BAB 15" Kekecewaan Yang Mendalam ""Eh, Pah, sudah pulang duluan ya? Aku bawa ice coffee nih, kesukaan kamu. Tadi aku beli di jalan, sekalian pulang," sapa nana ketika melihatku ada di rumah."Tumben, bahagia banget kayaknya hari ini. Beda loh, dari aku lihat wajahmu gak seceria seperti biasanya," sindirku terhadap Nana.Tanpa menjawab, Nana pun langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian keluar rumah. Aku yang masih merenungi kejadian tadi melihat istriku sedang berpacaran, rasanya sudah seperti ingin melampiaskan kemarahan terhadap Nana.Untuk menenangkan diri, aku pun segera pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Maghrib, sekalian mengajak anak-anak untuk pergi ke masjid shalat berjamaah.Setelah selesai melaksanakan shalat, aku pun tidak langsung pulang ke rumah. Aku yang sendiri di dalam masjid hanya bisa mengadu kepada Tuhan dan meminta petunjuk bagaimana sikap yang harus aku ambil.Rumah yang aku bangun bertahun-tahun dan melalui proses yang sanga
BAB 16" Apa Mungkin Mas Rafa Selingkuh?"#POV NANABeberapa waktu setelah kami pindah menempati rumah peninggalan nenek, aku merasa sangat bahagia. Setidaknya ada orangtua dan adik-adikku membantu mengasuh anak-anak juga. Dan aku bisa bebas kapanpun untuk ketemu dengan Evan. Karena rumah Ridwan tidak terlalu jauh juga jadi aku bisa bertemu Evan kapan saja di rumahnya Ridwan. Tapi aku heran, setelah beberapa kali aku bertemu dengan Evan kadang di kafe tempat kita nongkrong, kadang juga di rumah Ridwan.Aku lihat ada perubahan sikap juga yang ditunjukkan oleh Mas Rafa. Nanti aku coba tanyakan saja setelah dia pulang kerja. Sebentar lagi juga Mas Rafa pulang. Tidak menunggu lama akhirnya aku mendengar suara motor Mas Rafa pulang."Pah, gimana hari ini kerjanya?" Tanyaku menyambut Mas Rafa pulang."Seperti biasa na, aku lelah," jawabnya sama sekali tidak menatap aku sedikitpun.Biarlah, dia istirahat dulu, nanti setelah selesai istirahat dan membersihkan diri aku coba tanyakan lagi. Akhi
BAB 17"Pengakuan Ridwan"Berbulan-bulan pun berlalu, aku yang sudah bisa menerima kenyataan pahit terasa sudah biasa melihat pemandangan istriku memadu kasih dengan laki-laki lain. Yang seharusnya istri itu menjadi sebuah rumah untuk suaminya pulang, tapi malah aku tidak merasakan punya rumah.Nana dengan sengaja membukakan pintu untuk laki-laki lain dan akhirnya ia terjebak dengan permainan dia sendiri. Sadar diriku yang membuat aku banyak bisa merelakan rumah tangga ku di masuki orang lain. Aku yang hanya pekerja biasa dan penghasilan pun seadanya. Sedangkan Evan dia memiliki segalanya dan mungkin apa yang Nana ingin Evan selalu bisa kabulkan.Terkadang Nana pun pulang selalu bawa barang-barang yang dia pinta terhadapku. Setelah aku tanya punya uang dari mana selalu dijawab hasil kerja keras dia sendiri. Seketika aku dalam lamunan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada chat masuk dari nomor yang tidak aku kenal."Raf, ini aku Ridwan. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan penting. Bisakah
BAB 18"Rahasia Nana"#POV NANASemuanya mungkin sudah terlanjur, aku yang bersuamikan tidak sesuai harapan sehingga aku mencari kenyamanan di orang lain. Munculah Evan sebagai obat dari rasa jenuh dan lelahku menjalani rumah tangga dengan Mas Rafa.Semua terjadi bukan atas perencanaanku tapi datang dengan tiba-tiba lalu menginginkanku dan memberiku kenyamanan. Kalau aku harus flashback ke belakang rasa perihku sebagai seorang istri yang sebenarnya membutuhkan kasih sayang dan materi yang mencukupi.Pernikahan ku sudah berjalan sepuluh tahun, tapi semakin kesini semakin banyak pertentangan dari Mas Rafa, sehingga aku benar-benar seperti tidak mengenal Mas Rafa yang dulu lagi yang penuh dengan kasih sayang. Apa susahnya sih Mas Rafa selalu menuruti keinginan aku, terutama masalah di mana kita tinggal.Aku sangat menginginkan tidak jauh dari rumah orangtuaku tapi Mas Rafa menentang semua itu dan menginginkan aku tinggal di rumah orangtuanya.Seperti seorang istri yang tinggal di rumah o
BAB 19"Kehadiran Istri Evan"Kenyataan pahit yang harus aku telan berbulan-bulan. Menjalani rumah tangga yang di dalamnya sudah hancur berantakan, seperti sudah hambar. Mungkin itu yang aku rasakan dulu sebelum menjalin kasih dengan Evan.Terkadang aku juga terpikirkan untuk mencari wanita lain, hanya untuk mengobati luka selama ini. Tapi rasa tidak ingin membalas perselingkuhan dengan perselingkuhan juga membuatku mengurungkan niat seperti itu. Namanya wanita, satu kesalahanku saja bisa menghapus semua kebaikanku.Apalagi kalau aku melakukan hal yang sama. Aku akan tetap jadi penjahatnya meskipun yang ku tahu nana penjahat utamanya. Hari-hariku setelah tahu semuanya hanya diisi dengan melakukan pekerjaan dan kadang pulang pun aku sengaja berhari-hari menginap di rumah orangtuaku. Karena kalau aku pulang ke rumah rasa jijik terhadap nana selalu muncul.Apalagi kalau dia sudah mengajakku berhubungan. Selalu ada bayangan Evan dalam pikiranku yang sudah menikmati tubuh nana juga."Tumbe
BAB 20" Ancaman Evan "#POV NANA"Na, kenapa sekarang kamu berubah, setiap kali aku ajak bertemu seakan-akan kamu sengaja menghindar. Padahal aku gak ngelakuin kesalahan apa-apa juga" isi chat dari Evan."Kamu seharusnya mengerti, Van, konsekuensi hubungan dengan yang sudah bersuami. Aku ini bukan istri kamu yang harus setiap kali kamu butuh aku ada," jawabku tegas."Aku gak mau tahu, sekarang juga aku ingin memadu kasih denganmu, Na. Tadi aku sudah chat Ridwan, di rumah sedang tidak ada siapa-siapa dan kuncinya dia kasih tahu ada dimana. Kalau kamu nggak nurut aku adukan sama suamimu." Ancam Evan.Semakin kesini Evan selalu saja setiap dia ingin dipuaskan hasratnya, dia hanya bisa mengancamku dengan membuka semuanya terhadap Mas Rafa. Aku yang kebingungan malam-malam seperti ini dan aku gak tahu Mas Rafa pulang jam berapa ke rumah."Tapi, Van, ini udah mau malam, besok saja ya," pintaku terhadap Evan.Tidak bisa, aku mau malam ini. Lagian, suamimu juga belum pulang kan biasanya pula
BAB 21" Labrak Nana "Mas, gimana? Apakah kamu sudah berbicara dengan istri kamu masalah hubungan suamiku dengan istrimu?" Tanya Yukeu melalui chat di handphoneku.Pagi-pagi aku mendapati chat dari istri Evan, aku kebingungan harus membalas apa. Karena selama ini aku sama sekali belum melakukan tindakan apapun terhadap hubungan gelap mereka."Belum, aku masih memikirkan beberapa hal dulu sebelum aku melakukan sesuatu, maaf sebelumnya, kamu harus mengerti juga. Kamu bisa saja rumah tanggamu utuh dan itu keinginanmu, tapi bagaimana kalau yang jadi korbannya rumah tanggaku yang akan berpisah nantinya," jelasku membalas chat Yukeu."Apa kamu bakal diam terus selamanya mas?, Evan benar-benar sudah keras kepala. Sudah ketahuan sama aku dia masih tetap menemui Nana." Tanya Yukeu.Apa yang harus aku lakukan sekarang, ya Tuhan, aku hanya ingin rumah tanggaku baik-baik saja, meskipun sebenarnya batin dan hatiku benar-benar tersiksa dan merasakan sakit yang teramat dalam."Baiklah Keu, mungkin
BAB 22 " Penyesalan " #POV NANA Rasanya aku kangen banget dengan sentuhan Mas Rafa, sudah berbulan-bulan juga dia tidak pernah memberikan nafkah batin terhadapku. Entah karena apa alasannya setiap aku ajak dia selalu menolak. Dia sudah banyak berubah, apa dia ada main dengan istrinya Evan? Terakhir aku lihat dia jalan berdua di kafe. Ingin rasanya aku menghampiri dia tapi Evan melarangku. "Pah, kenapa sih kenapa kamu gak mau berhubungan lagi denganku? Padahal kita sudah berbulan-bulan tidak pernah melakukan. Malam ini mau ya, aku kangen banget sama kamu?" tanyaku sambil mendekati Mas Rafa. "Aku ngantuk nih, capek. Aku lagi gak mau ngelakuin apapun. Aku ingin istirahat," jawab Mas Rafa sambil membalikkan badan. Selalu saja ada penolakan, aku yakin dia ada main di belakang juga. Terserahlah, masih ada Evan juga yang bisa memuaskan hasratku. Aku langsung mengambil handphoneku dan chat Evan. Siapa tahu besok dia bisa aku ajak ketemuan. Apa salahnya sekarang aku yang minta.
BAB 55"Bertemu Mas Rafa dan Riska"#POV ISNAUntuk sementara, aku urungkan niat dulu untuk mencari pekerjaan. Fokus sekarang menemukan keberadaan Evan di mana. Pagi ini aku akan ke kantor polisi untuk memastikan apakah benar Mba Nana sudah keluar dari penjara. Sengaja aku menyewa mobil seharian untuk pulang pergi dan mencari keberadaan Evan. "Mir, kamu ada kerjaan nggak hari ini?" tanyaku kepada Mira. "Kebetulan aku lagi cuti tahunan, Bi. Tadinya aku mau pulang kampung. Tapi kalau Bibi mau ditemani keluar, aku mau kok, Bi. Gampang, nanti masalah pulang kampung bisa Mira undur dulu," jawab Mira. "Temani Bibi ya cari informasi tentang Mba Nana. Siapa tahu Bibi nemu titik terang," pintaku kepada Mira. Setelah Mira mengiyakan, aku langsung siap-siap untuk pergi ke kantor polisi di mana Mba Nana pernah ditahan.Berkali-kali aku coba menghubungi Mas Rafa, namun semua akses sudah dia blokir. Jadi, aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Sudahlah, lebih baik aku cari kebenarannya dulu
BAB 54" Aku Tidak Sebodoh Itu"#POV ISNADengan penuh rasa penyesalan, aku hanya bisa menyaksikan dari jendela melepas kepergian Mas Rafa setelah menceraikanku. "Apa yang sudah kamu lakukan terhadap suami kamu, Isna? Sampai-sampai dia mengembalikan kamu ke sini," tanya Bapak. "Isna ketahuan selingkuh, Pak. Mas Rafa memergoki aku sedang bersama lelaki lain," jawabku. "Astagfirullah, kelakuan kamu sama kakak kamu sama saja. Kenapa kamu lakukan semua itu, Is? Apa yang ada dalam pikiran kamu? Bukankah rumah tangga kamu baik-baik saja sebelumnya?" ucap Bapak sedikit marah. Aku yang tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya hanya bisa mengeluarkan air mata di hadapan Bapak. "Sudahlah, Pak. Apa yang sudah terjadi biarlah terjadi. Ini harus kita jadikan pelajaran juga. Jangan sepenuhnya menyalahkan Isna. Mungkin dia melakukan semua itu juga ada sebabnya," ucap Ibu membelaku. "Bu, Bu, anak sudah membuat muka kita malu, masih dibela juga," jawab Bapak.Aku langsung merangkul pangkuan
BAB 53"Haruskah Berpisah"Sepanjang perjalanan, aku hanya menahan amarah dan ingin sekali memarahi Isna. Namun, semua tertahan oleh rasa bersalahku juga karena sudah mengkhianati Isna.Terlihat dari kaca spion tengah, karena dia duduk di belakang, Isna menangis terisak-isak. Aku pun heran kenapa dia berani melakukan semua itu. Padahal, dia wanita baik-baik. Untung saja aku sempat pulang dan melihat mereka belum membuka semua pakaian. Tapi rasa sakit di hatiku melihat wanita yang sangat aku sayangi bersentuhan dengan orang lain rasanya seperti disambar petir di siang hari.Entah ini keputusanku yang tepat untuk mengembalikan dia kepada kedua orang tuanya, atau hanya karena kecemburuanku saja. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"Kenapa kamu diam, Is? Setega itukah kamu sama aku yang selama ini selalu membanggakan kamu di depan semua orang? Kita menikah sudah lama, lantas apa yang membuat kamu berani mengkhianati aku dan membawa laki-laki lain ke istanaku sendiri?" tanyaku.Isna hany
BAB 52"Isna Masuk Dalam Jebakan"#POV RISKASehari sebelum semuanya terjadi, tiba-tiba Isna mengirimkan aku sebuah pesan di handphone. "Riska, apa tidak bisa kamu membuat Mas Rafa menyukaimu atau jatuh cinta terhadapmu?" pinta Isna mengirimkan aku sebuah pesan. "Itu hal yang tidak mungkin, Isna. Dia benar-benar menyayangi kamu, dia tidak akan pernah bisa tergoda oleh wanita lain," jawabku. Sejenak aku mencoba merendahkan diri di hadapan Isna agar aku terlihat meyakinkan dia untuk terus memaksaku mendekati suaminya. Sekarang dia baru tahu sifat asli dari mertuanya bagaimana. Dulu aku juga awal-awal disanjung-sanjung sebagai menantu terbaiknya. Namun, semakin lama mungkin ada kebencian karena anaknya terlalu menyayangiku. "Coba kamu berusaha dulu, Ris. Aku hanya ingin mengabulkan permintaan ibu mertuaku agar memiliki keturunan dari Mas Rafa. Kamu satu-satunya harapanku. Aku rela berbagi kasih dengan kamu. Aku rela dimadu hanya untuk membuat Mas Rafa bahagia," tegas Isna dalam
BAB 51"KARMA"Panik yang aku rasakan setelah mendengar ibu mengetuk pintu. Segera aku menyuruh Riska untuk keluar lewat jendela dan sementara bersembunyi. Aku langsung menghampiri pintu dan membukanya. Terlihat raut wajah ibu yang melihatku seperti panik dan menengok ke arah dalam kamar. "Raf, Riska kemana ya? Ibu cari-cari nggak ada," tanya ibu."Gak tahu, Bu. Rafa dari tadi hanya rebahan saja dan membaca buku. Mungkin dia sudah tidur. Kalau pintunya dikunci, kan berarti ada dia di dalamnya," jawabku meyakinkan ibu. "Ya sudah, kamu istirahat sana, lagian kan sudah malam juga," ucap ibu sebelum pergi dan kembali melirik ke arah dalam kamar. Aku yang sedari tadi sadar menginjak celana dalam Riska yang belum ia pakai. Setelah ibu pergi, aku segera mengambilnya dan memanggil Riska untuk kembali ke kamar. "Ris, sudah aman. Sekarang kamu bisa masuk," bisikku kepada Riska. "Banyak nyamuk, tahu Mas. Mana aku lupa lagi nggak pakai celana dalam, gatel ini digigit nyamuk," ucap Riska cemb
BAB 50" Ketahuan Ibu "Meeting hari ini berjalan dengan baik, meskipun pikiranku kemana-mana. Namun, Riska bisa meng-handle semuanya dengan baik.Raut wajahnya terlihat lebih ceria dari biasanya. Namun, berbeda dengan diriku sendiri. Rasa penyesalan yang sudah mengkhianati Isna, istriku sendiri, membuat pikiranku sangat kacau. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan. Isna adalah sosok istri yang sangat baik. Aku sudah mengkhianatinya, sedangkan dia sama sekali tidak pernah mengkhianatiku ataupun dekat dengan lelaki lain. "Mas, kamu kenapa? Harusnya kamu senang, akhirnya perusahaan kita bisa dapat kerjasama proyek besar. Tapi aku lihat wajahmu menunjukkan rasa tidak senang," tanya Riska dalam perjalanan. "Aku masih memikirkan kejadian semalam, Ris. Bisa-bisanya aku melakukan semua itu. Aku tidak menyalahkan kamu. Namun, aku menyalahkan diri sendiri yang terlalu gegabah. Aku tidak mau mengkhianati istriku sendiri, Ris," jawabku."Sesayang itukah kamu sama istrimu, Mas? Padahal istri
BAB 49"Rasa Yang Tidak Berubah"#POV RISKAKali ini keberuntungan selalu ada di pihakku. Dengan sengaja aku menghubungi Julia dan kebetulan klien yang akan meeting dan bekerja sama dengan perusahaan Mas Rafa masih dari anak cabang perusahaannya Julia, jadi dia bisa merubah jadwal dan tempat di mana Mas Rafa akan meeting. Dengan sengaja aku mencari tempat yang tidak jauh dari rumah orangtuanya Mas Rafa. Pikiranku mengatakan pasti Mas Rafa akan mengajak untuk menginap di rumahnya. Meskipun ya, aku juga mendapat kabar dari Julia kalau istrinya sedang ada masalah dengan ibunya Mas Rafa terkait keturunan. Jadi menurutku dia tidak mungkin akan ikut. Aku mungkin tidak akan mudah membuat kamu jatuh cinta lagi sama aku, Mas, tapi aku akan memaksa kamu untuk bisa mencintai aku lagi. "Riska, apa kabar?" ucap Isna saat aku berkunjung ke rumahnya untuk persiapan pergi ke luar kota yang tidak jauh dari rumah ibunya Mas Rafa. "Baik, Bu. Ibu apa kabar?" tanyaku balik. "Jangan panggil ibu, pang
BAB 48"Memadu Kasih""Bu, dia bukan Nana. Dia sekretaris Rafa, namanya Riska." Bisikku pada ibu saat berjalan ke ruang tamu.Memang susah kalau harus menjelaskan terhadap orang tua. Mungkin karena faktor usia juga hingga ke egoan ibu muncul lagi. Namun, aku harus bisa memberi pengertian juga.Bagaimanapun dia orang tuaku sendiri. Sesalah apapun orang tua tetap saja dia yang merawatku dan membesarkanku sampai bisa seperti sekarang.Setidaknya aku harus bisa jadi penengah tanpa melibatkan emosi. Apalagi kalau sudah salah faham dengan menantunya Isna. Kalau aku membela salah satu yang ada nantinya akan ada kecemburuan."Na, kata Rafa kamu belum bebas, tapi sekarang malah kerja di perusahaan Rafa. Kamu baik-baik saja kan?" Tanya ibu terhadap Riska."Bu, dia Riska bukan Nana." Tegasku."Maaf bu, aku Riska bukan Nana, tapi kalau ibu mau menganggap aku siapapun boleh kok, Riska gak masalah bu," jawab Riska sambil tersenyum."Tuh kan Raf, Riska aja gak masalah ibu bilang Nana, apa kamu sudah
BAB 47"Reaksi Ibu Bertemu Riska""Sayang, Mas berangkat kerja dulu ya, Mas nanti sarapan di kantor saja. Mas agak buru-buru soalnya," ucapku pada Isna."Lah Mas, aku sudah masak loh, masa kamu gak makan. Aku buatin bekal saja ya, tunggu lima menit," pinta Isna.Aku yang tidak mau membuat Isna kecewa akhirnya aku menunggu dia membuatkan bekal. Setelahnya aku pamit dan berangkat ke kantor untuk bekerja.Hari ini ada meeting penting dengan klien jadi aku sedikit buru-buru meskipun waktu masih panjang tapi aku seakan-akan dikejar oleh waktu kalau belum sampai ke kantor.Dalam perjalanan yang kebetulan melewati rumah Riska terlihat dia sedang berdiri di depan gerbang rumahnya. Aku segera menghentikan laju mobil tepat di depan dia berdiri."Riska, lagi nunggu jemputan?, atau pacar kamu yang antar kerja?" Tanyaku sambil membuka jendela mobil."Lagi nunggu ojek online pak, katanya masih jauh karena macet kalau pagi-pagi begini," jawab Riska."Ya sudah, masuk, bareng saya saja. Nanti kamu cha