Share

7. pertanyaanku

Setelah Gadis itu pergi, suamiku terlihat menghela nafas, pria yang terlihat masih tegang itu, mengajak rambutnya sambil menggerutu frustasi.

"Arrrggg, sial!"

Tapi betapa terkejutnya dia saat lelaki itu membalikkan badan karena aku tepat berada di belakangnya sambil membawa kotak bekal. Pria itu terperanjat, kaget dan langsung pucat.

"Eh, umi, sejak kapan umi di situ?"

"Sejak tadi."

"Se-sejak kapan?"

"Sejak kau bertengkar dengan Cantika!"

"Ta-ta-tapi kenapa tidak memanggilku?" Tanya lelaki gugup itu dengan gagap, dia kelabakan dan gemetar, khawatir kalau aku akan berteriak dan memarahinya.

"Aku sudah mengusirnya, aku sudah bilang jangan mencariku ke sini tapi dia terus datang."

"Aku tidak khawatir tentang diriku sendiri tapi aku tapi memikirkan penilaian orang lain dan apa yang akan dibicarakan mereka tentang dirimu. Kupikir, saat seorang pria paruh baya, dikejar oleh gadis yang jauh lebih muda bahkan seumuran anaknya. Kira kira ... Itu karena apa?"

"Dia sendiri yang gila Haifa, aku sudah bilang aku ingin berhenti berhubungan dengannya!"

"Kau tidak menuntaskan semua hubungan baik denganku atau dengannya! kau tidak mencoba menyelesaikan masalah, minta maaf dan menenangkan hatiku. Bersamaan dengan itu, kau juga masih terjerat dengan wanita itu. Jadi, sebenarnya, keserakahan dalam hatimu menghancurkan kita semua!"

"Haifa, boleh kita bicara nanti. Aku ada rapat dalam 10 menit dan aku harus makan dulu."

"Aku tahu, aku harus memahami bahwa kau sibuk, amat sangat sibuk, dan di sela-sela kesibukan itu kau masih sempat pacaran!" Ujarku sinis.

"Haifa ...hanya kau yang bisa mengerti keadaan ini dan hanya kau yang bisa memaklumiku!"

"Tapi kesabaran ada batasnya," balasku sambil menyerahkan kotak bekal ke tangannya. Pria itu menerimanya dengan wajah tak enak.

"Kita sepertinya memang harus bicara panjang lebar, kita harus membahas masalah ini termasuk kelanjutan hubungan kita."

"Kelanjutan apa?"

"Kau pikir ini lucu ...Kau kira setelah minta maaf lalu aku akan melupakan semuanya dan kita akan kembali normal?" Aku hanya menggelengkan kepala lalu pergi dari tempat itu.

"Kukira kau begitu?" jawabnya menelan ludah.

"Harus bagaimana menjelaskannya kalau kau telah menghancurkan hatiku. Ulang kali Aku berusaha memaafkanmu tapi bayangan tentang hubunganmu dan wanita itu menghantuiku, aku menggila karena itu," jawabku sambil melangkah pergi.

Pria itu masih berdiri di lobby sambil memegang kotak bekal, nampaknya, dia terguncang dengan ucapanku, dia harus memahami bahwa dosa yang telah dia lakukan tidak semudah itu dimaafkan.

**

Dan bom waktu itu...suatu saat akan meledak, jika aku tidak segera meredamnya. Bagaimanapun aku berusaha menyembunyikan aib suamiku, ada orang lain yang akan membongkarnya. Bangkai yang disimpan rapat-rapat, busuknya akan menguar di udara, dan tidak akan bisa disembunyikan lagi.

Jika bibirku dan Mas Hengky tertutup rapat, ada mulut Cantika yang siap mengumumkan segalanya. Aku harus mendesak suamiku untuk membungkam wanita itu atau aku harus bernegosiasi dengannya agar dia menghilang dari kehidupan kami.

Ya, dengan cara apapun juga.

Jujur saja, kehadiran wanita ini membuatku khawatir dan tegang, ketegangan dan kekhawatiranku tentang aib suamiku melebihi kegelisahan atas luka pribadiku. Aku lebih tegang kalau Cantika mengunjungi mertua dari keluargaku, lalu dia mengatakan yang sebenarnya.

Di samping aku harus fokus mengobati hatiku yang terluka, aku juga sibuk meredam hal-hal yang akan bisa jadi ledakan dalam keluarga ini. Dan seperti yang kuduga, Cantika mulai menyalakan sumbu mesiu dengan mendekati anak-anakku.

"Ummi!"

"Hari ini kita ada diskusi yang sangat menarik dengan mendatangkan dosen tamu yang sangat cantik. Materi tentang manajemen yang dibagikannya sangat bagus," ujar anak sulungku, pemuda tampan yang cerdas dan berprestasi itu.

"Oh ya?"

"Iya, ditambah Dia sangat cantik dan tak jauh umurnya dariku. Bayangkan umi, di usia 25 dia sudah jadi asisten manager yang sukses."

"Oh, Masya Allah, kau harus terinspirasi dan mengikuti jejaknya. Kau juga harus sukses juga anakku!" Balasku sambil merentangkan tangan dan mencium pipinya.

"Oh ya ummi, aku sempat berkenalan dan minta kontaknya, kami juga berfoto bersama. Dia sangat ramah dan menarik, aku menyukainya,".jawab Nathan sambil mengeluarkan ponsel dari kantongnya.

"Ekhem, anak umi sudah mulai menyukai seseorang rupanya." Aku menggoda sambil mencuil pinggangnya. Dia tersipu malu-malu.

"Iya, hanya kagum saja sih, aku cuma berharap bisa jadi temannya," balas anakku dengan wajah yang merona. "ini fotonya."

Saat aku mengarahkan mataku untuk melihat layar ponsel putraku, bola mata ini nyaris melontar keluar dan terlepas dari rongganya. Betapa tidak, gadis cantik dengan blazer hitam itu tengah merangkul anakku, tidak lain dia adalah Cantika kekasih suamiku. Lihatlah, ia berhasil mendekati putraku dan membuat Nathan tertarik padanya.

"Astaga ... aku harus bagaimana, saat suamiku berusaha untuk melepaskan jeratnya Cantika, kini putraku malah jatuh cinta padanya." Aku membatin dan mendadak, kepalaku pusing luar biasa!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
angel azzahra
laki" menebar sperma sembarangan tapi ank istri yg selalu jadi korban
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status