BAB 2
" Perubahan sikap "
"Pah, hari ini kerja gak?" tanya Nana.
"Aku libur, hari ini capek banget. Aku mau istirahat seharian di rumah," ucapku.
Tumben Nana menanyakan hal tersebut. Setelah Nana selesai mandi dan melihat aku masih terlelap tidur, dia langsung buru-buru menyalakan motor dan pergi entah kemana.
Tanpa ada sepatah kata pun terucap atau pamit, mungkin karena dia tidak berani membangunkan aku di saat aku libur kerja dan sudah bilang mau istirahat seharian.
Setelah aku bangun dari tidur, aku melihat Nana tidak ada di rumah sudah beberapa jam. Aku mencoba menghubungi lewat chat.
"Sayang, kamu lagi ada di mana?" tanyaku.
"Aku lagi di rumah Uwa Ano," jawab Nana sambil mengirim foto kursi yang sedang ia duduki.
Dia masih saudara dengan Uwa Ano. Aku pun lega setelah tahu Nana berada di mana. Aku melihat ke luar, ternyata anak-anak tidak ikut bersama ibunya dan mereka asyik bermain di halaman rumah.
Setelah jam menunjukkan pukul 14:00, terdengar suara motor yang datang, dan ternyata Nana pulang. Terlihat raut wajah yang sepertinya sangat bahagia sambil nyanyi-nyanyi tipis lagu-lagu seperti seorang yang sedang kasmaran.
Aku pun dengan santainya tidak menaruh curiga apapun terhadap Nana, meskipun aku tahu ada perubahan dari tingkah laku Nana selama beberapa bulan ini.
Malam pun tiba, aku melihat Nana sibuk terus main handphone yang dia miliki, entah sedang apa atau mungkin sedang chat sama lelaki lain. Entahlah, dalam pikiranku tidak akan pernah mencurigai istriku sendiri.
Menjelang tengah malam, aku melihat Nana masih sibuk dengan handphone-nya, lalu aku mendekatinya dan mencium pipinya. Seketika aku merasa ingin melakukan kewajiban hubungan suami istri.
"Pah, aku capek, aku gak bisa ngelakuin malam ini," ucap Nana.
Aku pun seketika heran dengan penolakan Nana, padahal sudah sebulan lebih aku tidak melakukan hubungan badan dengannya. Lalu aku mencoba usil membuka baju Nana, seketika itu, plaaaaaakkk!!! Pipiku kena tamparan sedikit keras dari tangannya.
"Kamu tuh ngerti gak sih, sekali aku bilang capek ya capek," Nana sedikit emosi.
"Ya udah gak apa-apa, lain kali aja disaat kamu lagi tidak capek," tegasku.
Seketika itu, Nana langsung terlelap tidur. Dan aku, karena tidak mendapatkan jatah hubungan suami istri, merasa sangat gelisah, pikiranku tak karuan seakan ingin memperkosanya saja. Namun, dalam pikiranku tidak ada terlintas pikiran negatif tentang istriku sendiri.
Setelah 4 hari bekerja, akupun waktunya libur kembali karena begitu lelahnya setiap libur kerja aku selalu bangun kesiangan. Untuk kali ini pas aku bangun aku melihat sudah tidak ada lagi motor di luar dan hanya ada anak-anak sedang bermain.
"Bu, nana kemana ya?," tanyaku pada ibu mertua yang kebetulan rumah kami bersampingan.
"Gak bilang a, nana gak tau pergi kemana." Jawab mertuaku.
Sudahlah, aku gak mau terlalu kepikiran ke mana pun dia pergi paling ke rumah kakaknya. Akupun menenangkan diri dengan menyeduh kopi di dapur lalu merenung di tengah rumah. Dalam pikiranku apa yang terjadi dengan nana begitu banyak sekali perubahan dari sikap dia seakan-akan dia sedang kasmaran lalu mengabaikan aku suaminya sendiri.
Tiba waktunya malam hari. Aku benar-benar merasa gelisah dan ingin melakukan hubungan suami istri dengan nana, aku melihat dia sudah tertidur lelap.
Dalam hatiku aku sedikit kecewa, tidak ada sedikitpun terlintas di benak nana ingin melakukan hubungan suami istri, aku coba pelan-pelan membangunkan nana yang sedang terlelap tidur.
"na, gak bisakah bangun sebentar, papah gak bisa nahan pah pengen ngelakuin itu," ucapku ke telinga nana.
Hal yang tidak di sangka pun terjadi !!!! ..
*🍁🍁🍁🍁🍁*
BAB 3" Awal keretakan hubungan "Pernikahan yang sudah berjalan 9 tahun dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, aku dan Nana hanya keluarga kecil yang sederhana. Kami dengan keegoisan yang sama-sama memuncak hingga akhirnya ada kerenggangan dalam rumah tangga.Di satu sisi, aku menginginkan tinggal di rumah orangtuaku yang hanya ditinggali ayah dan ibu, dan di sisi lain, Nana selalu ingin agar kita tinggal di rumah orangtuanya. Karena Nana wanita yang sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya, jadi mungkin setidaknya ada yang membantu mengurus anak-anak atau hal lainnya.Pagi itu, aku seperti biasa melakukan aktivitas pekerjaan sebagai seorang kurir ekspedisi sampai menjelang sore hari. Setelah sore, aku melanjutkan mencari uang dengan menjadi ojek online di kota tempatku tinggal. Hingga larut malam, aku baru bisa pulang sebelum membawa hasil untuk kebutuhan keluarga kecilku.Nana dan anak-anakku aku ajak tinggal di rumah orangtuaku sementara karena aku belum bisa mengabulkan permint
BAB 4" Pertengkaran "Tiga hari pun berlalu, di saat aku libur kerja aku segera bergegas menjemput Nana dan anak-anak untuk pulang lagi ke rumah orangtuaku.Setelah sampai aku tidak melihat Nana yang entah kemana dia pergi, dia sama sekali tidak mengabari aku selama menginap di rumah orangtuanya."Bu, Nana kemana ya?, anak-anak kok ditinggal?" Tanyaku kepada ibu mertua."Tadi pagi bilangnya mau ada urusan ke rumah temennya, dia cuma bilang gitu aja." Jawab ibu mertuaku.Sudahlah, aku tidak mau berpikir macam-macam aku pun langsung memanggil anak-anak dan bermain bersama mereka. Menjelang magrib aku baru melihat Nana yang baru pulang entah dari mana.Aku segera menghampirinya. Terlihat raut wajahnya yang seperti sangat bahagia setelah seharian keluar rumah dan pulang sudah mau menjelang magrib."Na, kamu habis dari mana?, jam segini kok baru pulang? Kan kamu sudah janji hari ini aku jemput pulang ke rumah," tanyaku kepada Nana yang sedang asyik memainkan handphone-nya."Kamu tahu gak
BAB 5" Mulai bermain api "#Pov nana.Aku merasa risih dan tidak betah tinggal di rumah mertua, rasanya tidak ada kebebasan, tidak ada teman bahkan seharian hanya bermain dengan anak-anak atau cuma mengurung diri di dalam kamar.Rasa itu membuat aku hidup seakan di dalam neraka, meskipun ibu mertua tidak pernah menyuruh aku untuk melakukan tugas pekerjaan apapun di dalam rumah. Entah ada perasaan apa aku tidak bisa mengungkapkan semua isi hatiku terhadap Mas Rafa suamiku sendiri.Akan jadi serba salah kalau aku mengungkapkan semua yang ada di dalam isi hatiku, jadi semua aku pendam saja, biarlah menjadi unek-unek dalam hati yang tidak bisa aku ceritakan. Meskipun kadang-kadang sesekali aku mencari perhatian di media sosial berharap ada orang yang mengerti dengan perasaanku.Seketika ada chat masuk ke dalam inbox media sosialku."Hai Na, apa kabar kamu?" Ucap seorang lelaki yang sepertinya aku kenal."Baik, maaf siapa ya?" Tanyaku seakan tidak mengenali karena takut salah orang."Ini
BAB 6 "Cinta lama bersemi kembali" #Pov nanaPagi hari setelah Mas Rafa berangkat kerja, aku pun langsung memainkan handphone di dalam kamar sambil melihat anak-anak bermain di luar. Entah perasaan apa yang membuatku ingin sekali chat Evan mantan ku di masa pacaran dulu."Mmmh, chat gak ya?" Tanyaku dalam hati.Berkali-kali aku menulis kata-kata lalu aku menghapus lagi dan tidak mengirimkannya, aku bingung harus memulai dari mana dan berkata apa supaya ia membalas chatku, lalu aku menunggu saja siapa tahu Evan ada chat duluan. Beberapa menit kemudian terdengar notifikasi chat dari handphoneku, setelah aku melihat ternyata chat dari Evan, hatiku merasa senang sekali padahal isi chatnya pun belum aku buka."Pagi, lagi ngapain? Maaf pagi-pagi ganggu, apa suamimu sudah berangkat kerja?" Tanya Evan."Lagi ngasuh anak-anak sambil santai aja, jangan tanyakan dia kalau dia jam segini sudah gak ada pulang-pulang nanti malam jadi aku bebas juga bisa chat sama kamu," jawabku sambil senyum-seny
BAB 7" Hubungan Terlarang "#pov nanaNa, hari ini suamimu ada di rumah?" Tiba-tiba Evan chat aku saat Mas Rafa ada di rumah libur kerja."Ada, Van, kamu jangan chat aku nanti aku ketahuan suamiku," jawabku tegas.Evan, yang setiap harinya ada di rumah, dia selalu banyak waktu untuk keluarganya, tapi istrinya malah sibuk dengan pekerjaannya padahal Evan sendiri keluarganya berada, dia menjalankan bisnis ayahnya yang memiliki sebuah toko bangunan besar, jadi dia sehari-hari bebas tidak terikat dengan jam kerja. Istrinya yang sibuk sedangkan suamiku yang sibuk."Aku kangen, Na, aku juga nunggu jawaban dari kamu masalah mau tidaknya kita menjalani hubungan lagi," ungkap Evan."Aku pun sama, Van, kangen banget apalagi beberapa hari ini aku selalu mengenang masa-masa kita pacaran dulu." Jawabku sambil melihat Mas Rafa takut dia bangun.Aku memberanikan diri chat di saat Mas Rafa sedang tidur, entah dia sadar atau tidak tapi terlihat dia sangat kelelahan jadi aku biarkan saja dia istirahat
BAB 8" Pisah ranjang "Menjelang adzan subuh, aku pun terbangun karena sudah terdengar adzan berkumandang. Aku siap-siap untuk pergi ke mushola menjalankan ibadah shalat subuh bersama bapak mertuaku. Setelah selesai, aku melihat Nana masih tertidur lelap dan belum dibangunkan oleh bapaknya. Aku pun tidak berani memaksa untuk membangunkannya karena masih merasa kecewa atas perlakuan Nana semalam. Aku disuguhkan kopi oleh ibu mertuaku sambil merenung di kursi ruang depan."A, ini ibu buatkan kopi, sama goreng uli. Kemarin ibu buat uli buat teman ngopi karena sudah tahu aa bakal datang kesini juga," ungkap ibu mertuaku."Iya bu, terima kasih. Maaf, bisa minta tolong bangunkan Nana? Bu, sudah pagi dia belum shalat subuh. Tadi aa sama bapak coba bangunkan dia tidak mau bangun," pintaku pada ibu mertua."Percuma, dia tidak akan bangun harus ibu siram pakai air baru mau bangun, seharusnya seorang istri bangun duluan siapkan sarapan untuk suaminya, tapi memang sudah sifatnya seperti itu susa
BAB 9 " Seperti malam pertama "Malam pun tiba, entah mengapa Nana menyuruh anak-anak tidur di kamar neneknya. Seketika dia memakai pakaian terbuka dan berdandan lalu masuk ke dalam kamar. Aku yang masih terdiam heran duduk di atas kursi sambil memperhatikan tingkahnya yang seakan-akan berubah drastis.Setelah menghabiskan secangkir kopi, aku pun langsung masuk ke dalam kamar seketika melihat Nana yang sedang terbaring tidak memakai selimut hanya mengenakan pakaian yang sangat terbuka. Rasa dimana aku sangat benar-benar merasa jantungku berdetak yang tidak seperti biasanya.Aku lihat sepertinya dia pura-pura memejamkan mata. Lalu aku pun berbaring di sampingnya. Selang beberapa menit dia pun terbangun dan tanpa basa-basi naik ke atas badanku yang sedang terbaring. Entah sesuatu apa yang merasukinya aku pun terheran. Dia langsung memberikan kedua belahan d*danya mengarah ke bibirku.Tidak menunggu waktu, aku pun langsung menyergap apa yang dia sodorkan ke bibirku. Dia yang biasanya ha
BAB 10" MENIKMATI PERMAINAN "#pov nanaBeberapa minggu kemudian, aku yang sudah tak tahan menahan rindu terhadap Evan mencoba memberanikan diri meminta izin Mas Rafa untuk menginap di rumah kedua orangtuaku.Biasanya Mas Rafa jarang mengizinkan karena aku sulit pulang kalau sudah menginap di rumah orangtuaku. Di sana mungkin aku merasakan ketenangan dan kekeluargaan yang sangat erat meskipun tinggal di rumah kecil, tapi setidaknya anak-anak juga ada yang membantu asuh.Tanpa harus ada drama, Mas Rafa pun mengizinkan aku menginap selama tiga hari dan aku sengaja tidak mengajaknya menginap, karena sudah jelas tujuanku hanya untuk bersenang-senang dengan Evan."Akhirnya, selama tiga hari aku bisa bertemu terus dengan Evan dan bisa memadu kasih juga. Kepuasan yang diberikan Evan membuatku ingin terus melakukan itu dengannya," ucapku dalam hati."Sayang, kamu sudah di rumah orangtuamu," isi chat Evan."Udah, sayang, kita janjian ketemuan?" jawabku."Jadi dong, di rumah Ridwan lagi ya, ak
BAB 55"Bertemu Mas Rafa dan Riska"#POV ISNAUntuk sementara, aku urungkan niat dulu untuk mencari pekerjaan. Fokus sekarang menemukan keberadaan Evan di mana. Pagi ini aku akan ke kantor polisi untuk memastikan apakah benar Mba Nana sudah keluar dari penjara. Sengaja aku menyewa mobil seharian untuk pulang pergi dan mencari keberadaan Evan. "Mir, kamu ada kerjaan nggak hari ini?" tanyaku kepada Mira. "Kebetulan aku lagi cuti tahunan, Bi. Tadinya aku mau pulang kampung. Tapi kalau Bibi mau ditemani keluar, aku mau kok, Bi. Gampang, nanti masalah pulang kampung bisa Mira undur dulu," jawab Mira. "Temani Bibi ya cari informasi tentang Mba Nana. Siapa tahu Bibi nemu titik terang," pintaku kepada Mira. Setelah Mira mengiyakan, aku langsung siap-siap untuk pergi ke kantor polisi di mana Mba Nana pernah ditahan.Berkali-kali aku coba menghubungi Mas Rafa, namun semua akses sudah dia blokir. Jadi, aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Sudahlah, lebih baik aku cari kebenarannya dulu
BAB 54" Aku Tidak Sebodoh Itu"#POV ISNADengan penuh rasa penyesalan, aku hanya bisa menyaksikan dari jendela melepas kepergian Mas Rafa setelah menceraikanku. "Apa yang sudah kamu lakukan terhadap suami kamu, Isna? Sampai-sampai dia mengembalikan kamu ke sini," tanya Bapak. "Isna ketahuan selingkuh, Pak. Mas Rafa memergoki aku sedang bersama lelaki lain," jawabku. "Astagfirullah, kelakuan kamu sama kakak kamu sama saja. Kenapa kamu lakukan semua itu, Is? Apa yang ada dalam pikiran kamu? Bukankah rumah tangga kamu baik-baik saja sebelumnya?" ucap Bapak sedikit marah. Aku yang tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya hanya bisa mengeluarkan air mata di hadapan Bapak. "Sudahlah, Pak. Apa yang sudah terjadi biarlah terjadi. Ini harus kita jadikan pelajaran juga. Jangan sepenuhnya menyalahkan Isna. Mungkin dia melakukan semua itu juga ada sebabnya," ucap Ibu membelaku. "Bu, Bu, anak sudah membuat muka kita malu, masih dibela juga," jawab Bapak.Aku langsung merangkul pangkuan
BAB 53"Haruskah Berpisah"Sepanjang perjalanan, aku hanya menahan amarah dan ingin sekali memarahi Isna. Namun, semua tertahan oleh rasa bersalahku juga karena sudah mengkhianati Isna.Terlihat dari kaca spion tengah, karena dia duduk di belakang, Isna menangis terisak-isak. Aku pun heran kenapa dia berani melakukan semua itu. Padahal, dia wanita baik-baik. Untung saja aku sempat pulang dan melihat mereka belum membuka semua pakaian. Tapi rasa sakit di hatiku melihat wanita yang sangat aku sayangi bersentuhan dengan orang lain rasanya seperti disambar petir di siang hari.Entah ini keputusanku yang tepat untuk mengembalikan dia kepada kedua orang tuanya, atau hanya karena kecemburuanku saja. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"Kenapa kamu diam, Is? Setega itukah kamu sama aku yang selama ini selalu membanggakan kamu di depan semua orang? Kita menikah sudah lama, lantas apa yang membuat kamu berani mengkhianati aku dan membawa laki-laki lain ke istanaku sendiri?" tanyaku.Isna hany
BAB 52"Isna Masuk Dalam Jebakan"#POV RISKASehari sebelum semuanya terjadi, tiba-tiba Isna mengirimkan aku sebuah pesan di handphone. "Riska, apa tidak bisa kamu membuat Mas Rafa menyukaimu atau jatuh cinta terhadapmu?" pinta Isna mengirimkan aku sebuah pesan. "Itu hal yang tidak mungkin, Isna. Dia benar-benar menyayangi kamu, dia tidak akan pernah bisa tergoda oleh wanita lain," jawabku. Sejenak aku mencoba merendahkan diri di hadapan Isna agar aku terlihat meyakinkan dia untuk terus memaksaku mendekati suaminya. Sekarang dia baru tahu sifat asli dari mertuanya bagaimana. Dulu aku juga awal-awal disanjung-sanjung sebagai menantu terbaiknya. Namun, semakin lama mungkin ada kebencian karena anaknya terlalu menyayangiku. "Coba kamu berusaha dulu, Ris. Aku hanya ingin mengabulkan permintaan ibu mertuaku agar memiliki keturunan dari Mas Rafa. Kamu satu-satunya harapanku. Aku rela berbagi kasih dengan kamu. Aku rela dimadu hanya untuk membuat Mas Rafa bahagia," tegas Isna dalam
BAB 51"KARMA"Panik yang aku rasakan setelah mendengar ibu mengetuk pintu. Segera aku menyuruh Riska untuk keluar lewat jendela dan sementara bersembunyi. Aku langsung menghampiri pintu dan membukanya. Terlihat raut wajah ibu yang melihatku seperti panik dan menengok ke arah dalam kamar. "Raf, Riska kemana ya? Ibu cari-cari nggak ada," tanya ibu."Gak tahu, Bu. Rafa dari tadi hanya rebahan saja dan membaca buku. Mungkin dia sudah tidur. Kalau pintunya dikunci, kan berarti ada dia di dalamnya," jawabku meyakinkan ibu. "Ya sudah, kamu istirahat sana, lagian kan sudah malam juga," ucap ibu sebelum pergi dan kembali melirik ke arah dalam kamar. Aku yang sedari tadi sadar menginjak celana dalam Riska yang belum ia pakai. Setelah ibu pergi, aku segera mengambilnya dan memanggil Riska untuk kembali ke kamar. "Ris, sudah aman. Sekarang kamu bisa masuk," bisikku kepada Riska. "Banyak nyamuk, tahu Mas. Mana aku lupa lagi nggak pakai celana dalam, gatel ini digigit nyamuk," ucap Riska cemb
BAB 50" Ketahuan Ibu "Meeting hari ini berjalan dengan baik, meskipun pikiranku kemana-mana. Namun, Riska bisa meng-handle semuanya dengan baik.Raut wajahnya terlihat lebih ceria dari biasanya. Namun, berbeda dengan diriku sendiri. Rasa penyesalan yang sudah mengkhianati Isna, istriku sendiri, membuat pikiranku sangat kacau. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan. Isna adalah sosok istri yang sangat baik. Aku sudah mengkhianatinya, sedangkan dia sama sekali tidak pernah mengkhianatiku ataupun dekat dengan lelaki lain. "Mas, kamu kenapa? Harusnya kamu senang, akhirnya perusahaan kita bisa dapat kerjasama proyek besar. Tapi aku lihat wajahmu menunjukkan rasa tidak senang," tanya Riska dalam perjalanan. "Aku masih memikirkan kejadian semalam, Ris. Bisa-bisanya aku melakukan semua itu. Aku tidak menyalahkan kamu. Namun, aku menyalahkan diri sendiri yang terlalu gegabah. Aku tidak mau mengkhianati istriku sendiri, Ris," jawabku."Sesayang itukah kamu sama istrimu, Mas? Padahal istri
BAB 49"Rasa Yang Tidak Berubah"#POV RISKAKali ini keberuntungan selalu ada di pihakku. Dengan sengaja aku menghubungi Julia dan kebetulan klien yang akan meeting dan bekerja sama dengan perusahaan Mas Rafa masih dari anak cabang perusahaannya Julia, jadi dia bisa merubah jadwal dan tempat di mana Mas Rafa akan meeting. Dengan sengaja aku mencari tempat yang tidak jauh dari rumah orangtuanya Mas Rafa. Pikiranku mengatakan pasti Mas Rafa akan mengajak untuk menginap di rumahnya. Meskipun ya, aku juga mendapat kabar dari Julia kalau istrinya sedang ada masalah dengan ibunya Mas Rafa terkait keturunan. Jadi menurutku dia tidak mungkin akan ikut. Aku mungkin tidak akan mudah membuat kamu jatuh cinta lagi sama aku, Mas, tapi aku akan memaksa kamu untuk bisa mencintai aku lagi. "Riska, apa kabar?" ucap Isna saat aku berkunjung ke rumahnya untuk persiapan pergi ke luar kota yang tidak jauh dari rumah ibunya Mas Rafa. "Baik, Bu. Ibu apa kabar?" tanyaku balik. "Jangan panggil ibu, pang
BAB 48"Memadu Kasih""Bu, dia bukan Nana. Dia sekretaris Rafa, namanya Riska." Bisikku pada ibu saat berjalan ke ruang tamu.Memang susah kalau harus menjelaskan terhadap orang tua. Mungkin karena faktor usia juga hingga ke egoan ibu muncul lagi. Namun, aku harus bisa memberi pengertian juga.Bagaimanapun dia orang tuaku sendiri. Sesalah apapun orang tua tetap saja dia yang merawatku dan membesarkanku sampai bisa seperti sekarang.Setidaknya aku harus bisa jadi penengah tanpa melibatkan emosi. Apalagi kalau sudah salah faham dengan menantunya Isna. Kalau aku membela salah satu yang ada nantinya akan ada kecemburuan."Na, kata Rafa kamu belum bebas, tapi sekarang malah kerja di perusahaan Rafa. Kamu baik-baik saja kan?" Tanya ibu terhadap Riska."Bu, dia Riska bukan Nana." Tegasku."Maaf bu, aku Riska bukan Nana, tapi kalau ibu mau menganggap aku siapapun boleh kok, Riska gak masalah bu," jawab Riska sambil tersenyum."Tuh kan Raf, Riska aja gak masalah ibu bilang Nana, apa kamu sudah
BAB 47"Reaksi Ibu Bertemu Riska""Sayang, Mas berangkat kerja dulu ya, Mas nanti sarapan di kantor saja. Mas agak buru-buru soalnya," ucapku pada Isna."Lah Mas, aku sudah masak loh, masa kamu gak makan. Aku buatin bekal saja ya, tunggu lima menit," pinta Isna.Aku yang tidak mau membuat Isna kecewa akhirnya aku menunggu dia membuatkan bekal. Setelahnya aku pamit dan berangkat ke kantor untuk bekerja.Hari ini ada meeting penting dengan klien jadi aku sedikit buru-buru meskipun waktu masih panjang tapi aku seakan-akan dikejar oleh waktu kalau belum sampai ke kantor.Dalam perjalanan yang kebetulan melewati rumah Riska terlihat dia sedang berdiri di depan gerbang rumahnya. Aku segera menghentikan laju mobil tepat di depan dia berdiri."Riska, lagi nunggu jemputan?, atau pacar kamu yang antar kerja?" Tanyaku sambil membuka jendela mobil."Lagi nunggu ojek online pak, katanya masih jauh karena macet kalau pagi-pagi begini," jawab Riska."Ya sudah, masuk, bareng saya saja. Nanti kamu cha