BAB 14" Menyelidiki "Pada akhirnya, aku yang keras ingin Nana dan anak-anak tinggal di rumahku pun terpaksa menempati rumah peninggalan neneknya Nana. Dengan penuh perdebatan dengan Nana, akhirnya aku mengalah juga.Setelah menempati rumah itu, sikap Nana berubah-ubah dan ada sedikit kecurigaanku juga karena setiap hari dia selalu diam di rumah orangtuanya bukan di rumah yang sedang kami tempati.Aku selalu ingin mengecek isi handphone-nya tapi aku tidak diberi keberanian karena aku sudah bicara dari awal masalah privasi aku gak akan menuntut semua itu. Jadi aku bebaskan. Namun, serasa ada yang mengganjal saja di pikiranku. Diam-diam di saat Nana mandi, aku coba memberanikan diri menyadap aplikasi chat-nya sehingga setiap ada chat bisa masuk ke handphone aku.Sepertinya tidak ada chat yang mencurigakan juga, semua isinya cuma ibu-ibu saja dan grup keluarga.Perasaan waktu itu Nana pernah pergi dengan Mira, coba aku tanyakan Mira saja mungkin dia mengetahui sesuatu. Aku segera bergeg
BAB 15" Kekecewaan Yang Mendalam ""Eh, Pah, sudah pulang duluan ya? Aku bawa ice coffee nih, kesukaan kamu. Tadi aku beli di jalan, sekalian pulang," sapa nana ketika melihatku ada di rumah."Tumben, bahagia banget kayaknya hari ini. Beda loh, dari aku lihat wajahmu gak seceria seperti biasanya," sindirku terhadap Nana.Tanpa menjawab, Nana pun langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian keluar rumah. Aku yang masih merenungi kejadian tadi melihat istriku sedang berpacaran, rasanya sudah seperti ingin melampiaskan kemarahan terhadap Nana.Untuk menenangkan diri, aku pun segera pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Maghrib, sekalian mengajak anak-anak untuk pergi ke masjid shalat berjamaah.Setelah selesai melaksanakan shalat, aku pun tidak langsung pulang ke rumah. Aku yang sendiri di dalam masjid hanya bisa mengadu kepada Tuhan dan meminta petunjuk bagaimana sikap yang harus aku ambil.Rumah yang aku bangun bertahun-tahun dan melalui proses yang sanga
BAB 16" Apa Mungkin Mas Rafa Selingkuh?"#POV NANABeberapa waktu setelah kami pindah menempati rumah peninggalan nenek, aku merasa sangat bahagia. Setidaknya ada orangtua dan adik-adikku membantu mengasuh anak-anak juga. Dan aku bisa bebas kapanpun untuk ketemu dengan Evan. Karena rumah Ridwan tidak terlalu jauh juga jadi aku bisa bertemu Evan kapan saja di rumahnya Ridwan. Tapi aku heran, setelah beberapa kali aku bertemu dengan Evan kadang di kafe tempat kita nongkrong, kadang juga di rumah Ridwan.Aku lihat ada perubahan sikap juga yang ditunjukkan oleh Mas Rafa. Nanti aku coba tanyakan saja setelah dia pulang kerja. Sebentar lagi juga Mas Rafa pulang. Tidak menunggu lama akhirnya aku mendengar suara motor Mas Rafa pulang."Pah, gimana hari ini kerjanya?" Tanyaku menyambut Mas Rafa pulang."Seperti biasa na, aku lelah," jawabnya sama sekali tidak menatap aku sedikitpun.Biarlah, dia istirahat dulu, nanti setelah selesai istirahat dan membersihkan diri aku coba tanyakan lagi. Akhi
BAB 17"Pengakuan Ridwan"Berbulan-bulan pun berlalu, aku yang sudah bisa menerima kenyataan pahit terasa sudah biasa melihat pemandangan istriku memadu kasih dengan laki-laki lain. Yang seharusnya istri itu menjadi sebuah rumah untuk suaminya pulang, tapi malah aku tidak merasakan punya rumah.Nana dengan sengaja membukakan pintu untuk laki-laki lain dan akhirnya ia terjebak dengan permainan dia sendiri. Sadar diriku yang membuat aku banyak bisa merelakan rumah tangga ku di masuki orang lain. Aku yang hanya pekerja biasa dan penghasilan pun seadanya. Sedangkan Evan dia memiliki segalanya dan mungkin apa yang Nana ingin Evan selalu bisa kabulkan.Terkadang Nana pun pulang selalu bawa barang-barang yang dia pinta terhadapku. Setelah aku tanya punya uang dari mana selalu dijawab hasil kerja keras dia sendiri. Seketika aku dalam lamunan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada chat masuk dari nomor yang tidak aku kenal."Raf, ini aku Ridwan. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan penting. Bisakah
BAB 18"Rahasia Nana"#POV NANASemuanya mungkin sudah terlanjur, aku yang bersuamikan tidak sesuai harapan sehingga aku mencari kenyamanan di orang lain. Munculah Evan sebagai obat dari rasa jenuh dan lelahku menjalani rumah tangga dengan Mas Rafa.Semua terjadi bukan atas perencanaanku tapi datang dengan tiba-tiba lalu menginginkanku dan memberiku kenyamanan. Kalau aku harus flashback ke belakang rasa perihku sebagai seorang istri yang sebenarnya membutuhkan kasih sayang dan materi yang mencukupi.Pernikahan ku sudah berjalan sepuluh tahun, tapi semakin kesini semakin banyak pertentangan dari Mas Rafa, sehingga aku benar-benar seperti tidak mengenal Mas Rafa yang dulu lagi yang penuh dengan kasih sayang. Apa susahnya sih Mas Rafa selalu menuruti keinginan aku, terutama masalah di mana kita tinggal.Aku sangat menginginkan tidak jauh dari rumah orangtuaku tapi Mas Rafa menentang semua itu dan menginginkan aku tinggal di rumah orangtuanya.Seperti seorang istri yang tinggal di rumah o
BAB 1"Terjebak"#pov nanaBenar-benar seperti merasakan di saat pertama bertemu dan jatuh cinta sama Evan dulu, waktu jaman muda pacaran sama dia. Semuanya kini kembali apa yang aku inginkan bisa tercapai juga terutama kenyamanan yang aku dapat dari Evan benar-benar membuatku bahagia di balik rasa hambar menjalani hubungan dengan Mas Rafa.Setelah beberapa jam pertemuan akhirnya aku pamit pulang. Kami hanya mengobrol saja sambil makan cemilan yang Evan bawakan."Van, sudah agak sore ini, aku pulang dulu ya. Mas Rafa sudah chat nyuruh aku pulang," ucapku yang sudah merasakan waktu yang terasa sangat cepat."Yaaaaah, gak kerasa waktu sesingkat ini, padahal baru saja kita ketemu," jawab Evan kecewa."Kita kan masih bisa ketemu lagi sayang lain waktu," rayu ku meyakinkan Evan.Aku pun langsung pulang ke rumah orangtuaku menjemput anak-anak untuk pulang ke rumah Mas Rafa. Di perjalanan aku benar-benar merasakan sangat bahagia, kadang senyum-senyum sendiri mengingat sekarang aku memiliki d
BAB 2" Perubahan sikap ""Pah, hari ini kerja gak?" tanya Nana."Aku libur, hari ini capek banget. Aku mau istirahat seharian di rumah," ucapku.Tumben Nana menanyakan hal tersebut. Setelah Nana selesai mandi dan melihat aku masih terlelap tidur, dia langsung buru-buru menyalakan motor dan pergi entah kemana.Tanpa ada sepatah kata pun terucap atau pamit, mungkin karena dia tidak berani membangunkan aku di saat aku libur kerja dan sudah bilang mau istirahat seharian.Setelah aku bangun dari tidur, aku melihat Nana tidak ada di rumah sudah beberapa jam. Aku mencoba menghubungi lewat chat."Sayang, kamu lagi ada di mana?" tanyaku."Aku lagi di rumah Uwa Ano," jawab Nana sambil mengirim foto kursi yang sedang ia duduki.Dia masih saudara dengan Uwa Ano. Aku pun lega setelah tahu Nana berada di mana. Aku melihat ke luar, ternyata anak-anak tidak ikut bersama ibunya dan mereka asyik bermain di halaman rumah.Setelah jam menunjukkan pukul 14:00, terdengar suara motor yang datang, dan terny
BAB 3" Awal keretakan hubungan "Pernikahan yang sudah berjalan 9 tahun dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, aku dan Nana hanya keluarga kecil yang sederhana. Kami dengan keegoisan yang sama-sama memuncak hingga akhirnya ada kerenggangan dalam rumah tangga.Di satu sisi, aku menginginkan tinggal di rumah orangtuaku yang hanya ditinggali ayah dan ibu, dan di sisi lain, Nana selalu ingin agar kita tinggal di rumah orangtuanya. Karena Nana wanita yang sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya, jadi mungkin setidaknya ada yang membantu mengurus anak-anak atau hal lainnya.Pagi itu, aku seperti biasa melakukan aktivitas pekerjaan sebagai seorang kurir ekspedisi sampai menjelang sore hari. Setelah sore, aku melanjutkan mencari uang dengan menjadi ojek online di kota tempatku tinggal. Hingga larut malam, aku baru bisa pulang sebelum membawa hasil untuk kebutuhan keluarga kecilku.Nana dan anak-anakku aku ajak tinggal di rumah orangtuaku sementara karena aku belum bisa mengabulkan permint