Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.
Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sekolah agar tetap aman dan tidak terjadi apa-apa.
Melihat adanya sedikit kegiatan yang bukan berasal dari peserta membuat para peserta lainnya penasaran dan menuju area lokasi Ajup yang sedang di data pemuda setempat.
Seketika memerah, tak tau harus menjawab apa jika ada yang bertanya, jika asa yang tau itu adalah kekasihnya. Hanya Sasha yang tak mau kesana karena takut diketahui oleh pihak sekolah. Kekhawatirannya semakin bertambah, bukan hanya kesal tapi ini sudah memalukan.
Kekonyolan Ajup itu harusnya ia pertimbangkan dulu sebelum menuju lokasi ini, aku sudah besar dan aku tidak sendirian aku bersama sekolah dan teman-teman ia yak pantas bertingkah nekat dengan alasan peduli dan khawatir. Ucapnya dalam hati.
Ella tau kondisi temannya itu yang tak baik-baik saja, bahkan Ella juga khawatir dengan Ajup yang juga temannya di ketahui oleh pihak sekolah keberadaannya dan dipermasalahkan. Hingga malam menyelimuti desa, lampu-lampu perkemahan sudah mulai muncul dan mengeluarkan cahaya, bunyi-bunyian speaker yang diatur panitia untuk persiapan acara selanjutnya sudah terdengar sibuk akan tetapi itu semua tidak mengganggu fikiran Sasha yang hanya memikirkan nasib Ajup dan dirinya jika sampai hal ini terungkap.
Sekelompok pemuda itu melaporkan kepada pihak panitia sekolah bahwasannya ada satu tenda tambahan yang sengaja di masukkan ke area perkemahan dengan alasan keamanan dan terpantau oleh penjagaan. Syukurnya hal ini tidak membuat pihak sekolah curiga dan hanya menganggap itu adalah bagian pemuda setempat.
"Bersyukurlah kita aman, untuk selanjutnya kamu jangan dulu temui aku, cukup lihat dari kejauhan! Jika perlu bertemulah disaat dan di tempat yang tidak diketahui siapapun!" Ungkap Sasha kepada Ajup di halaman belakang area perkemahan disaat semua peserta berada di tengah lapangan untuk menyantap makan malam.
"Malam ini adalah malam terakhir kita disini, saya harap seluruh peserta menikmati dan bisa mengambil pelajaran dari seluruh kegiatan yang kita lakukan selama tiga hari ini, setelah ini kita akan melaksanakan acara nonton bareng dan besok pagi para peserta di perbolehkan mengunjungi pengolahan lokal teh dan membelinya sebagai buah tangan yang langsung dari kebunnya, selamat menikmati makan malamnya dan selamat menonton," ucap kepala sekolah.
Pemutaran vidio singkat dokumentasi sekolah angkatan saat itu mengawali acara nonton bareng malam itu..
Seluruh siswa-siswi peserta menikmati jalannya film dokumentasi sekolah, hal-hal lucu dari kegiatan para siswa-siswi yang tanpa diketahui pengambilan vidionya membuat gelak tawa tak tertahankan malam itu, hingga vidio para guru yang kocak juga dipertontonkan.
"Nah itu kamu! Hahahahaha kamu ngapain seperti itu?! Enak banget ngupilnya!" Ucap Chan kepada wanitanya yang tak sengaja tersorot kamera sedang mengupil di dalam kelas dengan gelak tawa yang tak tertahankan.
"Kamu jangan gitu, malu ih!" Jawab wanita itu dengan wajah memerah dan tak kuasa menahan malu.
Alif yang baru saja mulai dekat dengan Wendi dengan asyiknya duduk berdua di barisan paling belakang, kekonyolan vidio dokumentasi hanyalah alasan Alif tertawa dan memancing Wendi tertawa, ia hanya senang melihat tawa wanita pujaannya itu.
Sementara Sasha yang sudah kembali dari halaman belakang area perkemahan langsung menuju tempat Ella berada dan seolah tidak terjadi apa-apa.
Fuhhh…, begitulah hembusan rokok yang disertai hembusan nafas Ajup yang memikirkan kenapa semuanya bisa jadi seperti ini. Niatnya membuat Sasha senang dengan kedatangannya yang menandakan kepeduliannya, akan tetapi malah menjadi keterbalikan yang membuatnya terpojok. Kepulan demi kepulan asap terus menjulang ke atas, tiga batang rokok pun habis dihisap Ajup yang tetap tinggal dan duduk sementara waktu di halaman belakang area perkemahan hingga acarapun usai. Memandang malam yang dihiasi bintang-bintang, angin lembut yang menyapa membuat fikirannya sedikit berkurang. Tak lama terdengar…
Suara teriak wanita tak terkendali, suara langkah kaki panik dan suara gemuruhan orang yang mulai berkumpul di tengah lapangan kembali setelah beberapa menit yang lalu diperintahkan untuk istirahat dan kembali ke tenda. Ya, ada yang kesurupan, dimulai satu orang hingga menjadi tiga orang di tenda wanita. Suara ribut itu membuat peserta lainnya ketakutan dan ada juga yang penasaran, panitia berusaha menenangkan para peserta yang panik dan ketakutan.
Mendengar keributab itu membuat Ajup tanpa pikir panjang langsung menuju ke tempat Sasha berada, dari kejauhan terlihat Ajup yang menuju ke arahnya Sasha yang saat itu juga panik dan ketakutan langsung menajamkan matanya seolah berkata untuk tidak menemuinya dan segeralah ke tenda mu.
Tiga jam berlalu, peserta yang tadinya dirasuki makhluk halus sudah mulai tenang dan tertidur, suasana kembali tenang dan para peserta mulai memasuki tendanya masing-masing. Masalah tak kunjung habis, ta satu, dua orang yang mengeluh dan mencari barangnya yang tiba-tiba hilang dan tak ada lagi di dalam tenda. Ternyata disaat seluruh peserta di panikkan dengan kejadian tadi membuat pencuri yang entah dari lokasi pedesaan atau dari peserta lain merasa memiliki kesempatan untuk melancarkan aksinya. Seluruh peserta sesegera mungkin memeriksa barang bawaannya untuk memastikan tidak ada satupun yang hilang.
Kejadian ini membuat peserta pria dan panitia bergantian untuk berjaga di malam terakhir itu agar tidak terjadi lagi kehilangan.
Malam terus berlalu, penjagaan terus bergilir, hingga Chan dan Alif dibangunkan untuk melakukan penjagaan selanjutnya. Baru saja menduduki tempat penjagaan terdengar gemuruh awan hitam dan langsung disusul hujan deras disertai angin kencang yang membuat Chan dan Alif langsung masuk kembali ke dalam tenda.
"Sepertinya kita berjaga dari sini saja," ucap Chan yang memeluk tangannya tak kuat menahan dinginnya udara.
"Ya mau gimana hujan gini, ya pastilah didalam sini kita melakukan penjagaan, sedangkan disini saja kamu kedinginan," jawab nyeleneh Alif.
Ditengah dinginnya malam itu seketika terlintas momen indah pria itu dua hari yang lalu di hari pertama ia menginjaki kakinya di area perkemahan ini, teringat indah wanitanya membuat ia ingin menemuinya dan memeluknya.
"Hei! Kenapa melamun?" Tanya Alif yang mengejutkan pria itu.
"Dingin tau!" Jawab pria itu penuh alasan.
Disisi lain Lily tak bisa tidur yang juga teringat dengan kejadian itu, tetapi ini kebalikan dari yang pria itu rasakan dimana ingatan itu mengundang kembali trauma yang ia rasakan malam itu.
Cahaya lembut masuk dari sela-sela jendela tenda yang telah dibuka membuat Chan yang baru saja tidur selepas penjagaannya kembali terbangun. Udara segar yang terhirup membuat ia sesegera mungkin berdiri dan menuju toilet untuk mencuci muka karena ia ingin mengujungi wanita pujaannya itu.
"Hai, apakabar? Kamu mah enak bisa tidur nyenyak, sedangkan aku harus berjaga," sapa Chan sembari berjalan menuju wanitanya.
Namun wanitanya itu hanya diam tanpa kata membalas sapa prianya itu. Dengan penuh tanda tanya didalam kepala pria itu tentang wanitanya yang mengacuhkannya.
"Kamu kenapa? Aku ada salah ya? Maafin aku ya," ucap pria itu kepada Lily dengan perasaan tak enak.
"Aku tak apa, hanya masuk angin setelah hujan tadi malam dan angin kencang," jawab dingin wanita itu.
Tetapi itu tak membuatnya puas dengan jawaban wanita itu. Ia kembali merasakan dan mengingat-ingat apa saja yang sudah ia lakukan dengan wanita itu tadi malam, apakah ada yang membuatnya tersinggung atau tersakiti.
Jangan-jangan ia kerasukan? Ucap pria itu didalam hatinya.
Panitia memegang pengeras suara dan mulai meng instruksikan para peserta untuk sesegera mungkin mempersiapkan diri dan mengemas seluruh barang dan peralatan sebelum mengunjungi pengolahan lokal daun teh.
Chan yang sudah dulu mengemasi barang memilih menunggu diluar tenda wanitanya itu untuk menunggu wanitanya berkemas.
Sasha , Ella dan Alif sudah berada di lapangan dan menuju area pengolahan lokal daun teh, tenda basah yang masih tertutup terlihat dan di khawatirkan Sasha tentang keadaan kekasihnya itu selepas hujan deras dan badai tadi malam.
Chan dan wanitanya sudah mulai melangkahkan kaki menuju area pengolahan lokal daun teh. Disepanjang perjalanan yang melewati kebun teh yang segar dan indah diselimuti embun pagi sangat berbanding terbalik dengan ekspresi wajah Lily yang masih dingin. Pria itu sudah kehabisan akal untuk mencari tau kenapa dan bagaimana untuk membuat suasana cair kembali.
Dokumentasi perkemahan di hari terakhir dan swafoto para peserta mengakhiri kegiatan perkemahan penuh sejarah itu dan para peserta mulai menempati bus untuk kembali dan berkumpul disekolah, kali ini penempatan bus peserta tidak di tentukan.
"Kamu naik bus lain saja, bersama dengan teman-temanmu, kita gausah satu bus dulu," ucap dingin Lily kepada pria itu dan langsung memasuki bus.
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang