir seperti ini.Aku bersyu

  • DIPAKSA JADI TKW   Mas Bagas Minta Ijin

    Suara adzan subuh berkumandang bersahutan dari berbagai mushola dan masjid di lingkungan rumah jaddah. Aku pun membuka mata malas, mataku masih ngantuk, rasanya baru sebentar tidur. Dengan setengah sadar ku bangkit dari gumulan selimut tebalku. Pelan-pelan menuju kamar mandi untuk gosok gigi, lalu berwudhu dengan air hangat yang mengucur dari keran merah dan biru menyatu sempurna. Aku pun sholat di ruang tv, seperti semua perempuan di rumah ini sholat. Sedang para lelaki, mereka sholat di masjid. Usai sholat kulakukan aktivitas pagi seperti di rumah majikanku di Tabarjal. Cuaca di Nabq jauh lebih dingin dari Tabarjal, mungkin karena letaknya dekat dengan gurun pasir dan bebatuan yang menyerupai gunung , dalam bahasa Arabnya yakni Jabal. Aku sudah mengenakan baju tiga lapis di dalam dan satu baju tebal di luar serta syial di leher. Tak ketinggalan kaos kaki tebal melengkapi atribut musim dinginku agar tubuh ini terasa hanagat. Namun, masih saja terasa din

  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Adik Nyonya

    Pagi hari yang dingin bahkan serasa membeku, suhu minus 7°. Usai sholat subuh enaknya mah tidur lagi, tapi tidak baik tidur selepas subuh karena rezeki akan menjauh.Kusiapkan sarapan untuk kami semua dengan menu 'kubs' sejenis roti, dengan teman-teman nya yakni zaitun, mentega, keju, selai strawberry, dan minyak zaitun sebagai cocolan dan toping. Kubuat juga susu, teh dan gahwa. Yakni kopi yang di panggangan tidak sampai hitam, hanya kuning kecoklatan, kemudian digiling kasar dan diseduh dengan tambahan sejumput kapulaga, samasekali tidak memakai gula. Usai membuat sarapan, aku meletakkannya di ruang keluarga. Sambil menunggu mereka bangun, aku mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa ke Nabq dan keperluan untuk di mazra'ah /sawah. Kudengar mereka sudah bangun dan membersihkan diri, sementara duo bocil tahu-tahu memegangi rokku. "Ahla biikkumm, sobahal khair ya h

  • DIPAKSA JADI TKW   Konflik

    Setahun berlalu, tinggal bersama keluarga Baba Saleh dan Mama Salha memberikan warna tersendiri dalam hidupku. Mereka menganggapku seperti keluarga sendiri, dan anak-anak mereka juga sangat dekat denganku. Apalagi aku sudah lancar bahasa Arab, jadi mudah berkomunikasi dengan seluruh keluarga majikan.Awal aku datang ada MTab, Fahad, Abir, Demah, Wujdan, dan satu lagi masih dalam kandungan mama Salha. Kini, dia sudah berusia sembilan bulan, namanya Sultana. Tentu saja, Sultana akan segera punya adik. Ya, Mama Salha hamil lagi. Usia kandungan anak ketujuh itu sudah empat atau lima bulan. Terbayang betapa repotnya aku kerja sendiri mengurus keperluan mereka. Namun, Alhamdulillah karena mereka baik dan gaji lancar serta kebutuhanku semua mereka penuhi, jadi aku tak mengapa walau harus capek kerja.Yang justru membebani pikiranku tak lain dan tak bukan adalah suamiku Mas Bagas! Tiap bulan selalu minta dikirim uang, untuk Sahee

  • DIPAKSA JADI TKW   Kehangatan Keluarga

    Mobil pun menuju pondok dekat kandang unta. Di sana, ada mobil tangki air dan ada seekor keledai terikat sambil asyik mengunyah rumput. Tiba kami di depan pondok. Kami turun sambil menurunkan beberapa barang tapi tidak semua. Di pondok ada seorang pria seperti orang India, rupanya dia yang menjaga pondok sebelah sini, karena pondok satu nya juga dijaga seorang pria, yang tadi sedang memotong rumput dengan mobil khusus pemotong rumput.Pria itu menatapku. Aku jadi takut, karena kulitnya gosong terbakar matahari dan matanya merah."Assalamualaikum," ucap pria itu."Wa … waa ... waalaikumussalam," jawabku terbata."Ekheemmm!" Majikan pria berdehem"Ya Abdulgahir, hia min Indunisiy, alyoum jik. (Hai Abdulgahir, dia dari Indonesia, hari ini baru tiba)," tutur majikanku.Iya"Salam," kata pria yang

  • DIPAKSA JADI TKW   Assalamualaik Baginda Nabi, Assalamualaiku Saudi.

    Selama dua Minggu, aku menjalani pendidikan di PJTKI.Tak banyak yang kupelajari, hanya sekedar perkenalan diri dan nama perabotan dalam rumah, yang mampu saya hafal dalam bahasa Arab.Kata temanku, "Nanti, kalau sudah minum air sana juga lancar sendiri."Dan hari itu tinggal menunggu esok pagi, untukku(aku) dan beberapa teman setujuan untuk terbang ke Saudi. Mereka yang sudah ex terlihat santai, sedang yang non sepertiku terlihat gugup. ******Pagi itu, 29 September2007. Kami yang di jadwalkan terbang di suruh berkumpul di aula untuk pembekalan akhir. Kami berkumpul, rupanya akan ada pengajian atau ceramah, sebab di situ nampak seorang wanita berpakaian syar'i sepertinya seorang Ustadzah. Dia duduk dengan sebuah mix tergeletak di depannya. Kami berkumpul dengan khidmad."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ustadzah itu mengucap salam.

  • DIPAKSA JADI TKW   PERPISAHAN TIBA

    DIPAKSA JADI TKWROMANSA CINTA PANGERAN ARAB DAN TKWpart.4 #Perpisahan_TibaArman semakin mendekat, jarak kami hanya beberapa inci, degup jantungku makin bergolak, dia memegang tanganku. Refleks coba melepaskan tanganku dari tangannya, tapi sia- sia. Genggaman tangannya begitu kuat."Arman, lepasin ...!" protesku sambil berontak"Kamu kenapa, rilex saja tak perlu tegang begini, Esih.""Lepasin! Kamu jangan macam-macam, Arman!""Macam-macam apa? Kamu jangan berpikir aneh-aneh Esihku yang manis, aku cuma mau bicara.""Tapi ga perlu pegang tanganku gini, sakit!" gerutuku dengan muka masam."Iya, iya, maaf. Aku ga bermaksud menyakitimu." Arman melepas tanganku."Yaudah, ngomong aja." Kupasang wajah cemberut."Esih ... aku ingin kamu tinggalkan Bag

  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Arman

    Setelah mas Bagas pergi, kucoba untuk pejamkan mata. Jam dinding di atas nakas menunjukkan pukul 21: 30. Kurapalkan doa tidur lalu kutatap wajah putraku yang tengah lelap. Kuusap lembut kepalanya, kucium pipi gembulnya berkali-kali, tapi dia tidak terganggu sedikit pun oleh ulahku. Napasnya teratur menandakan dia sangat lelap.Sayang, apakah kita akan berpisah? Sanggupkah aku jauh darimu? Bagaimana kau menjalani kehidupan yang baru kau mulai ini tanpa ibu sayang?! Airmataku meluncur begitu saja, tadi niatku akan tidur, tapi pikiranku malah berkelana tanpa arah, kucoba kendalikan pikiranku."Heiii pikiranku! Ayo kita istirahat dulu, kembalilah ke tempatmu!"Aaahhhh ... dia sudah liar keman-mana, bahkan sudah bertamasya di suatu masa yang telah berlalu, masa dimana aku hamil .#Flash back ON.Sore itu mas Bagas baru pulang dari

DMCA.com Protection Status