Share

5.

"akan kualihkan seluruh harta dan penghasilanku kepadamu, tapi jangan beritahu anak-anak dan keluarga. Tolong jagalah rahasia?"

"Hanya itu?"

"Ya.

"Jadi kau hanya memikirkan kemaslahatan dirimu, reputasi nama baik dan kehormatanmu?"

Lelaki mendesah tidak berdaya. Aku terkejut karena dia sama sekali tidak memikirkan hatiku, dia sama sekali tidak berusaha agar aku memaafkannya, memberiku penjelasan yang layak kuterima dan bisa kupercayai adanya. Dia menganggap semuanya remeh.

"Aku memang mencintaimu, aku tidak pernah marah atau berteriak padamu, tapi jangan manfaatkan kebaikanku! Aku bersikap lembut karena itulah sifatku, bukan karena takut padamu!"

"Aku tak bermaksud melunjak tapi..."

"Harusnya kau minta maaf atas perbuatanmu yang menjijikkan! kau menghancurkan hati dan menghianati keluarga ini. Kau juga mematahkan perasaanku." Aku pun mulai tersulut emoji.

"Maafkan aku, aku mohon Haifa."

"Terima kasih, terima kasih untuk kejutan hari ini yang sangat luar biasa. Aku berdoa agar kesadaranmu terbuka dan kau tidak mengulangi semuanya."

**

Lalu setelah percakapan itu, suasana rumah menjadi lebih hening, suamiku jadi lebih pendiam, tidak manja seperti biasa, tidak lagi sering bercanda tawa, atau serba minta dan dilayani. Dia seperti menghindar dan ingin jauh dari kemarahanku.

Bahkan saat kami makan bersama dia memilih untuk makan paling akhir, agar dia tidak perlu berpapasan denganku.

Dan saat semuanya masih terlihat kondusif tiba-tiba Cantika menelepon diriku.

"Mba, sudah dua hari dan Mas Hengky masih menghindariku. Tolong aku."

"Kau telah berkenalan dengan suamiku, dekat dan mau menjalin hubungan dengannya. Kau dan segala kesadaranmu telah menerima rayuan dan sepakat mencintainya, lalu mengapakah, saat sulit kau merepotkanku. Aku tidak mau terlibat!"

"Kamu adalah istrinya, hanya kamu yang akan didengarkan oleh Mas Hengki, Mba."

"Bagaimana kalau dia tetap tidak dengar?"

"Tolong bujuklah mba." wanita itu mulai merengek lagi. Sementara aku tak tahu solusi apa yang bisa kutawarkan.

Bagaimana caraku menjauhkan wanita itu dari sekitar keluarga kami. Kehadirannya seperti badai, kedatangannya adalah sebuah musibah dan seperti hukuman bagi semua dosa-dosaku.

Apa yang telah kulakukan di kehidupan sebelumnya sampai mendapatkan ujian seberat ini.

"Aku ingin minta baik-baik padamu, agar kau dan aku sama-sama terselamatkan."

"Apa itu?" Tanyanya dari seberang sana.

"Ini kehormatanmu sebaiknya kau jauhi suamiku. Aku tidak mengatakan ini karena aku sangat tergila-gila padanya, Aku mengatakan ini demi anak-anakku dan keluarga besar kami."

"Jadi kau menolak membantuku?" tanyanya yang terdengar mulai mengancamku.

"Aku tidak menolakmu, aku malah sedang menawarkan hal terbaik untuk kita berdua."

"Jika anak dan keluarga adalah kelemahanmu maka akan ku beritahu yang sebenarnya pada mereka!"

"Kau hanya mempermalukan dirimu dan mengundang masalah baru. Tolong berpikirlah dengan bijak. Anak-anak tak akan terima seorang wanita baru mengaku sebagai kekasih ayahnya, pun, keluarga besar kami hanya akan menatapmu dengan jijik, karena kau akan dianggap sebagai perusak!"

"Aku sudah bilang aku menolak diabaikan setelah ia menikmati tubuhku, aku menolak ditinggalkan mengingat janji yang pernah dia berikan!"

"Salahmu sendiri membuka pakaian untuk suami orang. Aku tidak bisa membantumu. Kaulah yang harus berjuang dan meyakinkannya agar meninggalkan keluarganya demi kamu. Aku ingin melihat juga suamiku memilih siapa!"

Lalu setelah itu kumatikan ponselnya, sudah tidak perlu banyak bicara lagi. Banyak bicara akan mengikis kesabaran dan membuatku kehilangan akal. Aku mungkin akan mulai emosi dan mencarinya, dan jika berhasil kutemukan aku mungkin akan menghilangkan nyawanya. Jadi, demi semua itu tidak terjadi, sebaiknya aku tidak banyak bicara dengannya.

Namun, dari manakah wanita itu mendapatkan nomor ponselku. Gejolak apa yang akan dia timbulkan bila dia berani mempublikasikan dirinya sebagai bagian dari hidup suamiku. Musibah apa yang akan di bawahnya, aib sebesar apa, serta sampai mana berita itu akan tersebar. Semuanya akan terdengar ke komplek perumahan, lingkungan pekerjaan suami dan lingkungan pengajian serta arisanku. Semua juga akan ketahuan oleh keluarga dan anak-anakku.

Ini sungguh tidak bisa dibiarkan.

*

Saat lelaki itu bergabung denganku di peraduan dan mematikan lampu, serta membaringkan dirinya diselimut yang sama denganku. Aku mulai bertanya padanya.

"Jadi dengan siapakah kau ingin menghabiskan sisa hidupmu?"

"Tentu denganmu, Cantika hanya selingan, aku tidak punya perasaan apapun padanya. Jadi tolong tenanglah."

Beraninya dia bilang begitu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status