BAB 10" MENIKMATI PERMAINAN "#pov nanaBeberapa minggu kemudian, aku yang sudah tak tahan menahan rindu terhadap Evan mencoba memberanikan diri meminta izin Mas Rafa untuk menginap di rumah kedua orangtuaku.Biasanya Mas Rafa jarang mengizinkan karena aku sulit pulang kalau sudah menginap di rumah orangtuaku. Di sana mungkin aku merasakan ketenangan dan kekeluargaan yang sangat erat meskipun tinggal di rumah kecil, tapi setidaknya anak-anak juga ada yang membantu asuh.Tanpa harus ada drama, Mas Rafa pun mengizinkan aku menginap selama tiga hari dan aku sengaja tidak mengajaknya menginap, karena sudah jelas tujuanku hanya untuk bersenang-senang dengan Evan."Akhirnya, selama tiga hari aku bisa bertemu terus dengan Evan dan bisa memadu kasih juga. Kepuasan yang diberikan Evan membuatku ingin terus melakukan itu dengannya," ucapku dalam hati."Sayang, kamu sudah di rumah orangtuamu," isi chat Evan."Udah, sayang, kita janjian ketemuan?" jawabku."Jadi dong, di rumah Ridwan lagi ya, ak
BAB 11" Berita Duka "Hampir setiap kali aku libur kerja, kenapa Nana selalu tidak ingin menikmati kebersamaan bersamaku ya?" Tanyaku dalam hati."Bu, kenapa Nana setiap hari keluar rumah saat aku sudah berangkat kerja, apa dia seperti itu?" Tanyaku pada ibu yang sedang memasak di dapur."Setahu ibu sih sering, dia pagi-pagi sudah berangkat atau ada yang menjemput, dia bilang ojek yang menjemput kadang bilang saudaranya, tapi ibu juga tidak terlalu banyak bertanya sama dia, ibu cuma tanya sudah izin suamimu atau belum, dia selalu jawab sudah. Jadi ibu biarkan saja dia pergi, kenapa nak? Kalian ada masalah?" Jelas ibu."Tidak bu, tidak ada apa-apa." Jawabku tidak mau ibu kepikiran kalau aku ada kecurigaan terhadap istriku sendiri.Aku kadang terheran juga dengan sikapnya yang kadang baik, kadang juga ada sikap jahat terhadapku. Tapi akhir-akhir ini dia seakan-akan seperti orang yang sedang jatuh cinta. Ya Tuhan, jauhkanlah aku dari pikiran yang tidak-tidak tentang istriku.Dari kejauh
BAB 12"Kecurigaan Mas Rafa"#POV NANA"Na, sampai kapan kamu akan terus bersembunyi dari aku? Apakah kamu sudah bosan denganku?" Tanya Evan di chat handphoneku."Kenapa, Van? Aku sedang berduka, seharusnya kamu mengerti keadaanku sekarang. Aku tidak bisa pergi kemana-mana sebelum 40 hari berkabung atas kematian nenekku," jawabku tegas."Aaaaaaaagh, sudahlah, kamu hanya mencari alasan. Sejak awal, kamu memang tidak menginginkanku," marah Evan."Jangan egois, Van. Tolong pahami sedikit perasaanku. Di sini juga ada Mas Rafa, aku tidak bisa diam-diam pergi meninggalkan rumah," jawabku penuh dengan kekecewaan.Setelah nenek meninggal, hampir setiap hari Mas Rafa ada waktu untukku. Dia hanya memiliki satu pekerjaan tetap dan selalu pulang sore karena rumah sedang berduka dan diadakan tahlilan beberapa hari.Sudah kubilang ke Evan bahwa aku sedang berduka, tapi dia tetap tidak mau mengerti keadaanku sekarang. Aku jadi bingung harus berbuat apa.Dia selalu menghubungiku tidak sesuai dengan k
BAB 13" Liciknya evan "#pov evan"Van, kita bertaruh, kamu tahu kan Nana istri Rafa? Cantik banget dia, tubuhnya bagus pula. Bisa kamu dapatkan dia?" ucap Ridwan."Memang kamu tidak tahu ya, dia mantanku dulu waktu masih sekolah, kecil lah kalau masalah bisa mendapatkan dia, meskipun dia sudah jadi istri orang juga," jawab Evan."Ok deal, kalau kamu bisa mendapatkan dia, aku akan fasilitasi kamar untuk kamu gunakan dengan dia, tapi kalau tidak bisa mendapatkan dia kamu bayar aku sejumlah yang aku minta," tantang Ridwan.Sebenarnya aku sudah beristri, tapi karena kesibukan istriku membuat aku benar-benar muak dan merasa sangat kesepian. Setiap waktu aku kadang menghabiskan waktu main di rumahnya Ridwan, teman dekatku dari dulu. Seketika dia menantangku untuk mendapatkan Nana istri Rafa yang dulu adalah mantan pacarku sendiri. Karena sudah keduluan Rafa melamarnya, dia jadi milik orang lain.Aku mencoba mencari informasi di media sosialnya siapa tahu mungkin dia sedang memiliki masala
BAB 14" Menyelidiki "Pada akhirnya, aku yang keras ingin Nana dan anak-anak tinggal di rumahku pun terpaksa menempati rumah peninggalan neneknya Nana. Dengan penuh perdebatan dengan Nana, akhirnya aku mengalah juga.Setelah menempati rumah itu, sikap Nana berubah-ubah dan ada sedikit kecurigaanku juga karena setiap hari dia selalu diam di rumah orangtuanya bukan di rumah yang sedang kami tempati.Aku selalu ingin mengecek isi handphone-nya tapi aku tidak diberi keberanian karena aku sudah bicara dari awal masalah privasi aku gak akan menuntut semua itu. Jadi aku bebaskan. Namun, serasa ada yang mengganjal saja di pikiranku. Diam-diam di saat Nana mandi, aku coba memberanikan diri menyadap aplikasi chat-nya sehingga setiap ada chat bisa masuk ke handphone aku.Sepertinya tidak ada chat yang mencurigakan juga, semua isinya cuma ibu-ibu saja dan grup keluarga.Perasaan waktu itu Nana pernah pergi dengan Mira, coba aku tanyakan Mira saja mungkin dia mengetahui sesuatu. Aku segera bergeg
BAB 15" Kekecewaan Yang Mendalam ""Eh, Pah, sudah pulang duluan ya? Aku bawa ice coffee nih, kesukaan kamu. Tadi aku beli di jalan, sekalian pulang," sapa nana ketika melihatku ada di rumah."Tumben, bahagia banget kayaknya hari ini. Beda loh, dari aku lihat wajahmu gak seceria seperti biasanya," sindirku terhadap Nana.Tanpa menjawab, Nana pun langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian keluar rumah. Aku yang masih merenungi kejadian tadi melihat istriku sedang berpacaran, rasanya sudah seperti ingin melampiaskan kemarahan terhadap Nana.Untuk menenangkan diri, aku pun segera pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Maghrib, sekalian mengajak anak-anak untuk pergi ke masjid shalat berjamaah.Setelah selesai melaksanakan shalat, aku pun tidak langsung pulang ke rumah. Aku yang sendiri di dalam masjid hanya bisa mengadu kepada Tuhan dan meminta petunjuk bagaimana sikap yang harus aku ambil.Rumah yang aku bangun bertahun-tahun dan melalui proses yang sanga
BAB 16" Apa Mungkin Mas Rafa Selingkuh?"#POV NANABeberapa waktu setelah kami pindah menempati rumah peninggalan nenek, aku merasa sangat bahagia. Setidaknya ada orangtua dan adik-adikku membantu mengasuh anak-anak juga. Dan aku bisa bebas kapanpun untuk ketemu dengan Evan. Karena rumah Ridwan tidak terlalu jauh juga jadi aku bisa bertemu Evan kapan saja di rumahnya Ridwan. Tapi aku heran, setelah beberapa kali aku bertemu dengan Evan kadang di kafe tempat kita nongkrong, kadang juga di rumah Ridwan.Aku lihat ada perubahan sikap juga yang ditunjukkan oleh Mas Rafa. Nanti aku coba tanyakan saja setelah dia pulang kerja. Sebentar lagi juga Mas Rafa pulang. Tidak menunggu lama akhirnya aku mendengar suara motor Mas Rafa pulang."Pah, gimana hari ini kerjanya?" Tanyaku menyambut Mas Rafa pulang."Seperti biasa na, aku lelah," jawabnya sama sekali tidak menatap aku sedikitpun.Biarlah, dia istirahat dulu, nanti setelah selesai istirahat dan membersihkan diri aku coba tanyakan lagi. Akhi
BAB 17"Pengakuan Ridwan"Berbulan-bulan pun berlalu, aku yang sudah bisa menerima kenyataan pahit terasa sudah biasa melihat pemandangan istriku memadu kasih dengan laki-laki lain. Yang seharusnya istri itu menjadi sebuah rumah untuk suaminya pulang, tapi malah aku tidak merasakan punya rumah.Nana dengan sengaja membukakan pintu untuk laki-laki lain dan akhirnya ia terjebak dengan permainan dia sendiri. Sadar diriku yang membuat aku banyak bisa merelakan rumah tangga ku di masuki orang lain. Aku yang hanya pekerja biasa dan penghasilan pun seadanya. Sedangkan Evan dia memiliki segalanya dan mungkin apa yang Nana ingin Evan selalu bisa kabulkan.Terkadang Nana pun pulang selalu bawa barang-barang yang dia pinta terhadapku. Setelah aku tanya punya uang dari mana selalu dijawab hasil kerja keras dia sendiri. Seketika aku dalam lamunan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada chat masuk dari nomor yang tidak aku kenal."Raf, ini aku Ridwan. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan penting. Bisakah
BAB 55"Bertemu Mas Rafa dan Riska"#POV ISNAUntuk sementara, aku urungkan niat dulu untuk mencari pekerjaan. Fokus sekarang menemukan keberadaan Evan di mana. Pagi ini aku akan ke kantor polisi untuk memastikan apakah benar Mba Nana sudah keluar dari penjara. Sengaja aku menyewa mobil seharian untuk pulang pergi dan mencari keberadaan Evan. "Mir, kamu ada kerjaan nggak hari ini?" tanyaku kepada Mira. "Kebetulan aku lagi cuti tahunan, Bi. Tadinya aku mau pulang kampung. Tapi kalau Bibi mau ditemani keluar, aku mau kok, Bi. Gampang, nanti masalah pulang kampung bisa Mira undur dulu," jawab Mira. "Temani Bibi ya cari informasi tentang Mba Nana. Siapa tahu Bibi nemu titik terang," pintaku kepada Mira. Setelah Mira mengiyakan, aku langsung siap-siap untuk pergi ke kantor polisi di mana Mba Nana pernah ditahan.Berkali-kali aku coba menghubungi Mas Rafa, namun semua akses sudah dia blokir. Jadi, aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Sudahlah, lebih baik aku cari kebenarannya dulu
BAB 54" Aku Tidak Sebodoh Itu"#POV ISNADengan penuh rasa penyesalan, aku hanya bisa menyaksikan dari jendela melepas kepergian Mas Rafa setelah menceraikanku. "Apa yang sudah kamu lakukan terhadap suami kamu, Isna? Sampai-sampai dia mengembalikan kamu ke sini," tanya Bapak. "Isna ketahuan selingkuh, Pak. Mas Rafa memergoki aku sedang bersama lelaki lain," jawabku. "Astagfirullah, kelakuan kamu sama kakak kamu sama saja. Kenapa kamu lakukan semua itu, Is? Apa yang ada dalam pikiran kamu? Bukankah rumah tangga kamu baik-baik saja sebelumnya?" ucap Bapak sedikit marah. Aku yang tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya hanya bisa mengeluarkan air mata di hadapan Bapak. "Sudahlah, Pak. Apa yang sudah terjadi biarlah terjadi. Ini harus kita jadikan pelajaran juga. Jangan sepenuhnya menyalahkan Isna. Mungkin dia melakukan semua itu juga ada sebabnya," ucap Ibu membelaku. "Bu, Bu, anak sudah membuat muka kita malu, masih dibela juga," jawab Bapak.Aku langsung merangkul pangkuan
BAB 53"Haruskah Berpisah"Sepanjang perjalanan, aku hanya menahan amarah dan ingin sekali memarahi Isna. Namun, semua tertahan oleh rasa bersalahku juga karena sudah mengkhianati Isna.Terlihat dari kaca spion tengah, karena dia duduk di belakang, Isna menangis terisak-isak. Aku pun heran kenapa dia berani melakukan semua itu. Padahal, dia wanita baik-baik. Untung saja aku sempat pulang dan melihat mereka belum membuka semua pakaian. Tapi rasa sakit di hatiku melihat wanita yang sangat aku sayangi bersentuhan dengan orang lain rasanya seperti disambar petir di siang hari.Entah ini keputusanku yang tepat untuk mengembalikan dia kepada kedua orang tuanya, atau hanya karena kecemburuanku saja. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"Kenapa kamu diam, Is? Setega itukah kamu sama aku yang selama ini selalu membanggakan kamu di depan semua orang? Kita menikah sudah lama, lantas apa yang membuat kamu berani mengkhianati aku dan membawa laki-laki lain ke istanaku sendiri?" tanyaku.Isna hany
BAB 52"Isna Masuk Dalam Jebakan"#POV RISKASehari sebelum semuanya terjadi, tiba-tiba Isna mengirimkan aku sebuah pesan di handphone. "Riska, apa tidak bisa kamu membuat Mas Rafa menyukaimu atau jatuh cinta terhadapmu?" pinta Isna mengirimkan aku sebuah pesan. "Itu hal yang tidak mungkin, Isna. Dia benar-benar menyayangi kamu, dia tidak akan pernah bisa tergoda oleh wanita lain," jawabku. Sejenak aku mencoba merendahkan diri di hadapan Isna agar aku terlihat meyakinkan dia untuk terus memaksaku mendekati suaminya. Sekarang dia baru tahu sifat asli dari mertuanya bagaimana. Dulu aku juga awal-awal disanjung-sanjung sebagai menantu terbaiknya. Namun, semakin lama mungkin ada kebencian karena anaknya terlalu menyayangiku. "Coba kamu berusaha dulu, Ris. Aku hanya ingin mengabulkan permintaan ibu mertuaku agar memiliki keturunan dari Mas Rafa. Kamu satu-satunya harapanku. Aku rela berbagi kasih dengan kamu. Aku rela dimadu hanya untuk membuat Mas Rafa bahagia," tegas Isna dalam
BAB 51"KARMA"Panik yang aku rasakan setelah mendengar ibu mengetuk pintu. Segera aku menyuruh Riska untuk keluar lewat jendela dan sementara bersembunyi. Aku langsung menghampiri pintu dan membukanya. Terlihat raut wajah ibu yang melihatku seperti panik dan menengok ke arah dalam kamar. "Raf, Riska kemana ya? Ibu cari-cari nggak ada," tanya ibu."Gak tahu, Bu. Rafa dari tadi hanya rebahan saja dan membaca buku. Mungkin dia sudah tidur. Kalau pintunya dikunci, kan berarti ada dia di dalamnya," jawabku meyakinkan ibu. "Ya sudah, kamu istirahat sana, lagian kan sudah malam juga," ucap ibu sebelum pergi dan kembali melirik ke arah dalam kamar. Aku yang sedari tadi sadar menginjak celana dalam Riska yang belum ia pakai. Setelah ibu pergi, aku segera mengambilnya dan memanggil Riska untuk kembali ke kamar. "Ris, sudah aman. Sekarang kamu bisa masuk," bisikku kepada Riska. "Banyak nyamuk, tahu Mas. Mana aku lupa lagi nggak pakai celana dalam, gatel ini digigit nyamuk," ucap Riska cemb
BAB 50" Ketahuan Ibu "Meeting hari ini berjalan dengan baik, meskipun pikiranku kemana-mana. Namun, Riska bisa meng-handle semuanya dengan baik.Raut wajahnya terlihat lebih ceria dari biasanya. Namun, berbeda dengan diriku sendiri. Rasa penyesalan yang sudah mengkhianati Isna, istriku sendiri, membuat pikiranku sangat kacau. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan. Isna adalah sosok istri yang sangat baik. Aku sudah mengkhianatinya, sedangkan dia sama sekali tidak pernah mengkhianatiku ataupun dekat dengan lelaki lain. "Mas, kamu kenapa? Harusnya kamu senang, akhirnya perusahaan kita bisa dapat kerjasama proyek besar. Tapi aku lihat wajahmu menunjukkan rasa tidak senang," tanya Riska dalam perjalanan. "Aku masih memikirkan kejadian semalam, Ris. Bisa-bisanya aku melakukan semua itu. Aku tidak menyalahkan kamu. Namun, aku menyalahkan diri sendiri yang terlalu gegabah. Aku tidak mau mengkhianati istriku sendiri, Ris," jawabku."Sesayang itukah kamu sama istrimu, Mas? Padahal istri
BAB 49"Rasa Yang Tidak Berubah"#POV RISKAKali ini keberuntungan selalu ada di pihakku. Dengan sengaja aku menghubungi Julia dan kebetulan klien yang akan meeting dan bekerja sama dengan perusahaan Mas Rafa masih dari anak cabang perusahaannya Julia, jadi dia bisa merubah jadwal dan tempat di mana Mas Rafa akan meeting. Dengan sengaja aku mencari tempat yang tidak jauh dari rumah orangtuanya Mas Rafa. Pikiranku mengatakan pasti Mas Rafa akan mengajak untuk menginap di rumahnya. Meskipun ya, aku juga mendapat kabar dari Julia kalau istrinya sedang ada masalah dengan ibunya Mas Rafa terkait keturunan. Jadi menurutku dia tidak mungkin akan ikut. Aku mungkin tidak akan mudah membuat kamu jatuh cinta lagi sama aku, Mas, tapi aku akan memaksa kamu untuk bisa mencintai aku lagi. "Riska, apa kabar?" ucap Isna saat aku berkunjung ke rumahnya untuk persiapan pergi ke luar kota yang tidak jauh dari rumah ibunya Mas Rafa. "Baik, Bu. Ibu apa kabar?" tanyaku balik. "Jangan panggil ibu, pang
BAB 48"Memadu Kasih""Bu, dia bukan Nana. Dia sekretaris Rafa, namanya Riska." Bisikku pada ibu saat berjalan ke ruang tamu.Memang susah kalau harus menjelaskan terhadap orang tua. Mungkin karena faktor usia juga hingga ke egoan ibu muncul lagi. Namun, aku harus bisa memberi pengertian juga.Bagaimanapun dia orang tuaku sendiri. Sesalah apapun orang tua tetap saja dia yang merawatku dan membesarkanku sampai bisa seperti sekarang.Setidaknya aku harus bisa jadi penengah tanpa melibatkan emosi. Apalagi kalau sudah salah faham dengan menantunya Isna. Kalau aku membela salah satu yang ada nantinya akan ada kecemburuan."Na, kata Rafa kamu belum bebas, tapi sekarang malah kerja di perusahaan Rafa. Kamu baik-baik saja kan?" Tanya ibu terhadap Riska."Bu, dia Riska bukan Nana." Tegasku."Maaf bu, aku Riska bukan Nana, tapi kalau ibu mau menganggap aku siapapun boleh kok, Riska gak masalah bu," jawab Riska sambil tersenyum."Tuh kan Raf, Riska aja gak masalah ibu bilang Nana, apa kamu sudah
BAB 47"Reaksi Ibu Bertemu Riska""Sayang, Mas berangkat kerja dulu ya, Mas nanti sarapan di kantor saja. Mas agak buru-buru soalnya," ucapku pada Isna."Lah Mas, aku sudah masak loh, masa kamu gak makan. Aku buatin bekal saja ya, tunggu lima menit," pinta Isna.Aku yang tidak mau membuat Isna kecewa akhirnya aku menunggu dia membuatkan bekal. Setelahnya aku pamit dan berangkat ke kantor untuk bekerja.Hari ini ada meeting penting dengan klien jadi aku sedikit buru-buru meskipun waktu masih panjang tapi aku seakan-akan dikejar oleh waktu kalau belum sampai ke kantor.Dalam perjalanan yang kebetulan melewati rumah Riska terlihat dia sedang berdiri di depan gerbang rumahnya. Aku segera menghentikan laju mobil tepat di depan dia berdiri."Riska, lagi nunggu jemputan?, atau pacar kamu yang antar kerja?" Tanyaku sambil membuka jendela mobil."Lagi nunggu ojek online pak, katanya masih jauh karena macet kalau pagi-pagi begini," jawab Riska."Ya sudah, masuk, bareng saya saja. Nanti kamu cha