BAB 4
" Pertengkaran "
Tiga hari pun berlalu, di saat aku libur kerja aku segera bergegas menjemput Nana dan anak-anak untuk pulang lagi ke rumah orangtuaku.
Setelah sampai aku tidak melihat Nana yang entah kemana dia pergi, dia sama sekali tidak mengabari aku selama menginap di rumah orangtuanya.
"Bu, Nana kemana ya?, anak-anak kok ditinggal?" Tanyaku kepada ibu mertua.
"Tadi pagi bilangnya mau ada urusan ke rumah temennya, dia cuma bilang gitu aja." Jawab ibu mertuaku.
Sudahlah, aku tidak mau berpikir macam-macam aku pun langsung memanggil anak-anak dan bermain bersama mereka. Menjelang magrib aku baru melihat Nana yang baru pulang entah dari mana.
Aku segera menghampirinya. Terlihat raut wajahnya yang seperti sangat bahagia setelah seharian keluar rumah dan pulang sudah mau menjelang magrib.
"Na, kamu habis dari mana?, jam segini kok baru pulang? Kan kamu sudah janji hari ini aku jemput pulang ke rumah," tanyaku kepada Nana yang sedang asyik memainkan handphone-nya.
"Kamu tahu gak aku tuh capek, aku mau mandi dulu," jawabnya sambil tidak melihat mataku dan hanya fokus melihat handphonenya.
Entah apa yang dia lakukan seharian, sampai-sampai aku tanya dengan baik-baik pun jawabnya seperti itu, sebenarnya hatiku ingin sekali marah tapi aku tahan karena sedang di tempat orangtuanya tinggal. Biar aku tanya saja nanti setelah dia selesai membersihkan diri.
Aku pun segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib di masjid tempat orangtuanya tinggal. Setelah pulang dari masjid, aku disuguhkan kopi dan gorengan oleh ibu mertuaku. Setiap waktu selalu saja yang menawari aku makan maupun minum, kalau tidak ibuku ya ibu mertuaku.
Jarang sekali aku merasa dilayani sebagai seorang layaknya suami, karena Nana sama sekali tidak pandai memasak, apalagi setelah aku belikan sebuah handphone, dia selalu fokus terhadap handphone-nya, bahkan sampai terlelap tidur selalu disimpan di bawah bantal yang ia pakai.
Aku pun lalu masuk ke dalam kamar, dan melihat Nana yang lagi senyum-senyum sendiri, sedangkan anak-anak lagi asyik menonton kartun kesukaannya di TV.
Mungkin kesempatan aku untuk bertanya sehariannya dari mana saja. Aku pun lalu menghampirinya dan mengambil handphone yang sedang ia mainkan tanpa aku melihat sedikitpun yang ada dalam layar handphone tersebut.
"Apa sih, sopan dong kalau mau ambil barang orang jangan main rampas aja," ucap Nana kesal.
"Kamu kenapa?, kamu marah?, aku ini suamimu yang harus kamu hargai, hanya mengambil handphone saja sikapmu seakan-akan aku ini musuh," tegasku.
Aku melihat wajahnya yang penuh dengan amarah.
"Kenapa?, kamu gak suka aku seperti ini?" ucap Nana.
"Tolong lah, aku ada di sini, aku ini suamimu hargai aku yang ada di hadapanmu, sering aku tegaskan juga kan di saat ada aku gak ada kata asyik main handphone," tegasku lagi terhadap Nana.
"Sudahlah, aku gak mau ngeladenin kamu bertengkar, aku mau tidur, sini handphone aku," jawab Nana sambil membalikan badan lalu menutup kepalanya dengan bantal.
Aku pun langsung keluar kamar dan meneruskan minum kopi di ruang tamu. Sedikit ada lamunan ada apa sebenarnya yang terjadi, kenapa dia bersikap seakan-akan aku ini musuhnya, padahal aku suaminya sendiri yang harus ia layani dengan baik.
Menjelang tengah malam, rasa ngantuk pun mulai terasa, aku melihat anak-anak sudah tidur di kamar neneknya. Lalu aku bergegas masuk ke dalam kamar.Tiba-tiba pemandangan yang sama aku lihat nana senyum-senyum sendiri dengan handphone-nya.
"Belum tidur ya?, sudah jam berapa ini, asyik banget lagi chatting sama siapa sih." Tanyaku.
"Temen," jawab nana singkat.
Hingga akhirnya akupun merebahkan badan di sampingnya yang membelakangiku. Diam-diam aku peluk dari belakang dan berkata.
"Na, kayaknya kita sudah lama tidak melakukan, rasanya malam ini aku ingin, mau gak?" Nana pun membalikan badannya, aku fikir dia juga mau melakukannya karena kita sudah lama jarang melakukan hubungan suami istri.
"Kamu tau gak, aku tuh capek dari pagi pulang magrib, harusnya kamu tuh ngerti jangan cuma bisa pengen, pengen dan pengen," ketus nana.
"Astagfirullah, aku ini suamimu na, wajar dong aku minta sesekali dilayani sama kamu, lagian kamu tinggal diam saja biar aku yang memuaskan kamu," jawabku sedikit kesal.
"Lain kali saja aku capek," jawab Nana sambil membalikkan badan membelakangi aku lagi.
Aku pun terdiam, lalu aku mencoba meskipun ada penolakan menggerayangi bagian sensitif Nana, dia menolak dan mengempiskan tanganku yang pelan-pelan aku masukkan ke dalam celananya.
Aku tidak menyerah lalu aku masukkan tanganku ke bagian dadanya, dan dia pun membalikkan badan dan seketika melayangkan tangannya ke pipiku seakan-akan aku berbuat jahat terhadapnya.
"Harus berapa ribu kali aku bilang, aku tuh capek, capek, capek pah," ucap Nana marah.
"Kamu itu istriku, lagian sudah hampir dua bulan kita tidak pernah melakukan hubungan suami istri, kamu ini kerasukan setan apa sampai berani menolak ajakan suamimu sendiri," tegasku.
Aku mencoba becanda dengannya dengan memegang area sensitifnya lagi, saat aku mau menurunkan celana yang ia kenakan, ia langsung menarik kembali celananya ke atas. Kemudian ia terbangun dan lari ke ruang tamu. Aku yang sudah tidak tahan ingin melakukan, disertai rasa amarah yang memuncak, langsung menyusulnya.
"Kamu benar-benar keterlaluan, aku sakit diperlakukan seperti ini oleh kamu. Apa aku harus sabar terus menahan ego kamu yang sudah keterlaluan, bahkan aku minta dilayani pun kamu tidak mau," ucapku.
"Bodo amat, aku sedang tidak ingin melakukan apapun, sudah kutegaskan kalau aku capek. Kamu tuh ngerti gak sih apa artinya cape?" jawab Nana.
Akhirnya aku yang hatinya dirasuki rasa amarah terhadap istriku sendiri hampir saja melayangkan tangan ke pipinya, namun, sejenak aku tersadar dan mengucap istighfar, hingga akupun menahan tangan tepat di depan pipinya. Dia lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu dari dalam.
Aku yang terdiam di kursi ruang tamu merasa teriris hati dengan sikap dan perlakuan istriku sendiri. Kenapa dia seperti itu? Kenapa harus ada penolakan, padahal aku suami sahnya bukan orang lain. Hingga di dalam hatiku bertanya-tanya, mungkinkah dia sudah dipuaskan oleh orang lain sehingga sudah lama tidak ingin melakukan hubungan suami istri denganku?......
*๐๐๐๐๐*
BAB 5" Mulai bermain api "#Pov nana.Aku merasa risih dan tidak betah tinggal di rumah mertua, rasanya tidak ada kebebasan, tidak ada teman bahkan seharian hanya bermain dengan anak-anak atau cuma mengurung diri di dalam kamar.Rasa itu membuat aku hidup seakan di dalam neraka, meskipun ibu mertua tidak pernah menyuruh aku untuk melakukan tugas pekerjaan apapun di dalam rumah. Entah ada perasaan apa aku tidak bisa mengungkapkan semua isi hatiku terhadap Mas Rafa suamiku sendiri.Akan jadi serba salah kalau aku mengungkapkan semua yang ada di dalam isi hatiku, jadi semua aku pendam saja, biarlah menjadi unek-unek dalam hati yang tidak bisa aku ceritakan. Meskipun kadang-kadang sesekali aku mencari perhatian di media sosial berharap ada orang yang mengerti dengan perasaanku.Seketika ada chat masuk ke dalam inbox media sosialku."Hai Na, apa kabar kamu?" Ucap seorang lelaki yang sepertinya aku kenal."Baik, maaf siapa ya?" Tanyaku seakan tidak mengenali karena takut salah orang."Ini
BAB 6 "Cinta lama bersemi kembali" #Pov nanaPagi hari setelah Mas Rafa berangkat kerja, aku pun langsung memainkan handphone di dalam kamar sambil melihat anak-anak bermain di luar. Entah perasaan apa yang membuatku ingin sekali chat Evan mantan ku di masa pacaran dulu."Mmmh, chat gak ya?" Tanyaku dalam hati.Berkali-kali aku menulis kata-kata lalu aku menghapus lagi dan tidak mengirimkannya, aku bingung harus memulai dari mana dan berkata apa supaya ia membalas chatku, lalu aku menunggu saja siapa tahu Evan ada chat duluan. Beberapa menit kemudian terdengar notifikasi chat dari handphoneku, setelah aku melihat ternyata chat dari Evan, hatiku merasa senang sekali padahal isi chatnya pun belum aku buka."Pagi, lagi ngapain? Maaf pagi-pagi ganggu, apa suamimu sudah berangkat kerja?" Tanya Evan."Lagi ngasuh anak-anak sambil santai aja, jangan tanyakan dia kalau dia jam segini sudah gak ada pulang-pulang nanti malam jadi aku bebas juga bisa chat sama kamu," jawabku sambil senyum-seny
BAB 7" Hubungan Terlarang "#pov nanaNa, hari ini suamimu ada di rumah?" Tiba-tiba Evan chat aku saat Mas Rafa ada di rumah libur kerja."Ada, Van, kamu jangan chat aku nanti aku ketahuan suamiku," jawabku tegas.Evan, yang setiap harinya ada di rumah, dia selalu banyak waktu untuk keluarganya, tapi istrinya malah sibuk dengan pekerjaannya padahal Evan sendiri keluarganya berada, dia menjalankan bisnis ayahnya yang memiliki sebuah toko bangunan besar, jadi dia sehari-hari bebas tidak terikat dengan jam kerja. Istrinya yang sibuk sedangkan suamiku yang sibuk."Aku kangen, Na, aku juga nunggu jawaban dari kamu masalah mau tidaknya kita menjalani hubungan lagi," ungkap Evan."Aku pun sama, Van, kangen banget apalagi beberapa hari ini aku selalu mengenang masa-masa kita pacaran dulu." Jawabku sambil melihat Mas Rafa takut dia bangun.Aku memberanikan diri chat di saat Mas Rafa sedang tidur, entah dia sadar atau tidak tapi terlihat dia sangat kelelahan jadi aku biarkan saja dia istirahat
BAB 8" Pisah ranjang "Menjelang adzan subuh, aku pun terbangun karena sudah terdengar adzan berkumandang. Aku siap-siap untuk pergi ke mushola menjalankan ibadah shalat subuh bersama bapak mertuaku. Setelah selesai, aku melihat Nana masih tertidur lelap dan belum dibangunkan oleh bapaknya. Aku pun tidak berani memaksa untuk membangunkannya karena masih merasa kecewa atas perlakuan Nana semalam. Aku disuguhkan kopi oleh ibu mertuaku sambil merenung di kursi ruang depan."A, ini ibu buatkan kopi, sama goreng uli. Kemarin ibu buat uli buat teman ngopi karena sudah tahu aa bakal datang kesini juga," ungkap ibu mertuaku."Iya bu, terima kasih. Maaf, bisa minta tolong bangunkan Nana? Bu, sudah pagi dia belum shalat subuh. Tadi aa sama bapak coba bangunkan dia tidak mau bangun," pintaku pada ibu mertua."Percuma, dia tidak akan bangun harus ibu siram pakai air baru mau bangun, seharusnya seorang istri bangun duluan siapkan sarapan untuk suaminya, tapi memang sudah sifatnya seperti itu susa
BAB 9 " Seperti malam pertama "Malam pun tiba, entah mengapa Nana menyuruh anak-anak tidur di kamar neneknya. Seketika dia memakai pakaian terbuka dan berdandan lalu masuk ke dalam kamar. Aku yang masih terdiam heran duduk di atas kursi sambil memperhatikan tingkahnya yang seakan-akan berubah drastis.Setelah menghabiskan secangkir kopi, aku pun langsung masuk ke dalam kamar seketika melihat Nana yang sedang terbaring tidak memakai selimut hanya mengenakan pakaian yang sangat terbuka. Rasa dimana aku sangat benar-benar merasa jantungku berdetak yang tidak seperti biasanya.Aku lihat sepertinya dia pura-pura memejamkan mata. Lalu aku pun berbaring di sampingnya. Selang beberapa menit dia pun terbangun dan tanpa basa-basi naik ke atas badanku yang sedang terbaring. Entah sesuatu apa yang merasukinya aku pun terheran. Dia langsung memberikan kedua belahan d*danya mengarah ke bibirku.Tidak menunggu waktu, aku pun langsung menyergap apa yang dia sodorkan ke bibirku. Dia yang biasanya ha
BAB 10" MENIKMATI PERMAINAN "#pov nanaBeberapa minggu kemudian, aku yang sudah tak tahan menahan rindu terhadap Evan mencoba memberanikan diri meminta izin Mas Rafa untuk menginap di rumah kedua orangtuaku.Biasanya Mas Rafa jarang mengizinkan karena aku sulit pulang kalau sudah menginap di rumah orangtuaku. Di sana mungkin aku merasakan ketenangan dan kekeluargaan yang sangat erat meskipun tinggal di rumah kecil, tapi setidaknya anak-anak juga ada yang membantu asuh.Tanpa harus ada drama, Mas Rafa pun mengizinkan aku menginap selama tiga hari dan aku sengaja tidak mengajaknya menginap, karena sudah jelas tujuanku hanya untuk bersenang-senang dengan Evan."Akhirnya, selama tiga hari aku bisa bertemu terus dengan Evan dan bisa memadu kasih juga. Kepuasan yang diberikan Evan membuatku ingin terus melakukan itu dengannya," ucapku dalam hati."Sayang, kamu sudah di rumah orangtuamu," isi chat Evan."Udah, sayang, kita janjian ketemuan?" jawabku."Jadi dong, di rumah Ridwan lagi ya, ak
BAB 11" Berita Duka "Hampir setiap kali aku libur kerja, kenapa Nana selalu tidak ingin menikmati kebersamaan bersamaku ya?" Tanyaku dalam hati."Bu, kenapa Nana setiap hari keluar rumah saat aku sudah berangkat kerja, apa dia seperti itu?" Tanyaku pada ibu yang sedang memasak di dapur."Setahu ibu sih sering, dia pagi-pagi sudah berangkat atau ada yang menjemput, dia bilang ojek yang menjemput kadang bilang saudaranya, tapi ibu juga tidak terlalu banyak bertanya sama dia, ibu cuma tanya sudah izin suamimu atau belum, dia selalu jawab sudah. Jadi ibu biarkan saja dia pergi, kenapa nak? Kalian ada masalah?" Jelas ibu."Tidak bu, tidak ada apa-apa." Jawabku tidak mau ibu kepikiran kalau aku ada kecurigaan terhadap istriku sendiri.Aku kadang terheran juga dengan sikapnya yang kadang baik, kadang juga ada sikap jahat terhadapku. Tapi akhir-akhir ini dia seakan-akan seperti orang yang sedang jatuh cinta. Ya Tuhan, jauhkanlah aku dari pikiran yang tidak-tidak tentang istriku.Dari kejauh
BAB 12"Kecurigaan Mas Rafa"#POV NANA"Na, sampai kapan kamu akan terus bersembunyi dari aku? Apakah kamu sudah bosan denganku?" Tanya Evan di chat handphoneku."Kenapa, Van? Aku sedang berduka, seharusnya kamu mengerti keadaanku sekarang. Aku tidak bisa pergi kemana-mana sebelum 40 hari berkabung atas kematian nenekku," jawabku tegas."Aaaaaaaagh, sudahlah, kamu hanya mencari alasan. Sejak awal, kamu memang tidak menginginkanku," marah Evan."Jangan egois, Van. Tolong pahami sedikit perasaanku. Di sini juga ada Mas Rafa, aku tidak bisa diam-diam pergi meninggalkan rumah," jawabku penuh dengan kekecewaan.Setelah nenek meninggal, hampir setiap hari Mas Rafa ada waktu untukku. Dia hanya memiliki satu pekerjaan tetap dan selalu pulang sore karena rumah sedang berduka dan diadakan tahlilan beberapa hari.Sudah kubilang ke Evan bahwa aku sedang berduka, tapi dia tetap tidak mau mengerti keadaanku sekarang. Aku jadi bingung harus berbuat apa.Dia selalu menghubungiku tidak sesuai dengan k
BAB 42"RUMAH TANGGA DI CAMPURI ORANGTUA""Raf, sudah bertahun-tahun kalian menikah, masa sampai sekarang ibu belum bisa gendong cucu juga, mau sampai kapan kalian tidak memiliki keturunan lagi, ibu ingin sekali gendong cucu dari Isna." Ucap ibu disaat aku berkunjung ke rumahnya.Niat hati ingin menenangkan pikiran dan menengok orang tua, tapi disuguhkan dengan pertanyaan ibu yang mungkin membuat hati Isna sakit."Kita juga sudah berusaha, Bu, mungkin Tuhan belum memberi kepercayaan untuk kita memiliki anak lagi. Lagian kan cucu ibu ada tiga. Raf belum berpikir untuk memiliki anak lagi." Jelasku pada ibu."Ya tetap saja, Bu, ibu hanya ingin gendong bayi dari pernikahan kalian berdua. Anak-anak kamu kan sudah besar," ucap ibu sambil meninggalkan aku dan Isna di ruang tamu."Isna, yang sabar ya, maafkan atas sikap ibu juga. Jangan sampai jadi beban pikiran buat kamu," ucapku menenangkan Isna yang terlihat sepertinya ia merasa sedih dengan perkataan ibu.Tanpa menjawab, Isna langsung ber
BAB 41"SEASON DUA""KEBEBASAN NANA"#POV NANA"Syukurlah, setelah beberapa tahun berlalu menjalani hukuman di dalam jeruji besi akhirnya hari ini aku bisa menghirup udara segar." Ucapku dalam hati sambil melangkahkan kaki keluar dari lembaga pemasyarakatan.Ada beberapa rencana yang akan aku lakukan yang sudah aku susun jauh-jauh hari. Dendam yang sangat membara dalam hatiku seakan-akan harus membalas semua perlakuan keluarga yang sama sekali tidak pernah ada menjenguk ataupun menanyakan kabarku selama di sini."Na, kamu tenang saja, aku akan membantu apapun niatmu untuk membalaskan rasa sakit terhadap semua orang yang menyakiti hati kamu," ucap Julia, teman satu kamarku, satu-satunya keluarga yang aku punya sekarang dan hari ini kita sama-sama bebas."Ayo ikut aku masuk," ucap Julia lagi, menyuruhku masuk ke dalam mobil yang sudah menjemputnya.Kali ini aku akan menuruti apa kata Julia, sepertinya dia orang berada. Dia masuk penjara gara-gara kasus narkoba.Terakhir kali ayah dan ib
BAB 40" DERITA DAN KEBAHAGIAAN""Raf, maaf aku mengganggu waktumu, ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan penting. Jadi aku mengajakmu untuk bertemu." Ucap Evan setelah aku ajak bertemu di sebuah kafe."Gak, van, santai saja. Aku kebetulan sedang cuti kerja juga. Jadi aku banyak waktu. Aku juga kemarin baru melangsungkan pernikahan dengan Isna adiknya Nana. Apa yang mau kamu bicarakan, van?" Tanyaku."Apa kamu sempat tes DNA Cila anak kandung Nana?," tanya Evan."Belum, van, memangnya kenapa?" Tanyaku lagi."Syukurlah kalau belum, Nana pernah memintaku sampel rambut, dia bermaksud untuk melakukan tes DNA kamu dengan Cila, lalu menukar sampel rambut aku dengan rambut kamu, jadi nantinya keterangan hasil tes Cila adalah anak kandung kamu, Raf. Jujur saja, Cila adalah anak kandung aku. Kedatangan aku kesini juga ingin meminta izin kepada kamu untuk membawanya pulang. Aku akan merawat dan membesarkannya." Jelas Evan."Bagaimanapun hasil tes DNA semisal menunjukkan dia adalah anak kand
BAB 39" Pernikahan "Pagi-pagi aku sudah melihat beberapa makanan yang sudah tersaji di meja makan. Anak-anak pun sudah mandi semua, termasuk Cila yang memang sudah aku anggap anakku sendiri.Dia anak yang tidak berdosa, jadi aku akan membesarkannya dan memberikan dia kasih sayang dan pendidikan yang layak. Namun, karena dia masih kecil, belum saatnya untuk sekolah."Pagi calon istri," ucapku pada Isna yang baru selesai menyiapkan makanan untuk kami sarapan.Karena si bibi ART sedang cuti, anaknya di kampung sedang sakit, jadi semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Isna. Biasanya aku sendiri yang mengerjakannya sebelum berangkat kerja."Pagi juga mas, ayo sarapan dulu mas bareng anak-anak, sudah aku siapkan semuanya. Nanti juga mas bawa bekal ya, buat makan siang di kantor," pinta Isna."Mas hari ini tidak masuk Is, kan mas mau antar kamu pulang. Mas sudah memberitahukan anak-anak kantor bahwa mas beberapa hari ke depan tidak masuk dulu. Nanti aku antar anak-anak sekolah juga dan memin
BAB 39" Kebenaran Yang Terungkap "Masih tanda tanya kenapa Nana ditangkap oleh pihak kepolisian. Sepanjang perjalanan, aku merasa khawatir terhadap Nana. Melihat raut wajahnya yang ketakutan saat kedatangan polisi, dan dia sekarang dibawa dalam keadaan tangan terikat borgol.Aku mengikutinya dari belakang, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang sudah membuat laporan tersebut.Sesampainya di kantor polisi, aku kaget melihat kehadiran Isna dan seorang laki-laki yang tidak aku kenal. Isna langsung menghampiriku dan memeluk erat tubuhku, seakan-akan dia melepaskan rasa rindu terhadapku yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu."Ada apa ini, Is? Siapa lelaki yang bersamamu itu?" Tanyaku."Panjang ceritanya, Mas. Dia lelaki yang pernah aku tolak lamarannya, dia Irwan, Mas. Dia yang menculik aku. Namun, dia juga yang sudah membantu aku untuk menjebloskan Mbak Nana ke penjara." Jelas Isna."Maksudnya apa ini, Is? Mas sama sekali tidak mengerti. Kenapa yang menculik dia,
BAB 37"Mencoba Membuka Hati" Dilema yang aku rasakan setelah mendengar permintaan Isna. Padahal aku akan menerima dia dalam kondisi apapun. Semua hanyalah sebuah kecelakaan, bukan dengan sengaja kesucian Isna dirampas oleh lelaki lain.Mau tidak mau aku harus menuruti permintaan Isna. Aku mencoba menurunkan ego sendiri. Demi orang yang sangat aku cintai, apapun akan aku lakukan.Termasuk menuruti apa keinginan Isna. Setelah Pak Ustadz masuk ke ruangan dimana Isna dirawat, Isna pun menyaksikan langsung aku mengucapkan ijab kabul terhadap Nana."Bagaimana para saksi, sah?" Ucap Pak Ustadz. "Saaaaaaah," jawab semua orang yang berada di sekitarku, termasuk Isna."Mas, kamu sudah menjadi milik Mbak Nana lagi, sekarang bawalah dia pulang ke rumahmu mas, aku akan segera segera kembali seperti biasanya. Lagipula ada ibu dan bapak yang menungguku disini. Kalian nikmati saja malam pertama kalian berdua. Jangan pedulikan aku mas. Pergilah." Ucapan terakhir Isna sambil memalingkan wajahnya.Aku
BAB 36"Dalang Dibalik Penculikan"#POV NANAAku tidak boleh meratapi kesedihan karena Mas Rafa besok akan melamar Isna. Aku harus segera bertindak, apapun akan kulakukan untuk membatalkan lamaran Mas Rafa."Enak saja, di saat Mas Rafa susah dia sama aku, sekarang giliran Mas Rafa udah punya segalanya malah dia mengajak Isna untuk menikmati semua itu," ucapku dalam hati.Seketika aku teringat lelaki yang pernah Isna tolak waktu dia malu melamar Isna. Aku langsung mencari nomor teleponnya. Dan syukurlah akhirnya aku menemukannya dan ketika aku hubungi nomornya masih aktif.Karena belum terlalu malam juga, aku mengajak dia ketemuan sebentar di suatu tempat. Aku ingin mengajak dia kerjasama untuk membatalkan lamaran Mas Rafa besok. Mungkin ada dua pihak yang diuntungkan. Aku bisa mendapatkan Mas Rafa kembali, dan Irwan bisa mendapatkan Isna seutuhnya.Meskipun aku tak peduli apa pun yang akan dilakukan Irwan terhadap Isna nantinya. Aku hanya ingin Mas Rafa bisa kembali ke pelukanku."Wan
BAB 35"Dibalik Hilangnya Isna"#POV ISNATakdir yang memang sudah ditulis dari Tuhan untukku bisa bertemu kembali dengan Mas Rafa. Di saat dia menjadi suaminya Mbak Nana, aku sedikit menaruh hati terhadapnya. Mungkin waktu itu usiaku memang masih terlalu muda. Namun, aku sangat mengerti apa yang dirasakan Mas Rafa selama berumah tangga dengan Mbak Nana.Sering aku melihat di saat Mas Rafa pulang kerja, jangankan Mbak Nana menyodorkan minum, dia malah kadang tertidur atau sedang asyik memainkan handphonenya. Melihat Mas Rafa yang mungkin merasakan lapar setelah pulang kerja, aku pun selalu membuatkan makanan untuknya dan menyuruh ibu untuk memanggil Mas Rafa untuk makan.Meskipun dia lelaki yang sederhana, namun dia benar-benar menyayangi Mbak Nana. Sampai aku memberikan kode kalau aku menyukainya, pun dia hanya menganggapku sebagai adik iparnya saja. Terkadang Mas Rafa juga tanpa diminta selalu memberikan aku uang jajan tiap kali dia gajian.Dan tragedi pengkhianatan Mbak Nana pun te
BAB 34" PENCARIA ISNA "Kedatangan dari pihak kepolisian membuatku sedikit lega. Setelah aku menjelaskan kronologi kejadiannya, semua warga dan pihak kepolisian mulai menyusuri area sekitar dan sebagian masuk ke dalam hutan, karena di sebuah perkampungan, tidak mungkin yang membawa Isna akan membawanya ke arah kota.Sampai sore hari, belum ada terlihat tanda-tanda keberadaan Isna di mana. Dari tim pencari dan para warga pun sama sekali belum menemukan titik terang."Ya Tuhan, kemana sih kamu Is, apa yang terjadi sama kamu. Kenapa di saat situasi yang penting seperti ini malah ada kejadian," ucapku dalam hati.Menjelang magrib dan matahari pun sudah mulai terbenam, semuanya sudah menyisir area dan belum juga menemukan titik terang."Pak Rafa, hari menunjukkan sudah mulai gelap, apa kita lanjutkan besok saja pencariannya," ucap pak polisi."Pak, saya mohon minta waktu sampai adzan isya, kalau masih belum menemukan jejak atau petunjuk, kita lanjutkan besok pagi," ucapku dengan penuh ker