Share

Pertengkaran

BAB 4

" Pertengkaran "

Tiga hari pun berlalu, di saat aku libur kerja aku segera bergegas menjemput Nana dan anak-anak untuk pulang lagi ke rumah orangtuaku.

Setelah sampai aku tidak melihat Nana yang entah kemana dia pergi, dia sama sekali tidak mengabari aku selama menginap di rumah orangtuanya.

"Bu, Nana kemana ya?, anak-anak kok ditinggal?" Tanyaku kepada ibu mertua.

"Tadi pagi bilangnya mau ada urusan ke rumah temennya, dia cuma bilang gitu aja." Jawab ibu mertuaku.

Sudahlah, aku tidak mau berpikir macam-macam aku pun langsung memanggil anak-anak dan bermain bersama mereka. Menjelang magrib aku baru melihat Nana yang baru pulang entah dari mana.

Aku segera menghampirinya. Terlihat raut wajahnya yang seperti sangat bahagia setelah seharian keluar rumah dan pulang sudah mau menjelang magrib.

"Na, kamu habis dari mana?, jam segini kok baru pulang? Kan kamu sudah janji hari ini aku jemput pulang ke rumah," tanyaku kepada Nana yang sedang asyik memainkan handphone-nya.

"Kamu tahu gak aku tuh capek, aku mau mandi dulu," jawabnya sambil tidak melihat mataku dan hanya fokus melihat handphonenya.

Entah apa yang dia lakukan seharian, sampai-sampai aku tanya dengan baik-baik pun jawabnya seperti itu, sebenarnya hatiku ingin sekali marah tapi aku tahan karena sedang di tempat orangtuanya tinggal. Biar aku tanya saja nanti setelah dia selesai membersihkan diri.

Aku pun segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib di masjid tempat orangtuanya tinggal. Setelah pulang dari masjid, aku disuguhkan kopi dan gorengan oleh ibu mertuaku. Setiap waktu selalu saja yang menawari aku makan maupun minum, kalau tidak ibuku ya ibu mertuaku.

Jarang sekali aku merasa dilayani sebagai seorang layaknya suami, karena Nana sama sekali tidak pandai memasak, apalagi setelah aku belikan sebuah handphone, dia selalu fokus terhadap handphone-nya, bahkan sampai terlelap tidur selalu disimpan di bawah bantal yang ia pakai.

Aku pun lalu masuk ke dalam kamar, dan melihat Nana yang lagi senyum-senyum sendiri, sedangkan anak-anak lagi asyik menonton kartun kesukaannya di TV.

Mungkin kesempatan aku untuk bertanya sehariannya dari mana saja. Aku pun lalu menghampirinya dan mengambil handphone yang sedang ia mainkan tanpa aku melihat sedikitpun yang ada dalam layar handphone tersebut.

"Apa sih, sopan dong kalau mau ambil barang orang jangan main rampas aja," ucap Nana kesal.

"Kamu kenapa?, kamu marah?, aku ini suamimu yang harus kamu hargai, hanya mengambil handphone saja sikapmu seakan-akan aku ini musuh," tegasku.

Aku melihat wajahnya yang penuh dengan amarah.

"Kenapa?, kamu gak suka aku seperti ini?" ucap Nana.

"Tolong lah, aku ada di sini, aku ini suamimu hargai aku yang ada di hadapanmu, sering aku tegaskan juga kan di saat ada aku gak ada kata asyik main handphone," tegasku lagi terhadap Nana.

"Sudahlah, aku gak mau ngeladenin kamu bertengkar, aku mau tidur, sini handphone aku," jawab Nana sambil membalikan badan lalu menutup kepalanya dengan bantal.

Aku pun langsung keluar kamar dan meneruskan minum kopi di ruang tamu. Sedikit ada lamunan ada apa sebenarnya yang terjadi, kenapa dia bersikap seakan-akan aku ini musuhnya, padahal aku suaminya sendiri yang harus ia layani dengan baik.

Menjelang tengah malam, rasa ngantuk pun mulai terasa, aku melihat anak-anak sudah tidur di kamar neneknya. Lalu aku bergegas masuk ke dalam kamar.Tiba-tiba pemandangan yang sama aku lihat nana senyum-senyum sendiri dengan handphone-nya.

"Belum tidur ya?, sudah jam berapa ini, asyik banget lagi chatting sama siapa sih." Tanyaku.

"Temen," jawab nana singkat.

Hingga akhirnya akupun merebahkan badan di sampingnya yang membelakangiku. Diam-diam aku peluk dari belakang dan berkata.

"Na, kayaknya kita sudah lama tidak melakukan, rasanya malam ini aku ingin, mau gak?" Nana pun membalikan badannya, aku fikir dia juga mau melakukannya karena kita sudah lama jarang melakukan hubungan suami istri.

"Kamu tau gak, aku tuh capek dari pagi pulang magrib, harusnya kamu tuh ngerti jangan cuma bisa pengen, pengen dan pengen," ketus nana.

"Astagfirullah, aku ini suamimu na, wajar dong aku minta sesekali dilayani sama kamu, lagian kamu tinggal diam saja biar aku yang memuaskan kamu," jawabku sedikit kesal.

"Lain kali saja aku capek," jawab Nana sambil membalikkan badan membelakangi aku lagi.

Aku pun terdiam, lalu aku mencoba meskipun ada penolakan menggerayangi bagian sensitif Nana, dia menolak dan mengempiskan tanganku yang pelan-pelan aku masukkan ke dalam celananya.

Aku tidak menyerah lalu aku masukkan tanganku ke bagian dadanya, dan dia pun membalikkan badan dan seketika melayangkan tangannya ke pipiku seakan-akan aku berbuat jahat terhadapnya.

"Harus berapa ribu kali aku bilang, aku tuh capek, capek, capek pah," ucap Nana marah.

"Kamu itu istriku, lagian sudah hampir dua bulan kita tidak pernah melakukan hubungan suami istri, kamu ini kerasukan setan apa sampai berani menolak ajakan suamimu sendiri," tegasku.

Aku mencoba becanda dengannya dengan memegang area sensitifnya lagi, saat aku mau menurunkan celana yang ia kenakan, ia langsung menarik kembali celananya ke atas. Kemudian ia terbangun dan lari ke ruang tamu. Aku yang sudah tidak tahan ingin melakukan, disertai rasa amarah yang memuncak, langsung menyusulnya.

"Kamu benar-benar keterlaluan, aku sakit diperlakukan seperti ini oleh kamu. Apa aku harus sabar terus menahan ego kamu yang sudah keterlaluan, bahkan aku minta dilayani pun kamu tidak mau," ucapku.

"Bodo amat, aku sedang tidak ingin melakukan apapun, sudah kutegaskan kalau aku capek. Kamu tuh ngerti gak sih apa artinya cape?" jawab Nana.

Akhirnya aku yang hatinya dirasuki rasa amarah terhadap istriku sendiri hampir saja melayangkan tangan ke pipinya, namun, sejenak aku tersadar dan mengucap istighfar, hingga akupun menahan tangan tepat di depan pipinya. Dia lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu dari dalam.

Aku yang terdiam di kursi ruang tamu merasa teriris hati dengan sikap dan perlakuan istriku sendiri. Kenapa dia seperti itu? Kenapa harus ada penolakan, padahal aku suami sahnya bukan orang lain. Hingga di dalam hatiku bertanya-tanya, mungkinkah dia sudah dipuaskan oleh orang lain sehingga sudah lama tidak ingin melakukan hubungan suami istri denganku?......

*🍁🍁🍁🍁🍁*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status