BAB 20" Ancaman Evan "#POV NANA"Na, kenapa sekarang kamu berubah, setiap kali aku ajak bertemu seakan-akan kamu sengaja menghindar. Padahal aku gak ngelakuin kesalahan apa-apa juga" isi chat dari Evan."Kamu seharusnya mengerti, Van, konsekuensi hubungan dengan yang sudah bersuami. Aku ini bukan istri kamu yang harus setiap kali kamu butuh aku ada," jawabku tegas."Aku gak mau tahu, sekarang juga aku ingin memadu kasih denganmu, Na. Tadi aku sudah chat Ridwan, di rumah sedang tidak ada siapa-siapa dan kuncinya dia kasih tahu ada dimana. Kalau kamu nggak nurut aku adukan sama suamimu." Ancam Evan.Semakin kesini Evan selalu saja setiap dia ingin dipuaskan hasratnya, dia hanya bisa mengancamku dengan membuka semuanya terhadap Mas Rafa. Aku yang kebingungan malam-malam seperti ini dan aku gak tahu Mas Rafa pulang jam berapa ke rumah."Tapi, Van, ini udah mau malam, besok saja ya," pintaku terhadap Evan.Tidak bisa, aku mau malam ini. Lagian, suamimu juga belum pulang kan biasanya pula
BAB 21" Labrak Nana "Mas, gimana? Apakah kamu sudah berbicara dengan istri kamu masalah hubungan suamiku dengan istrimu?" Tanya Yukeu melalui chat di handphoneku.Pagi-pagi aku mendapati chat dari istri Evan, aku kebingungan harus membalas apa. Karena selama ini aku sama sekali belum melakukan tindakan apapun terhadap hubungan gelap mereka."Belum, aku masih memikirkan beberapa hal dulu sebelum aku melakukan sesuatu, maaf sebelumnya, kamu harus mengerti juga. Kamu bisa saja rumah tanggamu utuh dan itu keinginanmu, tapi bagaimana kalau yang jadi korbannya rumah tanggaku yang akan berpisah nantinya," jelasku membalas chat Yukeu."Apa kamu bakal diam terus selamanya mas?, Evan benar-benar sudah keras kepala. Sudah ketahuan sama aku dia masih tetap menemui Nana." Tanya Yukeu.Apa yang harus aku lakukan sekarang, ya Tuhan, aku hanya ingin rumah tanggaku baik-baik saja, meskipun sebenarnya batin dan hatiku benar-benar tersiksa dan merasakan sakit yang teramat dalam."Baiklah Keu, mungkin
BAB 22 " Penyesalan " #POV NANA Rasanya aku kangen banget dengan sentuhan Mas Rafa, sudah berbulan-bulan juga dia tidak pernah memberikan nafkah batin terhadapku. Entah karena apa alasannya setiap aku ajak dia selalu menolak. Dia sudah banyak berubah, apa dia ada main dengan istrinya Evan? Terakhir aku lihat dia jalan berdua di kafe. Ingin rasanya aku menghampiri dia tapi Evan melarangku. "Pah, kenapa sih kenapa kamu gak mau berhubungan lagi denganku? Padahal kita sudah berbulan-bulan tidak pernah melakukan. Malam ini mau ya, aku kangen banget sama kamu?" tanyaku sambil mendekati Mas Rafa. "Aku ngantuk nih, capek. Aku lagi gak mau ngelakuin apapun. Aku ingin istirahat," jawab Mas Rafa sambil membalikkan badan. Selalu saja ada penolakan, aku yakin dia ada main di belakang juga. Terserahlah, masih ada Evan juga yang bisa memuaskan hasratku. Aku langsung mengambil handphoneku dan chat Evan. Siapa tahu besok dia bisa aku ajak ketemuan. Apa salahnya sekarang aku yang minta.
BAB 23" Meninggalkan Kenangan ""Papah, mengapa sekarang kita tinggal di rumah nenek? Mengapa kita tidak pulang ke rumah mama? Terus sekolah kakak bagaimana?" Tanya Alif anakku yang pertama."Sabar ya sayang, kita sekarang di sini dulu sementara, nanti papa ajak kalian ke luar kota, nanti kita tinggal di sana, dan kakak juga bisa sekolah di sana. Kakak tahu tidak di kota itu enak, banyak tempat bermain juga. Kakak mau kan ikut papa?" Jawabku meyakinkan anak-anak.Semua memang sesuai dengan yang aku rencanakan dari awal, setidaknya atas kesabaranku selama ini ada alasan kuat bagiku membawa anak-anak dari mama. Bukan bermaksud untuk memisahkan mereka dari mamahnya. Namun, biar mamahnya belajar dari kesalahan bagaimana rasanya kehilangan tiga orang lelaki yang dia sayangi selama ini.Rencananya, aku akan bekerja di tempat pamanku di luar kota. Beliau memiliki restoran bakmi, aku bisa membantu di sana sambil mencari pekerjaan yang lebih baik juga. Sekalian aku akan membawa anak-anak kare
BAB 24" Pertemuan Nana, Yuke, Evan dan Ridwan"#POV NANA"Nana, sini kamu duduk. Dan jelaskan sama bapak apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Rafa sampai pergi membawa anak-anak dari rumah? Ada apa dengan kalian? Bapak benar-benar kecewa. Harusnya kalian itu akur tapi malah seperti ini," ucap bapakku terlihat hampir mengeluarkan air mata.Aku yang hanya diam saja tidak mau menjelaskan apapun."Semua orang hanya bisa menyalahkanku saja," ucapku dalam hati."Na, jelaskan pada kami, kamu kenapa? Ada apa yang sebenarnya terjadi?" ibu dengan lembut bertanya.Terdengar suara motor mendekat ke arah rumahku. Aku melihat dari kejauhan, ternyata yang datang Ridwan dengan Pak RT."Assalamualaikum," ucap Pak RT."Waalaikumsalam," jawab bapak sambil mempersilahkan Pak RT dan Ridwan masuk."Pak, bu, maaf mengganggu waktunya. Saya minta maaf sebelumnya. Kedatangan saya kesini tidak lain hanya ingin memberitahu perkara yang terjadi di kampung saya kemarin. Rafa menantu bapak datang kepada saya dan me
BAB 25" Hamil "#POV NANASunyi sepi yang aku rasakan, sudah beberapa minggu aku tinggal di rumah sendirian. Biasanya ada suara anak-anak terdengar. Sekarang hanya tinggal kenangan saja. Begitupun Mas Rafa yang biasanya selalu ada bermain dengan anak-anak. Hanya kenangannya saja yang masih tersisa.Aku hanya mengurung diri di dalam kamar, sesekali keluar hanya untuk makan di rumah ibu. Kadang untuk berdandan pun aku sudah tidak mau melakukannya lagi. Adik perempuanku kadang datang hanya sekedar melihat keadaanku takutnya sedang tidak baik-baik saja."Kak, sampai kapan kakak akan seperti ini, aku tidak melihat kakakku yang dulu selalu ceria. Di rumah selalu paling keras kalau lagi bercanda." Ucap Isna adik perempuanku.Aku terdiam dan tidak menjawab apa-apa, sesekali aku hanya bisa menangis. Mungkin seberapa pun aku keliru, keluarga masih tetap mendukungku agar aku bisa bangkit dari keterpurukan dan menerima semua kenyataan. Tapi pada kenyataannya aku belum bisa kehilangan ketiga oran
BAB 26" Setelah Lama Pergi Lalu Kembali " Lima tahun berlalu, akhirnya kehidupanku sudah banyak berubah. Berawal ikut membantu Om Ardi sampai aku tidak pernah sekalipun pulang, sekarang mungkin memang sudah jalannya dari Tuhan aku selalu menemui banyak keberuntungan.Sudah empat tahun aku merintis usaha dari nol dibantu Om Ardi, akhirnya aku memiliki usaha sendiri dan beberapa cabang juga. Kehidupanku sudah berubah, ada beberapa kendaraan dan juga sudah membangun rumah di tempat orangtuaku.Aku yang bekerja keras menahan rasa sakit bertahun-tahun sampai memblokir semua akses terhadap Nana dan hanya fokus membesarkan kedua anakku.Sementara rumah yang aku bangun sampai sekarang belum juga aku tempati. Namun, disini juga ada satu rumah di sebuah cluster yang aku beli. Jadi biar orangtuaku saja yang menempati rumah itu.Ada rasa ingin berumah tangga kembali, namun, rasa takut terjadi lagi kejadian masa lalu jadi takut untuk memulai kehidupan baru lagi, apalagi mana ada yang mau menikah
BAB 27"Bertemu Nana"Setelah selesai makan malam bersama, aku mengajak Isna ke sebuah tempat di mana pemandangannya sangat indah, terlihat lampu-lampu kota dari atas ketinggian. Lalu kami duduk di sebuah bangku."Isna, maafkan atas sikap ibu ya, beliau mungkin hanya bercanda saja. Jadi jangan dimasukkan ke hati juga." Ucapku pada Isna."Gak apa-apa mas, namanya juga orangtua, mungkin mereka ingin melihatmu punya pendamping hidup lagi mas, lagian aku pun merasa insecure juga mas kalau harus berdampingan sama kamu," jawab Isna sambil menunduk.Dia seorang gadis yang cantik, baik juga. Berbeda jauh dengan kakaknya. Dulu dia pendiam dan sering menghabiskan waktu di rumah. Masak, mengurus rumah, mencuci pakaian, dan lain-lain sering aku lihat dia yang mengerjakannya."Kita gak ada yang tahu takdir Tuhan seperti apa, manusia hanya berencana, sisanya Tuhan yang merestui. Kadang apa yang kita rencanakan juga Tuhan bisa memberikan yang lebih-lebih." Ucapku serasa terus memandangi kecantikan w
BAB 46"Permainan Dimulai"#POV RISKAMungkin begini rasanya kalau hidup serba ada, tiap malam hanya kesenangan dan kesenangan yang selalu dilakukan. Mau beli apa, mau jalan kemana tinggal pergi. Namun, ada rasa kekhawatiran kalau aku semakin terjerumus masuk ke dalam dunianya mba Julia, ini bukan dunianya yang aku inginkan."Ayo lah Na, jangan kamu ngelamun terus, malam ini kita berangkat senang-senang lagi. Kamu mau apa?, mau lelaki seperti apa?, aku sediakan buat kamu Na." Ucap Julia."Malam ini aku gak ikut dulu mba ya, aku tidak enak badan. Besok aku pasti ikut" jawabku."Ya udah, mba pergi sendiri saja. Tapi apa perlu mba siapkan lelaki buat menemanimu disini?" Ucap Julia."Jangan mba, aku gak mau bersentuhan dengan lelaki dulu. Aku masih takut mba" jawabku."Aaaaaaaah munafik kamu Na, sudah bertahun-tahun juga kan gak pernah ngelakuin, enak loh, mba saja sekali pakai dua, hahahaha" ucap Julia sambil tertawa.Setelah Julia pergi, aku langsung melanjutkan malas gerak, hanya tidur
BAB 45"Ancaman Ibu Mertua"#POV ISNATok..tok...tok!!!"Isna, ini ibu. Bisa kita bicara sebentar?" Ucap ibu mertuaku sambil mengetuk pintu."Ya Tuhan, Mas Rafa kemana lagi, dia sedang keluar dengan anak-anak. Lancas apa yang mau dibicarakan ibu di saat semua orang tidak ada." Ucapku dalam hati.Ibu mertua yang awalnya aku kenal sangat baik, tapi sekarang entah apa yang merubahnya. Dia seakan-akan benci sama aku karena belum bisa memberikan keturunan dari Mas Rafa.Hatiku merasa tidak enak sambil melangkahkan kaki menemui ibu mertuaku di ruang tamu. Sudahlah, aku pasrah saja dengan apa yang akan beliau katakan. Mungkin akan membuatku sakit hati, tapi aku harus bisa menerima apapun kenyataannya."Maaf bu, ada apa ya?" tanyaku setelah duduk di sebelah ibu."Isna, apa kamu memang tidak bisa hamil? Kenapa sampai sekarang kamu belum bisa memberikan keturunan untuk Rafa. Apa kamu ada penyakit yang kamu sembunyikan dari Rafa?" Tanya ibu mertuaku."Astaghfirullah Bu, mungkin Tuhan belum menit
BAB 44"PERTEMUAN ISNA DAN RISKA""Mas, bagaimana kerjamu hari ini?" tanya Isna setelah sampai di rumah pulang dari pekerjaan."Sedikit melelahkan, tadi aku habis wawancara beberapa calon karyawan. Satu orang untuk sekretaris dan yang lainnya di bagian lain yang sedang kosong," jawabku."Pasti semuanya wanita, kan mas? Pastinya mereka cantik-cantik, makanya kamu semangat sekali hari ini berangkat kerja," ucap Isna sambil mengangkat bibir atasnya."Kamu kenapa sih sayang? Ada apa dengan kamu? Posisi itu kan sebelumnya aku tawarkan ke kamu, tapi kamu menolak dengan alasan ingin fokus menjadi ibu rumah tangga, makanya aku buka lowongan pekerjaan. Lagian, aku tidak akan melakukan hal-hal yang tidak pantas, pekerjaan dan kehidupan pribadi tidak akan aku campuradukkan," jawabku merayu Isna.Perubahan sikap Isna semakin hari semakin berubah, entah karena apa, dia tidak seperti biasanya yang sangat lembut dan perhatian. Setelah kepulangan dari rumah orangtuaku, entah apa yang merubahnya."Say
BAB 43"KEMUNCULAN RISKA""Bu, Pak, kami pamit pulang dulu ya, besok saya sudah harus masuk kerja, dan anak-anak juga besok sudah masuk sekolah lagi. Pamitku pada ibu dan bapak.Liburan yang sedikit kurang menyenangkan, selalu ada kejadian yang membuat rumah tangga kami ada pertengkaran. Ibu yang biasanya sangat sayang terhadap Isna, hanya karena Isna tidak bisa memberikan keturunan membuat semuanya berubah.Dan saat pamit pulang pun ini seakan-akan menyimpan perasaan tidak suka terhadap Isna. Sebagai suami dari Isna sekaligus anak dari ibu, saya tidak bisa memihak terhadap salah satu, yang ada dua-duanya bisa merasa sakit hati.Dalam perjalanan, Isna terlihat sangat murung, dia tidak ceria seperti biasanya. Entah karena keterangan dokter kemarin mungkin membuat perasaan dia tidak karuan."Apa kamu lagi memikirkan sesuatu, sayang?" Tanyaku kepada Isna."Heeeeeeey hallooooo sayaaaang," ucapku lagi.Isna seperti sedang melamun, saat aku tanya pun dia tidak langsung menjawab."Maaf mas,
BAB 42"RUMAH TANGGA DI CAMPURI ORANGTUA""Raf, sudah bertahun-tahun kalian menikah, masa sampai sekarang ibu belum bisa gendong cucu juga, mau sampai kapan kalian tidak memiliki keturunan lagi, ibu ingin sekali gendong cucu dari Isna." Ucap ibu disaat aku berkunjung ke rumahnya.Niat hati ingin menenangkan pikiran dan menengok orang tua, tapi disuguhkan dengan pertanyaan ibu yang mungkin membuat hati Isna sakit."Kita juga sudah berusaha, Bu, mungkin Tuhan belum memberi kepercayaan untuk kita memiliki anak lagi. Lagian kan cucu ibu ada tiga. Raf belum berpikir untuk memiliki anak lagi." Jelasku pada ibu."Ya tetap saja, Bu, ibu hanya ingin gendong bayi dari pernikahan kalian berdua. Anak-anak kamu kan sudah besar," ucap ibu sambil meninggalkan aku dan Isna di ruang tamu."Isna, yang sabar ya, maafkan atas sikap ibu juga. Jangan sampai jadi beban pikiran buat kamu," ucapku menenangkan Isna yang terlihat sepertinya ia merasa sedih dengan perkataan ibu.Tanpa menjawab, Isna langsung ber
BAB 41"SEASON DUA""KEBEBASAN NANA"#POV NANA"Syukurlah, setelah beberapa tahun berlalu menjalani hukuman di dalam jeruji besi akhirnya hari ini aku bisa menghirup udara segar." Ucapku dalam hati sambil melangkahkan kaki keluar dari lembaga pemasyarakatan.Ada beberapa rencana yang akan aku lakukan yang sudah aku susun jauh-jauh hari. Dendam yang sangat membara dalam hatiku seakan-akan harus membalas semua perlakuan keluarga yang sama sekali tidak pernah ada menjenguk ataupun menanyakan kabarku selama di sini."Na, kamu tenang saja, aku akan membantu apapun niatmu untuk membalaskan rasa sakit terhadap semua orang yang menyakiti hati kamu," ucap Julia, teman satu kamarku, satu-satunya keluarga yang aku punya sekarang dan hari ini kita sama-sama bebas."Ayo ikut aku masuk," ucap Julia lagi, menyuruhku masuk ke dalam mobil yang sudah menjemputnya.Kali ini aku akan menuruti apa kata Julia, sepertinya dia orang berada. Dia masuk penjara gara-gara kasus narkoba.Terakhir kali ayah dan ib
BAB 40" DERITA DAN KEBAHAGIAAN""Raf, maaf aku mengganggu waktumu, ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan penting. Jadi aku mengajakmu untuk bertemu." Ucap Evan setelah aku ajak bertemu di sebuah kafe."Gak, van, santai saja. Aku kebetulan sedang cuti kerja juga. Jadi aku banyak waktu. Aku juga kemarin baru melangsungkan pernikahan dengan Isna adiknya Nana. Apa yang mau kamu bicarakan, van?" Tanyaku."Apa kamu sempat tes DNA Cila anak kandung Nana?," tanya Evan."Belum, van, memangnya kenapa?" Tanyaku lagi."Syukurlah kalau belum, Nana pernah memintaku sampel rambut, dia bermaksud untuk melakukan tes DNA kamu dengan Cila, lalu menukar sampel rambut aku dengan rambut kamu, jadi nantinya keterangan hasil tes Cila adalah anak kandung kamu, Raf. Jujur saja, Cila adalah anak kandung aku. Kedatangan aku kesini juga ingin meminta izin kepada kamu untuk membawanya pulang. Aku akan merawat dan membesarkannya." Jelas Evan."Bagaimanapun hasil tes DNA semisal menunjukkan dia adalah anak kand
BAB 39" Pernikahan "Pagi-pagi aku sudah melihat beberapa makanan yang sudah tersaji di meja makan. Anak-anak pun sudah mandi semua, termasuk Cila yang memang sudah aku anggap anakku sendiri.Dia anak yang tidak berdosa, jadi aku akan membesarkannya dan memberikan dia kasih sayang dan pendidikan yang layak. Namun, karena dia masih kecil, belum saatnya untuk sekolah."Pagi calon istri," ucapku pada Isna yang baru selesai menyiapkan makanan untuk kami sarapan.Karena si bibi ART sedang cuti, anaknya di kampung sedang sakit, jadi semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Isna. Biasanya aku sendiri yang mengerjakannya sebelum berangkat kerja."Pagi juga mas, ayo sarapan dulu mas bareng anak-anak, sudah aku siapkan semuanya. Nanti juga mas bawa bekal ya, buat makan siang di kantor," pinta Isna."Mas hari ini tidak masuk Is, kan mas mau antar kamu pulang. Mas sudah memberitahukan anak-anak kantor bahwa mas beberapa hari ke depan tidak masuk dulu. Nanti aku antar anak-anak sekolah juga dan memin
BAB 39" Kebenaran Yang Terungkap "Masih tanda tanya kenapa Nana ditangkap oleh pihak kepolisian. Sepanjang perjalanan, aku merasa khawatir terhadap Nana. Melihat raut wajahnya yang ketakutan saat kedatangan polisi, dan dia sekarang dibawa dalam keadaan tangan terikat borgol.Aku mengikutinya dari belakang, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang sudah membuat laporan tersebut.Sesampainya di kantor polisi, aku kaget melihat kehadiran Isna dan seorang laki-laki yang tidak aku kenal. Isna langsung menghampiriku dan memeluk erat tubuhku, seakan-akan dia melepaskan rasa rindu terhadapku yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu."Ada apa ini, Is? Siapa lelaki yang bersamamu itu?" Tanyaku."Panjang ceritanya, Mas. Dia lelaki yang pernah aku tolak lamarannya, dia Irwan, Mas. Dia yang menculik aku. Namun, dia juga yang sudah membantu aku untuk menjebloskan Mbak Nana ke penjara." Jelas Isna."Maksudnya apa ini, Is? Mas sama sekali tidak mengerti. Kenapa yang menculik dia,