DIA TAK TERIMA DITINGGALKAN.
** Aku yang masih kaget dan gemetar terkejut dengan kedatangan Mas Hengky, begitu pula dengan gadis bernama Cantika, gadis dengan rambut tergerai dan baju panjangnya yang elegan. Untuk beberapa detik suamiku membeku, sepertinya dia tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi di rumah kami. "Mas akhirnya aku temuin kamu juga di sini!" Cantika langsung berdiri dan mendekat ke arah Mas Hengki. Wanita itu menghapus air matanya dan berusaha menyunggingkan senyum yang manis. Hal berbeda malah terjadi, dia yang didekati langsung bersurut, seakan menjaga jarak dan pura-pura tidak kenal, Mas Hengky memasang wajah begitu dingin kepada Cantika. "Apa yang kamu lakukan di sini?" "Aku ga punya pilihan lain, Mas. Kamu sulit dihubungi." Wanita itu memelas dan seakan sedikit takut dengan Mas Hengky. "Ayo pergi dari sini!" Tiba-tiba Mas Hengky menarik siku wanita itu, lelakiku menyeretnya menuju ke gerbang rumah dan hendak mengusirnya. Tapi wanita berkaftan warna pink itu juga memberontak dan bertahan. "Tunggu, ga bisa mas! Kamu nggak bisa nyingkirin aku seperti ini demi jagain perasaan istri kamu. Sudah lama kamu janjiin pernikahan dan bilang mau pisah dengan dia! Mana buktinya!" "Cantika, diam!" Mas Hengki membentak dan nyaris menampar wanita itu tapi tangannya mengambang ke udara, aku yang terkejut makin terkejut saja begitu mendengar kata pisah dari bibir Cantika. Jadi, selama ini suamiku merayunya dan menjanjikan perceraian kami, demi meyakinkan agar si cantik itu tetap mau bersamanya? Ah, Aku kehilangan kata-kata. "Kamu mau pukul aku Mas? Beraninya kamu,", desis wanita itu. "Aku bilang kita bisa bicara nanti, Kenapa kau datang ke sini? Lagipula baju apa yang kau pakai ini?"Mas Hengky meremas rambutnya sendiri dan nampak menahan kemarahannya. Dia menatap Cantika dari atas ke bawah dengan ekspresi seakan menjijikkan, "Aku sudah bilang jangan ganggu keluargaku!" bisiknya dengan penekanan yang amat tegang. "Setelah menikmati manisnya madu kau buang ampasnya dengan mudah?" air mata wanita itu mulai meleleh di pipinya, aku bisa bayangkan seseorang ditinggal saat dia begitu mencintai kekasihnya bisa begitu menyakitkan. "Bodohnya, aku percaya semua ucapanmu Mas." Seperti tayangan drama yang ada di televisi aku hanya bisa menyaksikan dengan mulut terbuka, hatiku sakit tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku ingin menyala diantara percakapan mereka berdua tapi aku menahan diriku dan membiarkan ada ruang diantara suamiku dan apa sebutan yang pantas untuk wanita itu....hewan peliharaankah? "Kalau kamu terus berbuat sesuka hatimu lebih baik kita..." "Aku nggak mau mengakhiri hubungan ini, aku nggak mau diabaikan! Aku menolak ditinggalkan!" secepat itu Cantika menyela perkataan suamiku. "Sebaiknya kamu pergi!" Desis suamiku sambil mengarahkan kedua tangannya kepada wanita itu. "Kita ketemu nanti!" "Sekarang aja Mas sekalian Mbak Haifa dengar!" "Tapi, anak-anakku ada di sini dan akan terjadi kehebohan! Tolong pergilah, dengan penuh hormat!" Hengky mengusir wanita itu dengan kasar. "Mbak... tolong aku... aku tahu aku bersalah tapi tolong pikirkan jika hal yang sama terjadi pada anakmu!" Aku kaget sangat cantik kau minta tolong padaku dia berlari dan memegang kedua tangan ini lalu menangis tersedu-sedu. Dia berlutut dan menangis seakan seluruh dunia ini sudah hancur dan rasa putus asa yang ada di wajahnya itu tidak bisa ditutupi. "Sebagai wanita yang punya martabat seharusnya kau...." "Aku bersalah karena percaya padanya, tolong bicaralah pada masa Hengky dan Tolong jangan halangi dia untuk bertanggung jawab!" "Apa?" Aku tercengang begitu dia bilang kalau aku akan menghalangi suamiku dengan segala niat dan rencananya. "Bisa secepat itu kamu menghakimi? Bahkan aku belum sempat bicara dengan suamiku!" "Mbak, biarkan dia menikahiku. Siapa tahu aku juga sudah hamil!" "Apa?" Terbelalak diri ini seakan jantungku dirampas paksa dari rongga dada, menelan ludah pun sulit seakan menelan duri begitu mendengar ucapan cantika. "Ayo pergi!" Mas Hengky yang merasa situasi sudah tidak kondusif menarik paksa wanita itu untuk berdiri dari hadapanku, dia menyeretnya dan memaksanya untuk masuk ke mobil. "Ga mau Mas!" Dia berontak sementara aku sendiri khawatir kalau Betari akan terbangun dan menyaksikan semua drama ini. Putriku yang masih duduk di kelas 3 SMA itu akan syok begitu mengetahui kalau Cinta pertamanya punya simpanan yang sangat cantik. Anakku pasti akan sangat membenci ayahnya. Mas Hengky memasukkan wanita itu ke dalam mobil lalu segera meluncur pergi bersamanya. Aku hanya menyaksikan semua itu dengan kaki gemetar, hilang kata-kata serta sensasi kaget membuat kepalaku membeku dan aku hanya bisa tercengang. Jadi itu yang dilakukannya sepanjang Minggu, dia bilang dia sibuk dengan semua tetek bengek pekerjaan, ternyata itu semua hanya sandiwara dan kebohongan. Berapa banyak waktu yang dihabiskan, berapa banyak uang yang dibelanjakan untuk menunjang kecantikan dan penampilan wanita itu, dan berapa banyak kesempatan yang ia lewatkan untuk bersama istri dan keluarganya! Jika dia telah memanjakan wanita itu sedemikian rupa, lalu aku ini apa? Masihkah aku berharga di matanya, atau aku hanya pengurus rumah tangga yang dikontrak dengan pernikahan untuk membesarkan anak-anak dan melayaninya. Masihkah pernikahan ini pantas disebut pernikahan?"Mi, Siapa tadi yang kedengaran nangis?" Betari yang baru saja bangun turun dari kamarnya dan mendekati diri ini yang masih duduk di ruang makan. Kaget yang melanda hati membuatku tidak fokus dan lupa apa yang harus kukerjakan, biasanya rutinitasku di pagi hari cukup padat, mulai dari membersihkan rumah menyiapkan makanan dan menyiram tanaman. Tapi di sinilah aku sekarang, duduk menyendiri dan mencoba menata hatiku yang terus berdebar. Menanggapi kenyataan bahwa tiba-tiba seorang wanita cantik mencari suamiku dan mengaku sebagai kekasihnya, aku tak serta-merta menangis dan histeris, aku butuh penjelasan lebih logis dan konfirmasi ulang, apakah benar suamiku memang punya hubungan ataukah wanita itu hanya datang dan mengaku-ngaku demi merusak hubungan kami. Tapi, Jika dia memang seniat itu untuk merusak keluarga orang, apa keuntungannya? Mustahil dia berbohong apalagi sampai bersujud dan memelas menangis. Aku kasihan padanya, dalam konteks bagi wanita cantik dan terlihat berpendidika
"aku sudah jelaskan kalau Cantika hanya pegawai magang dan aku selalu bersikap baik padanya. Mungkin dia salah mengartikan sikapku.""Dia bukan anak kecil mas. Dia pasti bisa bedakan mana kebaikan yang biasa dan mana hal yang disebutnya sebagai hubungan. Hai jujur saja sebelum aku lelah mendengarnya," ujarku sambil masih tetap tenang, kutatap wajah lelaki itu dengan seksama, ia terlihat terintimidasi dengan cara pandangku. "Penjelasan Apa yang kau harapkan?""Untuk apa ditutup-tutupi, rutinitas akhir pekan yang selalu kau anggap sebagai hiburan pribadi dan me time adalah perselingkuhan Mas?" "Aku mohon Haifa ..." Lelaki itu langsung duduk di hadapanku dan mencoba menggenggam tangan ini. Cincin pernikahan yang melingkar di jariku masih berkilauan, dan membuatnya tertegun sesaat seolah menyadari sesuatu. Dia memandangku dan jemariku secara bergantian lalu dia duduk dengan ekspresi putus asa. "Aku telah mengenalmu selama 20 tahun terakhir, tak lucu rasanya menyembunyikan kebohongan,
"akan kualihkan seluruh harta dan penghasilanku kepadamu, tapi jangan beritahu anak-anak dan keluarga. Tolong jagalah rahasia?""Hanya itu?""Ya."Jadi kau hanya memikirkan kemaslahatan dirimu, reputasi nama baik dan kehormatanmu?"Lelaki mendesah tidak berdaya. Aku terkejut karena dia sama sekali tidak memikirkan hatiku, dia sama sekali tidak berusaha agar aku memaafkannya, memberiku penjelasan yang layak kuterima dan bisa kupercayai adanya. Dia menganggap semuanya remeh. "Aku memang mencintaimu, aku tidak pernah marah atau berteriak padamu, tapi jangan manfaatkan kebaikanku! Aku bersikap lembut karena itulah sifatku, bukan karena takut padamu!""Aku tak bermaksud melunjak tapi...""Harusnya kau minta maaf atas perbuatanmu yang menjijikkan! kau menghancurkan hati dan menghianati keluarga ini. Kau juga mematahkan perasaanku." Aku pun mulai tersulut emoji."Maafkan aku, aku mohon Haifa.""Terima kasih, terima kasih untuk kejutan hari ini yang sangat luar biasa. Aku berdoa agar kesada
Terbangun di pagi hari dan menyadari kalau tempat tidurku sudah sepi, hanya jejak bekas tidur Mas Hengki yang masih terasa, aroma tubuh dan parfumnya masih tertinggal di bantal. Entah kenapa, setiap kali meninggalkan tempat tidur, tiap kali meninggalkan rumah, dia tak lagi berpamitan dan mencium diri ini. Aku meringkuk sambil merangkul diri, kasur ini terasa dingin, dengan gaun tidur yang masih melekat, aku tetap merasa dingin dan kesepian. Jujur saja, aku merindukan kasih sayang. Aku merindukan suamiku, bukan hanya sosoknya... aku merindukan dia yang dulu, yang romantis dan penuh cinta.Kupejam mata sembari mencoba mengingat kembali kapan terakhir kali ranjang kami memanas oleh cinta dan pergumulan penuh kasih antara aku dan dia. Dan ya, itu sudah lama, lama sekali bahkan, sampai aku lupa bahwa aku juga wanita biasa yang memerlukan perhatian dan cinta. Andai kami tidak terlalu sibuk dengan rutinitas masing-masing, mungkin ini tidak akan terjadi. Andai aku mampu mengisi kekosongan
Setelah Gadis itu pergi, suamiku terlihat menghela nafas, pria yang terlihat masih tegang itu, mengajak rambutnya sambil menggerutu frustasi. "Arrrggg, sial!"Tapi betapa terkejutnya dia saat lelaki itu membalikkan badan karena aku tepat berada di belakangnya sambil membawa kotak bekal. Pria itu terperanjat, kaget dan langsung pucat."Eh, umi, sejak kapan umi di situ?""Sejak tadi.""Se-sejak kapan?""Sejak kau bertengkar dengan Cantika!""Ta-ta-tapi kenapa tidak memanggilku?" Tanya lelaki gugup itu dengan gagap, dia kelabakan dan gemetar, khawatir kalau aku akan berteriak dan memarahinya. "Aku sudah mengusirnya, aku sudah bilang jangan mencariku ke sini tapi dia terus datang.""Aku tidak khawatir tentang diriku sendiri tapi aku tapi memikirkan penilaian orang lain dan apa yang akan dibicarakan mereka tentang dirimu. Kupikir, saat seorang pria paruh baya, dikejar oleh gadis yang jauh lebih muda bahkan seumuran anaknya. Kira kira ... Itu karena apa?""Dia sendiri yang gila Haifa, aku
Aku pulang, membawa hati dengan sejuta luka yang menyakitkan. Karena tak sanggup menahan kesedihan kuhentikan motor di salah satu tempat sepi, kutumpahkan tangis yang sejak tadi menggumpal di dada sepuasnya."Ah, ya Allah, kenapa harus sesakit ini?"Betapa teganya suamiku, teganya dia mengkhianati dan memperlihatkan hubungannya pada orang tuanya, sementara aku sama sekali tak tahu apa apa." Aku merutuk dan menangisi kemalanganku.Selepas melegakan hati dan mengusap air mataKutemui ibuku yang sejak tadi nampak gelisah menunggu di rumah."Bagaimana?" tanya beliau dengan ekspresi penuh penasaran."Hhmm, hubungan mereka sudah jauh Bu, seserahan sudah siap, mereka akan menikah." Kuhenyakkan diri di sofa sambil menyandar lesu dan menyeka air mataku."Apa?! kurang ajar ...." Ibu langsung memberingas dan memberikan Hafiz padaku."Biar Ibu yang menemui mereka, dasar kurang ajar!"Ibu menyinsingkan lengan baju dan mengambil dompetnya bersiap pergi."Tapi, Bu, pergi dan membuat keributan ak
Tanpa sengaja air mataku berderai, lututku gemetar dan aku berusaha membekap mulutku dengan kedua tangan, menghalau tangisanku agar tidak pecah dan terdengar oleh penghuni rumah. Aku tidak kuasa melihat benda berwarna merah marun yang teronggok di lantai kamarku itu. Aku merasa jijik menyentuhnya dan segera kulempar tapi aku tak bisa menepis fakta bahwa mereka memang melakukan sesuatu sebelum jam pulang kerja dan sebelum aku memukul wanita itu di tepi hutan. Aku rasa ini kan berusaha memprovokasi dan cari gara-gara denganku sehingga dia punya celah untuk masuk dan memanasi suamiku sehingga hubungan kami keruh.Ada tabir tipis antara penipuan dan rasa cinta yang sesungguhnya. Jika diperhatikan saat suamiku mengutarakan cinta padaku dia mengatakannya dengan begitu tulus jujur dan tatapan matanya benar-benar menunjukkan kalau dia mengatakan yang dia rasakan. Tapi saat aku menyaksikan dia mengatakan hal yang sama kepada Niken, maka aku tersadar, bahwa suamiku memang pandai bersandiwa
Setelah berakhir berbalas pesan dengan Cantika, kebetulan saat itu suamiku pulang, dia masuk ke dalam rumah dengan gontai. Setelah kejadian perselingkuhan itu terungkap jarang sekali aku dan Mas Hengki saling tersenyum bahagia dan merangkul. Dulu kehidupan kami penuh cinta, romantis dan sarat canda tawa. Sekarang, rumah ini sangat hening dan bahkan aku dan dia lebih banyak saling mendiamkan. Saat aku dan Mas Hengky saling bertatapan, dia yang gontai dan aku yang cemberut, saling mengalihkan pandangan kami ke arah lain. Situasi kehadiran Cantika dalam kehidupan kami merubah segalanya. Dulunya harmonis sekarang bermusuhan. "Dia menolak bujukanku, meski aku telah memberinya pengertian bahwa aku dan dia tidak bisa saling memaksa untuk bersama, tapi wanita itu malah meraung!"Lucu, suamiku curhat padaku tentang pacarnya, tentang rubiknya hubungan mereka yang ingin segera diakhirnya. Tentang segalanya yang makin kacau saja. "Hahaha." Aku tertawa, bola mataku sakit dan memanas, aku i