BAB 1
"Terjebak"
#pov nana
Benar-benar seperti merasakan di saat pertama bertemu dan jatuh cinta sama Evan dulu, waktu jaman muda pacaran sama dia. Semuanya kini kembali apa yang aku inginkan bisa tercapai juga terutama kenyamanan yang aku dapat dari Evan benar-benar membuatku bahagia di balik rasa hambar menjalani hubungan dengan Mas Rafa.
Setelah beberapa jam pertemuan akhirnya aku pamit pulang. Kami hanya mengobrol saja sambil makan cemilan yang Evan bawakan.
"Van, sudah agak sore ini, aku pulang dulu ya. Mas Rafa sudah chat nyuruh aku pulang," ucapku yang sudah merasakan waktu yang terasa sangat cepat.
"Yaaaaah, gak kerasa waktu sesingkat ini, padahal baru saja kita ketemu," jawab Evan kecewa.
"Kita kan masih bisa ketemu lagi sayang lain waktu," rayu ku meyakinkan Evan.
Aku pun langsung pulang ke rumah orangtuaku menjemput anak-anak untuk pulang ke rumah Mas Rafa. Di perjalanan aku benar-benar merasakan sangat bahagia, kadang senyum-senyum sendiri mengingat sekarang aku memiliki dua laki-laki dalam hidupku.
Sesampainya di rumah, aku lihat Mas Rafa sedang berbaring tidur. Aku pun dengan perasaan bahagia menghampirinya dan menci*m Mas Rafa seakan-akan aku juga merasakan jatuh cinta lagi terhadapnya. Entahlah, mungkin karena perasaan bahagia juga jadi terbawa suasana.
"Eh sayang, kamu sudah pulang," ucap Mas Rafa.
"Udah, Pah, kan janji mau pulang sore.
Aku sudah bawa lauk buat makan, tadi ibu titip katanya buat kamu. Makan dulu yuk," ajakku ke Mas Rafa.
Setelah selesai makan, tiba-tiba triiiiing!!! Bunyi notifikasi di handphoneku.
"Sayaaaang, lagi apa?" isi chat Evan.
Kagetnya aku di saat sedang dengan Mas Rafa, tiba-tiba Evan chat aku. Sedikit deg-degan jantungku, rasa takut kalau Mas Rafa yang buka chatnya.
"Evan sayang, masih basah tadi ngomong kalau ada suamiku di rumah jangan chat duluan, nanti aku kode kalau suamiku sudah tidak di rumah" jelasku.
"Tapi aku kangen sayang, aku tidak bisa tahan. Inginnya selalu bisa terus sama kamu" ucap Evan.
"Iya, nanti kita kan bisa ketemu lagi kalau Mas Rafa libur ya, sabar dulu aja, kamu tahu kan resikonya mencintai istri orang gimana." Tegasku.
Evan mungkin sedikit kecewa juga, tapi mau bagaimana lagi kita melakukan hubungan terlarang juga, jadi tidak mungkin aku selalu ada waktu untuknya. Apalagi di saat Mas Rafa ada di rumah aku hanya bisa chat sembunyi-sembunyi meskipun kangen juga.
Tapi di satu sisi aku benar-benar mencintai Evan kalau harus disuruh memilih aku ingin Evan yang jadi suamiku, semakin aku mencintainya semakin hilang juga rasaku terhadap Mas Rafa. Evan yang lahir dari keluarga berada juga mungkin bisa menjamin kebahagiaan hidup aku juga, sedangkan Mas Rafa hanya sederhana setiap aku ada keinginan juga selalu minta waktu baru bisa terkabul.
Pertemuan kedua pun tak terasa, di saat Mas Rafa libur kerja, aku pun langsung membawa anak-anak main ke rumah orangtuaku untuk alasan agar aku bisa ketemuan dengan Evan.
Tiba aku di rumah Ridwan tempat pertama ketemuan dengannya. Sebelum berangkat, aku makeup habis-habisan biar terlihat cantik di depan Evan.
"Astaga, cantiknya pacarku ini," ucap Evan memuji.
Aku yang tersipu malu sambil menghampiri Evan dan kali ini berani memeluk dia, karena saking kangennya serasa sudah setahun tidak bertemu.
Kami mengobrol banyak melepas kerinduan, bercanda-canda satu sama lain hingga akhirnya pembicaraan pun terhenti karena sudah tidak ada pembahasan lagi. Evan menatap wajahku dengan tatapan yang sangat tajam hingga akhirnya dia semakin mendekat dan berani menc**m bib*rku yang dari tadi memperhatikan wajahnya juga.
"Maaf, aku gak sengaja terbawa suasana," ucap Evan setelah menc**m bib**ku penuh dengan kehangatan.
"Gak apa-apa sayang, aku pun menikmatinya, masih seperti dulu ya cumb*anmu van," jawabku tersipu malu.
Evan pun melanjutkan lagi cumb*an terhadapku hingga akhirnya aku pun merasa teran**ang serasa ingin melakukan hubungan terlarang dengannya. Tapi aku ingat-ingat lagi aku sudah punya suami. Aku gak mungkin ngelakuin itu sama Evan.
Semakin lama cumb*an Evan aku pun merasa tak tahan hingga akhirnya naik ke pangku*nnya dan memegang tangannya untuk mere**s buah d*daku. Hingga beberapa saat datang Ridwan dari luar.
"Ehmmmmmmm, maaf ganggu, ada sesuatu yang mau diambil di kamar jadi aku lewat," ucap Ridwan sambil memalingkan muka.
Ridwan menatap wajah Evan dari jauh, lalu dia memanggilnya. Entah apa yang mau dibicarakan Ridwan terhadap Evan. Sepertinya penting.
"Van, pakai aja kamarku yang ini, kalau mau ngelakuin hubungan. Jangan di kursi nanti ada tetangga lewat aku yang kena omel," ucap Ridwan.
"Terima kasih bro, kamu memang teman terbaik," jawab Evan.
"Na, kamu mau nggak melakukan itu sama aku, Ridwan menawarkan kamar juga kalau kita mau pakai," ucap Evan.
Seketika aku bingung, Evan malah mengajak aku melakukan hubungan terlarang di dalam kamar Ridwan, sementara aku bingung untuk menolaknya. Di satu sisi aku juga ingin melakukannya tapi di sisi lain aku kebingungan entah bagaimana hasilnya nanti.
"Tapiiiiii van," ucapku.
"Tenang Na, aku akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi, aku akan menikahi kamu," Evan meyakinkan aku.
Setelah aku berpikir lama, akhirnya Evan meraih tanganku dan membawaku masuk ke dalam kamar. Seketika itu aku melakukan hubungan terlarang itu dengan penuh naf*u dan ga*rah antara kami berdua. Aku sama sekali tidak memperdulikan apa pun yang aku rasakan, hanya sebuah kenikmatan yang diberikan Evan padaku.
"Gimana sayang, enak mana layananku dibandingkan suamimu?" ucap Evan berbisik sambil melanjutkan permainan.
Lanjut sayang, aku ke enakan," ucapku sambil mend***h.
Setelah selesai aku pun segera memakai pakaian kembali dan merapikan rambut yang acak-acakan lalu kembali duduk di kursi. Sejenak aku melamun, apa aku salah sudah melakukan semua ini dengan Evan? Sedangkan aku sendiri suami orang lain.
Menjelang sore hari aku pun seperti biasanya menjemput anak-anak di rumah orangtuaku. Sebelum pulang ke rumah Mas Rafa aku mandi dulu untuk membersihkan diri, takutnya Mas Rafa curiga atas semua yang sudah aku lakukan dengan Evan.
Hari ini aku benar-benar lelah dan benar-benar merasa senang, terasa terpuaskan juga oleh Evan. Bayangan tubuhnya yang masih seperti dulu gagah selalu terbayang di dalam ingatanku meskipun aku sedang bersama Mas Rafa. Dia orangnya cuek, disaat ada aku saja dia malah bermain sama anak-anak bukannya menemani aku mencurahkan keluh kesah.
Saat Mas Rafa lengah, aku pun suka chat Evan, karena begitu bahagianya aku memiliki pacar yang sangat membuat aku bahagia. Hubungan terlarang ini, aku tidak tahu ke depannya akan seperti apa, yang pasti seluruh jiwa dan ragaku hanya untuk Evan.
Tiba-tiba ada panggilan masuk ke handphoneku dan aku melihat nomor Evan menelepon. Aku mencoba menjauh dari Mas Rafa dan mengangkat telepon dari Evan.
"Ada apa sih, aku lagi di rumah, ada Mas Rafa, jangan telpon dulu," ucapku.
"Aku kangen sayang, selalu terbayang-bayang indahnya tubuhmu menari-nari di atas tub*hku tadi. Aku ingin lagi, besok bisa ketemuan lagi gak sayang," ucap Evan.
Bagaimana ini, dia malah ketagihan dan meminta kembali melakukan hubungan terlarang itu. Aku bingung untuk menolak, pun aku sepertinya tidak bisa. Aku sudah terlalu dalam masuk ke dalam hubungan terlarang ini.
*πππππ*
BAB 2" Perubahan sikap ""Pah, hari ini kerja gak?" tanya Nana."Aku libur, hari ini capek banget. Aku mau istirahat seharian di rumah," ucapku.Tumben Nana menanyakan hal tersebut. Setelah Nana selesai mandi dan melihat aku masih terlelap tidur, dia langsung buru-buru menyalakan motor dan pergi entah kemana.Tanpa ada sepatah kata pun terucap atau pamit, mungkin karena dia tidak berani membangunkan aku di saat aku libur kerja dan sudah bilang mau istirahat seharian.Setelah aku bangun dari tidur, aku melihat Nana tidak ada di rumah sudah beberapa jam. Aku mencoba menghubungi lewat chat."Sayang, kamu lagi ada di mana?" tanyaku."Aku lagi di rumah Uwa Ano," jawab Nana sambil mengirim foto kursi yang sedang ia duduki.Dia masih saudara dengan Uwa Ano. Aku pun lega setelah tahu Nana berada di mana. Aku melihat ke luar, ternyata anak-anak tidak ikut bersama ibunya dan mereka asyik bermain di halaman rumah.Setelah jam menunjukkan pukul 14:00, terdengar suara motor yang datang, dan terny
BAB 3" Awal keretakan hubungan "Pernikahan yang sudah berjalan 9 tahun dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, aku dan Nana hanya keluarga kecil yang sederhana. Kami dengan keegoisan yang sama-sama memuncak hingga akhirnya ada kerenggangan dalam rumah tangga.Di satu sisi, aku menginginkan tinggal di rumah orangtuaku yang hanya ditinggali ayah dan ibu, dan di sisi lain, Nana selalu ingin agar kita tinggal di rumah orangtuanya. Karena Nana wanita yang sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya, jadi mungkin setidaknya ada yang membantu mengurus anak-anak atau hal lainnya.Pagi itu, aku seperti biasa melakukan aktivitas pekerjaan sebagai seorang kurir ekspedisi sampai menjelang sore hari. Setelah sore, aku melanjutkan mencari uang dengan menjadi ojek online di kota tempatku tinggal. Hingga larut malam, aku baru bisa pulang sebelum membawa hasil untuk kebutuhan keluarga kecilku.Nana dan anak-anakku aku ajak tinggal di rumah orangtuaku sementara karena aku belum bisa mengabulkan permint
BAB 4" Pertengkaran "Tiga hari pun berlalu, di saat aku libur kerja aku segera bergegas menjemput Nana dan anak-anak untuk pulang lagi ke rumah orangtuaku.Setelah sampai aku tidak melihat Nana yang entah kemana dia pergi, dia sama sekali tidak mengabari aku selama menginap di rumah orangtuanya."Bu, Nana kemana ya?, anak-anak kok ditinggal?" Tanyaku kepada ibu mertua."Tadi pagi bilangnya mau ada urusan ke rumah temennya, dia cuma bilang gitu aja." Jawab ibu mertuaku.Sudahlah, aku tidak mau berpikir macam-macam aku pun langsung memanggil anak-anak dan bermain bersama mereka. Menjelang magrib aku baru melihat Nana yang baru pulang entah dari mana.Aku segera menghampirinya. Terlihat raut wajahnya yang seperti sangat bahagia setelah seharian keluar rumah dan pulang sudah mau menjelang magrib."Na, kamu habis dari mana?, jam segini kok baru pulang? Kan kamu sudah janji hari ini aku jemput pulang ke rumah," tanyaku kepada Nana yang sedang asyik memainkan handphone-nya."Kamu tahu gak
BAB 5" Mulai bermain api "#Pov nana.Aku merasa risih dan tidak betah tinggal di rumah mertua, rasanya tidak ada kebebasan, tidak ada teman bahkan seharian hanya bermain dengan anak-anak atau cuma mengurung diri di dalam kamar.Rasa itu membuat aku hidup seakan di dalam neraka, meskipun ibu mertua tidak pernah menyuruh aku untuk melakukan tugas pekerjaan apapun di dalam rumah. Entah ada perasaan apa aku tidak bisa mengungkapkan semua isi hatiku terhadap Mas Rafa suamiku sendiri.Akan jadi serba salah kalau aku mengungkapkan semua yang ada di dalam isi hatiku, jadi semua aku pendam saja, biarlah menjadi unek-unek dalam hati yang tidak bisa aku ceritakan. Meskipun kadang-kadang sesekali aku mencari perhatian di media sosial berharap ada orang yang mengerti dengan perasaanku.Seketika ada chat masuk ke dalam inbox media sosialku."Hai Na, apa kabar kamu?" Ucap seorang lelaki yang sepertinya aku kenal."Baik, maaf siapa ya?" Tanyaku seakan tidak mengenali karena takut salah orang."Ini
BAB 6 "Cinta lama bersemi kembali" #Pov nanaPagi hari setelah Mas Rafa berangkat kerja, aku pun langsung memainkan handphone di dalam kamar sambil melihat anak-anak bermain di luar. Entah perasaan apa yang membuatku ingin sekali chat Evan mantan ku di masa pacaran dulu."Mmmh, chat gak ya?" Tanyaku dalam hati.Berkali-kali aku menulis kata-kata lalu aku menghapus lagi dan tidak mengirimkannya, aku bingung harus memulai dari mana dan berkata apa supaya ia membalas chatku, lalu aku menunggu saja siapa tahu Evan ada chat duluan. Beberapa menit kemudian terdengar notifikasi chat dari handphoneku, setelah aku melihat ternyata chat dari Evan, hatiku merasa senang sekali padahal isi chatnya pun belum aku buka."Pagi, lagi ngapain? Maaf pagi-pagi ganggu, apa suamimu sudah berangkat kerja?" Tanya Evan."Lagi ngasuh anak-anak sambil santai aja, jangan tanyakan dia kalau dia jam segini sudah gak ada pulang-pulang nanti malam jadi aku bebas juga bisa chat sama kamu," jawabku sambil senyum-seny
BAB 7" Hubungan Terlarang "#pov nanaNa, hari ini suamimu ada di rumah?" Tiba-tiba Evan chat aku saat Mas Rafa ada di rumah libur kerja."Ada, Van, kamu jangan chat aku nanti aku ketahuan suamiku," jawabku tegas.Evan, yang setiap harinya ada di rumah, dia selalu banyak waktu untuk keluarganya, tapi istrinya malah sibuk dengan pekerjaannya padahal Evan sendiri keluarganya berada, dia menjalankan bisnis ayahnya yang memiliki sebuah toko bangunan besar, jadi dia sehari-hari bebas tidak terikat dengan jam kerja. Istrinya yang sibuk sedangkan suamiku yang sibuk."Aku kangen, Na, aku juga nunggu jawaban dari kamu masalah mau tidaknya kita menjalani hubungan lagi," ungkap Evan."Aku pun sama, Van, kangen banget apalagi beberapa hari ini aku selalu mengenang masa-masa kita pacaran dulu." Jawabku sambil melihat Mas Rafa takut dia bangun.Aku memberanikan diri chat di saat Mas Rafa sedang tidur, entah dia sadar atau tidak tapi terlihat dia sangat kelelahan jadi aku biarkan saja dia istirahat
BAB 8" Pisah ranjang "Menjelang adzan subuh, aku pun terbangun karena sudah terdengar adzan berkumandang. Aku siap-siap untuk pergi ke mushola menjalankan ibadah shalat subuh bersama bapak mertuaku. Setelah selesai, aku melihat Nana masih tertidur lelap dan belum dibangunkan oleh bapaknya. Aku pun tidak berani memaksa untuk membangunkannya karena masih merasa kecewa atas perlakuan Nana semalam. Aku disuguhkan kopi oleh ibu mertuaku sambil merenung di kursi ruang depan."A, ini ibu buatkan kopi, sama goreng uli. Kemarin ibu buat uli buat teman ngopi karena sudah tahu aa bakal datang kesini juga," ungkap ibu mertuaku."Iya bu, terima kasih. Maaf, bisa minta tolong bangunkan Nana? Bu, sudah pagi dia belum shalat subuh. Tadi aa sama bapak coba bangunkan dia tidak mau bangun," pintaku pada ibu mertua."Percuma, dia tidak akan bangun harus ibu siram pakai air baru mau bangun, seharusnya seorang istri bangun duluan siapkan sarapan untuk suaminya, tapi memang sudah sifatnya seperti itu susa
BAB 9 " Seperti malam pertama "Malam pun tiba, entah mengapa Nana menyuruh anak-anak tidur di kamar neneknya. Seketika dia memakai pakaian terbuka dan berdandan lalu masuk ke dalam kamar. Aku yang masih terdiam heran duduk di atas kursi sambil memperhatikan tingkahnya yang seakan-akan berubah drastis.Setelah menghabiskan secangkir kopi, aku pun langsung masuk ke dalam kamar seketika melihat Nana yang sedang terbaring tidak memakai selimut hanya mengenakan pakaian yang sangat terbuka. Rasa dimana aku sangat benar-benar merasa jantungku berdetak yang tidak seperti biasanya.Aku lihat sepertinya dia pura-pura memejamkan mata. Lalu aku pun berbaring di sampingnya. Selang beberapa menit dia pun terbangun dan tanpa basa-basi naik ke atas badanku yang sedang terbaring. Entah sesuatu apa yang merasukinya aku pun terheran. Dia langsung memberikan kedua belahan d*danya mengarah ke bibirku.Tidak menunggu waktu, aku pun langsung menyergap apa yang dia sodorkan ke bibirku. Dia yang biasanya ha
BAB 42"RUMAH TANGGA DI CAMPURI ORANGTUA""Raf, sudah bertahun-tahun kalian menikah, masa sampai sekarang ibu belum bisa gendong cucu juga, mau sampai kapan kalian tidak memiliki keturunan lagi, ibu ingin sekali gendong cucu dari Isna." Ucap ibu disaat aku berkunjung ke rumahnya.Niat hati ingin menenangkan pikiran dan menengok orang tua, tapi disuguhkan dengan pertanyaan ibu yang mungkin membuat hati Isna sakit."Kita juga sudah berusaha, Bu, mungkin Tuhan belum memberi kepercayaan untuk kita memiliki anak lagi. Lagian kan cucu ibu ada tiga. Raf belum berpikir untuk memiliki anak lagi." Jelasku pada ibu."Ya tetap saja, Bu, ibu hanya ingin gendong bayi dari pernikahan kalian berdua. Anak-anak kamu kan sudah besar," ucap ibu sambil meninggalkan aku dan Isna di ruang tamu."Isna, yang sabar ya, maafkan atas sikap ibu juga. Jangan sampai jadi beban pikiran buat kamu," ucapku menenangkan Isna yang terlihat sepertinya ia merasa sedih dengan perkataan ibu.Tanpa menjawab, Isna langsung ber
BAB 41"SEASON DUA""KEBEBASAN NANA"#POV NANA"Syukurlah, setelah beberapa tahun berlalu menjalani hukuman di dalam jeruji besi akhirnya hari ini aku bisa menghirup udara segar." Ucapku dalam hati sambil melangkahkan kaki keluar dari lembaga pemasyarakatan.Ada beberapa rencana yang akan aku lakukan yang sudah aku susun jauh-jauh hari. Dendam yang sangat membara dalam hatiku seakan-akan harus membalas semua perlakuan keluarga yang sama sekali tidak pernah ada menjenguk ataupun menanyakan kabarku selama di sini."Na, kamu tenang saja, aku akan membantu apapun niatmu untuk membalaskan rasa sakit terhadap semua orang yang menyakiti hati kamu," ucap Julia, teman satu kamarku, satu-satunya keluarga yang aku punya sekarang dan hari ini kita sama-sama bebas."Ayo ikut aku masuk," ucap Julia lagi, menyuruhku masuk ke dalam mobil yang sudah menjemputnya.Kali ini aku akan menuruti apa kata Julia, sepertinya dia orang berada. Dia masuk penjara gara-gara kasus narkoba.Terakhir kali ayah dan ib
BAB 40" DERITA DAN KEBAHAGIAAN""Raf, maaf aku mengganggu waktumu, ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan penting. Jadi aku mengajakmu untuk bertemu." Ucap Evan setelah aku ajak bertemu di sebuah kafe."Gak, van, santai saja. Aku kebetulan sedang cuti kerja juga. Jadi aku banyak waktu. Aku juga kemarin baru melangsungkan pernikahan dengan Isna adiknya Nana. Apa yang mau kamu bicarakan, van?" Tanyaku."Apa kamu sempat tes DNA Cila anak kandung Nana?," tanya Evan."Belum, van, memangnya kenapa?" Tanyaku lagi."Syukurlah kalau belum, Nana pernah memintaku sampel rambut, dia bermaksud untuk melakukan tes DNA kamu dengan Cila, lalu menukar sampel rambut aku dengan rambut kamu, jadi nantinya keterangan hasil tes Cila adalah anak kandung kamu, Raf. Jujur saja, Cila adalah anak kandung aku. Kedatangan aku kesini juga ingin meminta izin kepada kamu untuk membawanya pulang. Aku akan merawat dan membesarkannya." Jelas Evan."Bagaimanapun hasil tes DNA semisal menunjukkan dia adalah anak kand
BAB 39" Pernikahan "Pagi-pagi aku sudah melihat beberapa makanan yang sudah tersaji di meja makan. Anak-anak pun sudah mandi semua, termasuk Cila yang memang sudah aku anggap anakku sendiri.Dia anak yang tidak berdosa, jadi aku akan membesarkannya dan memberikan dia kasih sayang dan pendidikan yang layak. Namun, karena dia masih kecil, belum saatnya untuk sekolah."Pagi calon istri," ucapku pada Isna yang baru selesai menyiapkan makanan untuk kami sarapan.Karena si bibi ART sedang cuti, anaknya di kampung sedang sakit, jadi semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Isna. Biasanya aku sendiri yang mengerjakannya sebelum berangkat kerja."Pagi juga mas, ayo sarapan dulu mas bareng anak-anak, sudah aku siapkan semuanya. Nanti juga mas bawa bekal ya, buat makan siang di kantor," pinta Isna."Mas hari ini tidak masuk Is, kan mas mau antar kamu pulang. Mas sudah memberitahukan anak-anak kantor bahwa mas beberapa hari ke depan tidak masuk dulu. Nanti aku antar anak-anak sekolah juga dan memin
BAB 39" Kebenaran Yang Terungkap "Masih tanda tanya kenapa Nana ditangkap oleh pihak kepolisian. Sepanjang perjalanan, aku merasa khawatir terhadap Nana. Melihat raut wajahnya yang ketakutan saat kedatangan polisi, dan dia sekarang dibawa dalam keadaan tangan terikat borgol.Aku mengikutinya dari belakang, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang sudah membuat laporan tersebut.Sesampainya di kantor polisi, aku kaget melihat kehadiran Isna dan seorang laki-laki yang tidak aku kenal. Isna langsung menghampiriku dan memeluk erat tubuhku, seakan-akan dia melepaskan rasa rindu terhadapku yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu."Ada apa ini, Is? Siapa lelaki yang bersamamu itu?" Tanyaku."Panjang ceritanya, Mas. Dia lelaki yang pernah aku tolak lamarannya, dia Irwan, Mas. Dia yang menculik aku. Namun, dia juga yang sudah membantu aku untuk menjebloskan Mbak Nana ke penjara." Jelas Isna."Maksudnya apa ini, Is? Mas sama sekali tidak mengerti. Kenapa yang menculik dia,
BAB 37"Mencoba Membuka Hati" Dilema yang aku rasakan setelah mendengar permintaan Isna. Padahal aku akan menerima dia dalam kondisi apapun. Semua hanyalah sebuah kecelakaan, bukan dengan sengaja kesucian Isna dirampas oleh lelaki lain.Mau tidak mau aku harus menuruti permintaan Isna. Aku mencoba menurunkan ego sendiri. Demi orang yang sangat aku cintai, apapun akan aku lakukan.Termasuk menuruti apa keinginan Isna. Setelah Pak Ustadz masuk ke ruangan dimana Isna dirawat, Isna pun menyaksikan langsung aku mengucapkan ijab kabul terhadap Nana."Bagaimana para saksi, sah?" Ucap Pak Ustadz. "Saaaaaaah," jawab semua orang yang berada di sekitarku, termasuk Isna."Mas, kamu sudah menjadi milik Mbak Nana lagi, sekarang bawalah dia pulang ke rumahmu mas, aku akan segera segera kembali seperti biasanya. Lagipula ada ibu dan bapak yang menungguku disini. Kalian nikmati saja malam pertama kalian berdua. Jangan pedulikan aku mas. Pergilah." Ucapan terakhir Isna sambil memalingkan wajahnya.Aku
BAB 36"Dalang Dibalik Penculikan"#POV NANAAku tidak boleh meratapi kesedihan karena Mas Rafa besok akan melamar Isna. Aku harus segera bertindak, apapun akan kulakukan untuk membatalkan lamaran Mas Rafa."Enak saja, di saat Mas Rafa susah dia sama aku, sekarang giliran Mas Rafa udah punya segalanya malah dia mengajak Isna untuk menikmati semua itu," ucapku dalam hati.Seketika aku teringat lelaki yang pernah Isna tolak waktu dia malu melamar Isna. Aku langsung mencari nomor teleponnya. Dan syukurlah akhirnya aku menemukannya dan ketika aku hubungi nomornya masih aktif.Karena belum terlalu malam juga, aku mengajak dia ketemuan sebentar di suatu tempat. Aku ingin mengajak dia kerjasama untuk membatalkan lamaran Mas Rafa besok. Mungkin ada dua pihak yang diuntungkan. Aku bisa mendapatkan Mas Rafa kembali, dan Irwan bisa mendapatkan Isna seutuhnya.Meskipun aku tak peduli apa pun yang akan dilakukan Irwan terhadap Isna nantinya. Aku hanya ingin Mas Rafa bisa kembali ke pelukanku."Wan
BAB 35"Dibalik Hilangnya Isna"#POV ISNATakdir yang memang sudah ditulis dari Tuhan untukku bisa bertemu kembali dengan Mas Rafa. Di saat dia menjadi suaminya Mbak Nana, aku sedikit menaruh hati terhadapnya. Mungkin waktu itu usiaku memang masih terlalu muda. Namun, aku sangat mengerti apa yang dirasakan Mas Rafa selama berumah tangga dengan Mbak Nana.Sering aku melihat di saat Mas Rafa pulang kerja, jangankan Mbak Nana menyodorkan minum, dia malah kadang tertidur atau sedang asyik memainkan handphonenya. Melihat Mas Rafa yang mungkin merasakan lapar setelah pulang kerja, aku pun selalu membuatkan makanan untuknya dan menyuruh ibu untuk memanggil Mas Rafa untuk makan.Meskipun dia lelaki yang sederhana, namun dia benar-benar menyayangi Mbak Nana. Sampai aku memberikan kode kalau aku menyukainya, pun dia hanya menganggapku sebagai adik iparnya saja. Terkadang Mas Rafa juga tanpa diminta selalu memberikan aku uang jajan tiap kali dia gajian.Dan tragedi pengkhianatan Mbak Nana pun te
BAB 34" PENCARIA ISNA "Kedatangan dari pihak kepolisian membuatku sedikit lega. Setelah aku menjelaskan kronologi kejadiannya, semua warga dan pihak kepolisian mulai menyusuri area sekitar dan sebagian masuk ke dalam hutan, karena di sebuah perkampungan, tidak mungkin yang membawa Isna akan membawanya ke arah kota.Sampai sore hari, belum ada terlihat tanda-tanda keberadaan Isna di mana. Dari tim pencari dan para warga pun sama sekali belum menemukan titik terang."Ya Tuhan, kemana sih kamu Is, apa yang terjadi sama kamu. Kenapa di saat situasi yang penting seperti ini malah ada kejadian," ucapku dalam hati.Menjelang magrib dan matahari pun sudah mulai terbenam, semuanya sudah menyisir area dan belum juga menemukan titik terang."Pak Rafa, hari menunjukkan sudah mulai gelap, apa kita lanjutkan besok saja pencariannya," ucap pak polisi."Pak, saya mohon minta waktu sampai adzan isya, kalau masih belum menemukan jejak atau petunjuk, kita lanjutkan besok pagi," ucapku dengan penuh ker