Entah apa yang kulakukan, duduk dalam kegelapan malam dan terus meneteskan air mata. Kutinggalkan apa yang terjadi di belakang dan sejenak aku tak mampi mengurusi sekelilingku karena sedang butuh waktu untuk diri sendiri. Entah ke mana putriku, Apa reaksi dan bagaimana hatinya, aku tak tahu. Mungkin keluarga sudah merangkulnya dan mengajaknya pulang, tapi, dia tak di sini sekarang. Begitu pula dengan Nathan, dia belum tahu apa-apa. Dia belum tahu kalau gadis yang disukainya kini telah menjadi istri ayahnya. Sejak siang putraku itu masih sibuk di kampusnya, sibuk dengan kegiatan organisasi dan akademi, ia tak tahu bahwa sekarang ini kami sedang terjebak masalah besar. Ayah kebanggaannya, telah mengkhianati ibunya, telah merenggut wanita yang disukainya. Bagaimana aku akan menebak perasaan anakku sementara aku pun dalam keadaan terpuruk. "Ya Allah, Kenapa bisa begini. Padahal aku sudah berusaha untuk melindungi keluargaku."Telah kugunakan cara baik-baik untuk menyingkirkan wanita
"Oke ... oke, aku mengaku salah, wanita itu pergi pasca berita tentang hubungan kami viral. Orang orang di kantor heboh dan sedang menunggu untuk memberiku hukuman, orang tuaku juga tak kalah malunya karena tercoreng sebagai mertua yang jahat, begitu juga kakakku, apakah menurutmu itu belum cukup hukumannya?" Dia mulai berbicara dengan nada cepat."Aku membutuhkan permintaan maaf dihadapan semua orang, karena aku sudah mengunggahnya ke sosial media maka yang harus kau lakukan adalah memberikan klarifikasi ke sosial media juga," jawabku dingin.Pria itu langsung memberingas dan mendekatiku, dicekalnya lengan ini yang hendak mengambil gagang sapu lalu ditatapnya mata ini dengan tatapan kesal."Apa maumu! Kini aku sudah pulang padamu, kembalikan keadaan seperti semula!"Beraninya dia melotot padaku, memaksaku mengembalikan keadaan padahal orang yang memperkeruh suasana jelas jelas adalah dia."Mengapa menuntutku untuk mengembalikan keadaan seperti semula? harusnya kamu yang memperbaiki
Lalu kecanggungan itu terjadi di antara kami, meski aku dan dia saling berhadapan dengan jarak hanya semeter saja, sakit hati dan kebencian telah membuatku tak sudi menyentuhnya lagi. Begitupun dirinya ... aku tak mau dia mendekatiku atau bersikap akrab padaku lagi.Seorang tetangga dan kenalanku pernah mengalami hal seperti ini dan mereka memilih mempertahankan keluarganya. Temanku itu berpura-pura tidak mengetahui apapun agar perhatian dan waktu suaminya tetap utuh untuknya. Agar uang belanja tidak dibagi dua dan agar perhatian untuk anak-anak juga tetap jadi prioritas suaminya. Dia menelan pahit-pahit Kenyataan poligami yang menyakitkan hati demi mempertahankan keluarga. Aku tidak yakin aku bisa sekuat dia tapi mungkin akan kucoba untuk beberapa saat saja. Bila aku mampu bertahan mungkin Cantika akan cemburu dan menyerah, mungkin suamiku akan kembali padaku lalu perlahan-lahan dia mulai mengembalikan kepercayaan anak-anak. Tapi Cantika tidak akan semenyerah itu. Bila dia berani me
Kekhawatiran sebagai seorang ibu membuatku seharian ini terpaksa mengikuti Putri bungsuku. Aku mengawasi dia di sekolahnya khawatir saat pulang sekolah dia akan mencari rumah Cantika dan melabrak wanita itu. Putriku emosinya masih labil jadi dia bisa berbuat apa saja yang ia pikirkan. Boleh jadi dia akan pergi ke rumah Cantika lalu menjamak rambut wanita itu. Tentu tak akan kubiarkan dia bertindak jauh karena yang akan disalahkan dan disebut tidak bisa mendidik anak pasti aku satu satunya. *Pukul dua siang, saat bel sekolah itu berbunyi dan siswa-siswa menghambur keluar dari gerbang. Menangis satu persatu raut wajah pada remaja yang keluar dengan ekspresi masing-masing, ada yang berseri, ada yang terlihat berbincang seru dengan sahabatnya, ada juga yang terlihat biasa saja. Lama kucari Betari di antara mereka semua, bahkan sampai situasi mulai sepi aku masih tak menemukan anakku hingga kau putuskan untuk turun dari mobil dan mencarinya. "Permisi Dek, kalian kenal betahari anak ke
Aku tidak berani menghakimi putriku, sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku hanya diam saja. Tak banyak yang kutanyakan tak pulang banyak hal yang kucecar padanya, selain,"Kau boleh melampiaskan isi hatimu tapi bersikaplah dengan bijak. Jangan sampai Ayah dan ibumu yang disalahkan karena perbuatanmu. Umi mohon, Nak.""Halah, tak selamanya orang harus selalu diam. Terlalu baik membuat kita terinjak," balasnya yang membuat diri ini terbungkam seketika. Saat aku masuk ke dalam Nathan sudah ada di ruang tamu, melihat adiknya datang dengan pakaian berantakan, dan wajah memberingas putraku hanya menghela nafas sambil menggeleng pelan. "Kau ini kak ...apa tidak ada yang bisa kau lakukan selain duduk saja? Rasanya hanya aku yang berjuang untuk keluarga kita!" teriak betari pada kakaknya. Tersulut oleh perkataan adiknya putraku langsung berdiri dan melotot. "Emangnya Apa yang bisa kulakukan? Haruskah aku memukul ayahku sendiri!""Setidaknya, jika kau tidak menyelamatkan kami, kau seharu
"Ayo kuantar pulang!" Ucap Mas Hengky pada Cantika sambil meraih lengannya, mengajak Gadis itu menjauh dari ruang makan."Kenapa aku harus diantar pulang, aku kemari untuk menemuimu, menyusulmu menginap di sini karena kau menolak menginap di rumah orang tuaku.""Tapi ini rumah istriku, kau dan aku tidak punya hak untuk menghabiskan waktu berdua diantara keluarga dan anak-anakku. Apa kau memahami itu?" "Tapi bukankah sekarang aku adalah anggota keluarga juga?""Betul, tapi beberapa orang butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Ayo pergi!""Gak mau Maaas," wanita itu mengeluh dengan manja sambil menepis tangannya dari jangkauan Mas Hengky. Melihat tingkat Cantika seperti anak kecil suamiku kehilangan kesabarannya dan segera menyeretnya menjauh dari hadapanku. "Aku bahkan belum selesai makan dan kau sudah datang ke sini mencari masalah, sial kau Cantika!!" Jangankan wanita itu, bahkan aku juga ikut terperanjat dengan teriakan Mas Hengky yang benar-benar lantang. "Jika kau memang memiliki
"Bahkan kami pun meminta dia untuk sadar, berulang kali kami memberinya pengertian agar tidak terlalu terobsesi pada suami Nyonya, tapi janji yang telah diberikan Pak Hengki kepada putri kami membuat pikirannya teracuni."Ibunya Cantika mulai menangis, tetesan air matanya terlihat amat putus asa ditambah dengan rasa malunya padaku. "Sungguh kami sangat malu dan gemetar langkah kaki kami menginjak rumah ini, tapi mau bagaimana lagi? Demi menjaga kehormatan keluarga dan agar kami semua tidak terus dicibir, kami memaksakan diri datang ke sini.""Tapi saya tidak punya solusi untuk anak kalian. Saya benar-benar minta maaf karena situasi dalam rumah ini juga sangat rumit, seakan segalanya tidak tertolong lagi.""Mungkin benar kamilah yang paling bersalah atas kejadian ini. Kalau kami sedikit lebih tegas pada anak kami mungkin semua ini tidak terjadi!"Aku hanya dia mendengar ucapan ayahnya Cantika, pria itu mungkin sedikit lebih tua dari suamiku, usianya mungkin 55 tahun sementara ibunya m
"apa kau gila Mas?""Aku tidak gila aku hanya memperlakukanmu selayaknya istriku, Haifa juga melakukan tugas yang sama Jadi sekarang semua tanggung jawab itu akan beralih padamu!" "Tapi kenapa?""Karena kau istri baruku, kau akan bertanggung jawab pada keluarga dan rumah ini juga kepada anak-anakku!"Wanita itu tertegun dan terus menggelengkan kepalanya. "Kenapa?! kau tidak mau menerima tanggung jawab itu?! Bukankah kau sendiri yang bilang siap menjadi istri yang baik dan ibu bagi anak-anakku!""Iya tapi bukan begini! Kau akan memperlakukan diri ini seperti babu yang dikekang!""Sudah kubilang Kau adalah istrik, tapi jika itu adalah penilaianmu, maka pergilah sekarang juga dari rumah ini!""Kau tidak memberiku pilihan Mas!""Tidak ada pilihan lain. Berulang kali kau katakan agar kau kembali ke rumah orang tuamu dan tunggu aku di sana, tapi kau semakin hari semakin berulah saja! Aku bilang sebagian besar orang-orang yang mengenal dan keluargaku belum menerima pernikahan ini, tapi kau
Melalui pengacara di mana aku sudah tak mau lagi bertemu dengan Mas hengki, aku menggugat perceraian dan meminta dia untuk membagikan harta gono gini dengan adil. sekalipun lelaki itu mati-matian ingin berjumpa denganku tapi aku tak sudi bertemu dengannya. tentang anak-anak aku tidak perlu mengkhawatirkannya karena mereka sudah dewasa dan bisa menentukan mau ikut siapa. mereka tidak harus memilih mereka bisa datang padaku atau ayahnya kapan saja mereka inginkan. 3 bulan setelah perceraian. Matahari pagi menyapa dengan lembut, menyapa aku yang baru saja bangun dari tidur. Cahaya mentari menembus celah gorden tipis, menari-nari di dinding kamar. Aku tersenyum. Udara pagi di kota ini terasa segar, berbeda dengan hiruk pikuk Jakarta yang selalu mencengkeram jiwa. Aku menghirup udara dalam-dalam, mencoba menikmati ketenangan yang selama ini kucari. Ini adalah hari ke-100 sejak aku meninggalkan Hengky. 100 hari yang terasa begitu singkat, namun begitu penuh makna. 100 hari yang mengajar
Mentari pagi menyapa dengan lembut, udara segar masuk melalui tirai jendela kamar hotelku yang mewah. Aku tertidur pulas dalam mimpi yang tenang untuk pertama kalinya tidak harus terbangun oleh alarm dan segera melakukan rutinitas pagi untuk menyiapkan sarapan anggota keluarga. Untuk pertama kalinya aku bisa bernapas dan tidur tenang untuk diriku sendiri. Setelah bangkit dari tempat tidur aku membuka jendela dan menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara pantai yang menyegarkan seakan ingin menyingkirkan segala beban yang selama ini menumpuk di hatiku. Aku tahu persis meski aku sudah berumur 40 tahun tapi aku masih memiliki paras yang menawan serta tubuh yang sehat. Mungkin aku harus memutuskan untuk pergi dan memulai kehidupanku sendiri. Aku tahu ada konsekuensi saat harus meninggalkan rumah dan meninggalkan Mas Hengky, saat suamiku tak kunjung memberikan kebahagiaan dan malah menambah kerumitan kuputuskan untuk mencari kebahagiaanku sendiri. Ditambah sekarang Cantika sudah hadir
Melihat uminya Nathan pergi begitu saja aku jadi panik dan gelisah. Aku tahu ada perubahan dalam gesture wajah dan tatapan matanya saat dia menyeret kopernya pergi. Wanita itu seakan bukan istriku, dia butuh kemerdekaan dari hubungannya denganku, dan aku tahu persis Haifa mulai ingin lepas dari semua ini.Hanya aku yang bisa menyelamatkan keadaan dan keluargaku bila aku tidak bisa berpikir bijak dan bertindak maka aku akan kehilangan kedua wanita itu. Bahkan anak-anak dan keluargaku.**Aku terbangun dengan perasaan hampa yang menggerogoti hati, ketidakhadiran Haifa dan kekosongan kamar ini menularkan dingin dan kosong ke hatiku. Rumah kopi yang biasa diseduh hari haifa hari ini tidak tercium. Sana rumah terasa sepi dan hampa, saya akan tempat ini hanya kuburan saja. Saya turun ke lantai bawah dan menuju ke meja makan, tidak ada apapun di sana. Tidak ada secangkir kopi atau sarapan yang dibuat dengan penuh cinta, atau hal yang paling sederhana satuan Haifa yang selalu membangkitkan
"Aku mulai mengerti maksud perkataan Mbak Haifa sekarang!"Bahkan setelah aku tiba di kamar utama, masih kudengar percakapan antara Cantika dan Mas Hengky di teras rumah. Wanita itu belum pergi juga dan masih sibuk mengumbar kemarahannya pada suamiku. "Aku mengerti bahwa Mbak Haifa ingin aku menyingkir sendiri dari hubungan kalian! Dia ingin mendorongku untuk meninggalkanmu!" "Sudahlah, Jangan salah paham begitu! Haifa sedang marah jadi dia tidak tahu apa yang dia ucapkan." "Aku tidak salah paham Mas...dia mengatakannya dengan jelas, aku memang benalu, aku merusak segalanya tapi aku tidak meragukan perasaanku padamu. Aku tulus Mas!" Dia mulai menangis sementara aku menatapnya dari jendela balkon lantai dua."... Aku tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukaiku, dan aku tidak berdaya mengendalikan keadaan selanjutnya. Istrimu akan terus mengganggu hidupku, merusak suasana dan menimbulkan kekacauan dalam keluargaku. Dia akan memberikan pembalasan dendam yang pantas untuk perbuatanku
Suasana tiba-tiba berubah menjadi begitu canggung dan memalukan, wanita itu hanya tersenyum canggung sambil memegang bagian belakang lehernya. "Maaf, boleh saya pergi.""Bagaimana kabar Cantika? Tempo hari dia datang ke rumah dan memaksa kami untuk membagi waktu dengan adil. Dia juga mengancam akan membuat aku dan suamiku bercerai bila Mas Hengky tidak menuruti keinginannya.""Kurasa kau tidak perlu membahas ini di tempat umum," desis wanita itu."Memang tidak boleh, tapi aku tidak pernah punya kesempatan bertemu denganmu. Kau harus tahu perilaku anakmu Dan mungkin kau akan memperbaikinya.""Aku sudah sering bicara pada Cantika.""Berhasil mendapatkan suamiku saja dia belum puas, dia ingin menguasai semuanya," ujarku yang membuat sahabatku Sabrina langsung menggenggam tangan ini dan mengajakku mundur. "Hehe, sudah sudah, nanti bicara lagi, banyak orang yang belum kita temui, mari kita membaur," ajak Sabrina sambil menyeretku menjauh. Suasana benar-benar sudah tidak nyaman karena or
Berkat kemarahan itu seisi rumah menjadi begitu hening, anak-anak tetap di kamarnya dan aku juga masih setia di peraduanku. Membaca buku dan bermain ponsel. Aku mengabaikan keberadaan Mas Hengky yang biasanya selalu ingin ditemani untuk menghabiskan waktu dan menonton TV. Di hari-hari biasa kami akan berkumpul di ruang keluarga, bercanda tertawa dan berbagi cerita, tapi sekarang suasananya berubah, terbalik seakan-akan aku dan dia tak begitu saling mengenal, anak-anak kami hanya seperti anak-anak yang kebetulan datang ke dunia ini, seperti tidak terlalu dekat pada ayah dan ibunya. Brak!Suara pintu terbuka keras, Aku menoleh dan mendapati suamiku berdiri di sana. Dia menatapku sambil berkacak pinggang dan menghela nafasnya. "Apa kemarahanmu sudah reda?""Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti bagaimana kehidupan kalian setelah ini. Rumah ini berubah jadi kuburan dan dapur tidak berisi makanan. Aku lapar.""Kamu bisa pesan makanan karena anak-anak sudah pesan makanan untuk diri mere
"Jadi bagaimana selanjutnya?" tanya Irwan."Ah, entahlah, aku akan mencoba membicarakan ini dengan anak-anak." "Ada banyak yang menunggu cinta dan dirimu, Mengapa kau harus terjebak dengan lelaki tak tahu diuntung. Sekalipun dia tampan dan banyak uang bila hatimu tersiksa apakah pantas hidup dalam kesengsaraan?""Kau benar.""Aku bersedia menampung hatimu," ujarnya tergelak, aku juga tertawa. "Aku juga pria lajang yang mapan, aku tidak punya anak yang akan jadi beban atau mantan istri yang akan membayangi pernikahanku dengan istriku nanti," lanjutnya sambil tertawa ngakak. Aku hanya menggeleng samar sambil tersenyum padanya.Selagi kami tertawa, rupanya Ada Mas Hengky di sana, entah kenapa lelaki itu mampir di swalayan dan kebetulan melihatku sedang berbincang dengan teman SMAku itu. Melihat kami tertawa bahagia Mas Hengky membulatkan mata dan melotot padaku. Bersegera lelaki itu masuk ke dalam toko ritel tersebut dan menyambangi kami. "Kau bicara dengan siapa?" tanya suamiku sambil
Melihatnya bersungut Aku makin emosi, sudah tahu dia telah mempermalukan kami dan membuat keributan tapi tingkahnya seakan-akan dia tidak bersalah. Begitu pula pandangannya terhadap mas Hengki, tak mudah itu memandang suamiku dengan cara yang rendah, seakan-akan dia adalah ratu di dunia ini. "Perbuatanmu sudah keterlaluan, jika kau mengulanginya aku akan membuat Mas Hengky meninggalkanmu!"wanita itu hanya tertawa malah dia mengejekku dengan mengajak suamiku pulang. "Mas, mau kan pulang sama aku!""Kalau kayak gini ...aku makin nggak tahan sama kamu.""Kok gitu sih...""Dulu kamu janji akan jadi istri yang baik dan saudara untuk istriku. Pengertian juga pada anak-anakku Tapi sekarang kau menciptakan masalah demi masalah tiap harinya. Aku tak tahan Cantika!""Mas, aku bisa memperbaiki keadaan ini kok, setelah anak-anakmu menerima kehadiranku dan mau akrab, tidak akan ada masalah di antara kita, aku janji.""Bagaimana mau akrab, kalau tingkahmu sangat keterlaluan!" jawab Betari."Kau t
Setelah kemarahanku Nathan, aku dan Betari berusaha untuk memberi pengertian kepada Mas Hengky agar membawa Cantika kembali pulang ke rumahnya. Aku tidak mau ada drama dalam rumah ini dan keributan yang bisa jadi gunjingan tetangga, Aku lelah dengan semua drama itu."Tolong bicara dengannya aku akan bicara pada anakku," ujarku sambil memberi isyarat agar Betari mengikutiku. Mas hengki sendiri membawa Cantika pergi ke teras.Di lantai dua, di ruang keluarga tempat biasanya kami sekeluarga berkumpul dan menghabiskan waktu, anakku terlihat cemberut di sana, dia berusaha menenangkan dirinya dan masih nampak sekali ketegangan di wajah itu. "Nathan... Aku minta maaf atas semua yang terjadi. Umi tidak tahu apa yang Umi harus lakukan agar semua drama ini berakhir.""Berikan saja apa yang wanita itu inginkan sehingga kita semua bisa hidup dengan tentram.""Maksud kakak agar Umi mengalah dan menyerahkan abi kepada Cantika.""Jika Umi bertahan maka cantik akan terus merongrong kehidupan kita."