Share

DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN
DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN
Penulis: Ria Abdullah

1. kedatangan Cantika

KUKIRA CALON MANTU TERNYATA SIMPANAN SUAMIKU.

**

Entahlah, dari mana asal mula kehancuran dan badai besar yang menimpa keluarga kami, semua baik-baik saja sampai rutinitas Mas Hengki berubah. Pertemuan mingguan, agenda main golf dengan para atasan, bertemu teman dan rapat klien berujung pada kerepotan yang akan menular ke semua anggota keluarga.

Sebagai istri yang selalu memegang prinsip dan yakin pada keimananku sendiri, aku juga percaya bahwa suamiku memelihara kepercayaan dan cinta kami. Aku yakin sehari-hari dia hanya mencari nafkah lalu kembali pada keluarga dan anak-anaknya. Aku tidak pernah percaya gosip dan isu, tidak pernah juga ikut menimbrung dalam percakapan ibu ibu arisan tentang dan kabar yang beredar perihal suami-suami kami yang mulai mencari hiburan di luar sana.

Figur suamiku adalah dia yang membangun citra dirinya sebagai pria yang berwibawa, taat agama dan tidak neko neko. Prinsip yang selalu membuatku bangga bersamanya adalah kejujuran dan bagaimana dia memegang kepercayaan orang lain. Dia bilang,

"Selama kau percaya padaku dan keimananku maka semuanya akan baik-baik saja. Yang paling penting bagiku adalah keyakinan istriku, jika aku kehilangan kepercayaanmu maka hidupku hancur."

Ya, ucapannya adalah acuan hidupku, bertahun-tahun aku hidup dengan kepercayaan itu, dengan segala keyakinan dan kebanggaan bahwa suamiku setia. Tak tahunya, di belakang sana, selagi aku yakin dengan cintanya orang-orang ramai menertawaiku. Menertawai betapa aku sangat naif dan bodoh.

Dalam suatu hari badai itu datang ke rumah kami, datang dalam bentuk wanita cantik yang masih muda, dia mirip selebgram yang ramai dipuji karena kecantikan dan perawatan dirinya. Rambutnya tergerai panjang dan berkilau, kulitnya putih bersih bak gambaran bidadari dalam buku-buku ahli surga. Dia mengucapkan salam dan tersenyum lebar, ucapannya seperti denting mutiara yang berhamburan ke lantai. Dia terdengar lembut, mendayu dan sopan.

"Assalamualaikum."

"Walaikum salam, siapa yaa."

Aku senang begitu melihat wanita cantik berdiri di depan pintu rumah. Tiba-tiba perasaan ini membuncah dipenuhi oleh perasaan bangga, kan aku pikir dia adalah kekasih putraku. Putra yang selama ini pendiam dan pemalu tiba-tiba punya kekasih yang amat sangat cantik. Tapi dugaanku salah!

"Kamu siapa?"

"Cantika lestari."

"Kamu temannya Nathan?" Aku hanya menyebut nama putraku yang kini duduk di semester 3. Dia punya adik namanya Betari.

"Enggak Mba, saya bukan anak kuliahan. Saya sudah bekerja di antor di bilangan Diponegoro." Tempat yang disebutkannya adalah deretan kantor-kantor dan gedung pencakar langit, pusat bisnis dan tempat yang selalu digambarkan sebagai tempat orang-orang yang bergaji besar dan kaya.

Dilihat dari atas ke bawah, ia benar-benar sempurna, pakaiannya kaftan berwarna pink dengan detail tulle dan tali di pinggang. Di tangannya dia menjinjing tas merk Bottega. Masya Allah, Aku yakin dia juga anak orang kaya dengan perawatan badan yang tidak murah.

"Lalu apa keperluan Cantika, sepertinya kamu panggil saya tante saja, karena umur kita sangat jauh berbeda," ucapku pada gadis muda itu dengan senyum dan gestur badan yang masih kuusahakan untuk tetap ramah dan tidak curiga sama sekali.

"Engga Mba, saya panggil Mbak saja agar lebih akrab."

"Baiklah, kamu ada perlu apa?"

"Saya mencari Mas Hengki."

"Mas?" Aku terkejut dan tiba-tiba pikiranku blank, aku mengambang antara bingung kenapa seorang gadis muda yang sepertinya seumuran putriku Betari, tiba-tiba memanggil suamiku dengan sebutan 'mas.

"Iya, saya mencari Mas Hengki." Wanita yang kupikir tadinya adalah calon menantu tiba-tiba memanggil suamiku dengan sebutan seakrab itu, aku jadi deg degan dan sedikit gemetar. Ada sedikit rasa tak nyaman dan sensasi tak tenang di telapak tanganku, aku juga merasa panas dingin, ketar ketir entah kenapa. Seperti sebuah firasat buruk.

"Ada keperluan apa, Dik Cantika?"

"Dia telah mengabaikanku, dia mengambil manfaat dariku lalu mencampakan diri ini begitu saja!"

Deg! Jantungku seakan dipaksa berhenti lalu mendadak aktif tiba-tiba butuh.

"Mengambil manfaat apa Dik?" Sampai detik itu aku masih berusaha berpikiran positif, kupikir mas Hengky telah menipu uang Gadis itu atau menyuruhnya bekerja tanpa membayarnya. Aku berusaha berpikir dengan jernih dan tidak segera mengarahkan akalku ke hal-hal buruk.

"Manfaat apa lagi, Mbak. Apa Mbak nggak ngerti?"

"Ga dik."

"Mba, entah harus mulai dari mana tapi hubungan kami sudah berkembang jauh dan sulit dihentikan."

"Hubungan?"

"Iya. Mbak pikir Mas Hengki tiap sore bertemu dengan kliennya atau selalu rapat sepanjang Minggu? Enggak Mba! Dia sama aku!"

Aku belum pernah mendengar petir yang begitu menggelegar di sekitarku, tapi kabar yang datang kali ini seperti dentuman guntur, seperti puncak batu yang berguguran dan tepat di atas kepalaku, seperti anak panah yang menancap ke jantung, ada badai yang tiba-tiba mendesing di telinga dan membuatku goyah seketika. Aku mau pingsan andai tidak segera mengucapkan istighfar dan mengusap dadaku.

"Dia sama kamu ngapain?"

Wanita itu tiba-tiba turun dari posisi duduknya dan bersujud di lututku, dia minta maaf dan mulai berurai air mata.

"Apalagi yang bisa aku gambarkan mba? Menjanjikan pernikahan dan memperlakukan diri ini seperti istri. Aku minta maaf atas kelancangan dan kejujuranku ini tapi aku benar-benar terpaksa."

"Lalu apa yang kau harapkan?"

Wanita itu terdiam, matanya yang indah menatap mataku lalu ia segera mengusap lelehan bening yang ada di pipinya.

"Karena lelaki itu telah meyakinkan dan membangun kepercayaanku, dia menjanjikan pernikahan, jadi dia harus menepatinya!"

Secara tiba-tiba suamiku pulang, dan bertemulah kami bertiga di ruang tamu. Jangan tanya saat ekspresi Mas Hengky tiba-tiba berubah, dia menatapku dan Cantika secara bergantian lalu lelaki itu seperti kesusahan menelan ludahnya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status