Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya.
"Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah.
"Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.
Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati.
"Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang tidak cukup karna sedang ada perbaikan beberapa kelas, jam pelajaran di rolling setiap minggu.
"Kamu murid yang baru masuk hari ini kan?" tanya Guru di kelas saat jam pelajaran pertama dimulai.
Semua mata tertuju pada Chan dimana laki-laki itu tampak tak asing bagi sebagian murid, Chan pindah ke luar kota dahulu disaat menyelesaikan sekolah menengah pertamanya dan kembali lagi ke kota asalnya di kelas 11 SMA, wajar saja banyak murid yang tak asing dengannya.
"Iya bu, saya baru masuk hari ini," jawab Chan.
Ia pun memperkenalkan diri. Sembari berbicara didepan kelas, ada hal yang tak biasa tertangkap oleh mata dengan sigap sampai ke hati tanpa singgah dulu di otak, pandangannya tanpa disadari tertuju dan lama terhenti disitu, mulut tetap berbicara namun mata tak kemana mana.
"Baik, Chan kembali ke meja dan silahkan ikuti pelajaran, untuk yang tidak diketahui silahkan ditanyakan ke teman teman ya!" ucap Guru.
Jam pelajaran pun dilanjutkan, "Chan! aku Alif!" saut seorang siswa dari belakang tempat duduk laki-laki itu. Alif adalah teman pertamanya disekolah itu, ialah yang banyak membantu Chan mengajari mata pelajaran yang tertinggal selama 1 bulan lalu.
Jam istirahat berbunyi...
Chan ditemani Alif yang mengetahui seluk beluk sekolah dan mengajak laki-laki itu ke kantin. Setiap jalan yang ditapaki saat menuju kantin membuatnya heran kenapa banyak sekali mata yang tertuju padanya seakan bertanya-tanya, wajar saja Chan adalah murid pindahan dari luar kota yang masuk ke sekolah di pertengahan semester.
"Chan nanti kalau kamu butuh bantuan mengenai pelajaran yang banyak tertinggal kamu bisa chat aku aja ya!" ujar Alif.
"Siap terimakasih atas bantuannya Alif!" jawabnya dengan senang.
Waktu itu sepulang sekolah laki-laki itu sedang memperhatikan sekelompok siswa yang sedang berlatih paskibra, dan bertanya ke Alif tentang latihan itu, Alif menjelaskan bahwasannya ada lomba yang diadakan paskibra kota dan diikuti oleh seluruh sekolah yang ada di kota.
"Kamu bisa paskibra juga?" tanya Alif.
"Dulu pernah ikut lomba juga waktu aku smp," jawabnya.
Hari-hari berlalu, otak Chan masih dikacaukan dengan pandangannya saat pertama memperkenalkan dirinya itu, Sasha dia wanita yang membuatnya penasaran dan terus menghantuinya, ini bukan sekedar kagum dan rasa yang biasa saja, sekian lama dan berbagai kegiatan yang dilalui harusnya ini sudah reda! ia yang saat itu berpikir keras.
Perawakannya biasa saja, kaca matanya, wajahnya tatapannya, ia selalu memperhatikannya dan merasa ada yang tak biasa.
"Teman-teman, sore ini kita rapat dulu, minggu besok adalah giliran kelas kita untuk menjadi pelaksana upacara dan pengisi acara kultum di hari jum'at." Ucap Ella Sang bendahara kelas.
Alif menyarankan Chan tanpa persetujuannya untuk menjadi pelaksana upacara sebagai pemimpin upacara.
"Aku? yang benar saja Alif!" ucap Chan dengan kaget.
"Iya, tenang saja kamu pasti bisa!" jawab Alif.
Tanpa bisa mengelak, ia menerima keputusan kelas, tak hanya sebagai pemimpin upacara Chan ditunjuk sebagai pengisi kultum untuk hari jum'at.
Setelah kelas dibubarkan Chan sebagai pelaksana upacara dan Teman-teman lainnya langsung mengadakan latihan untuk persiapan hari senin, sembari latihan ada hal yang membuatnya gugup latihan menjadi bersemangat, ya! Sasha yang merupakan sahabat Ella sedang duduk menemani Ella melihat jalannya latihan pelaksanaan upacara.
Sasha anak yang kalem, pendiam dan tidak banyak bicara, memang bukan siswi yang terkenal di sekolah tapi selalu mengganggu fikiran dan hati pria itu, kemandirian Sasha tergambar dengan Sasha yang menjual coklat di sekolah hasil buatannya sendiri entah hobinya atau memang membantu perekonomiannya, hal ini sangat membanggakan.
Senin pukul 08.35 di setelah upacara selesai dilaksanakan dan memasuki kelas laki-laki itu memberanikan diri menuju meja Sasha dengan berdalih membeli coklat.
"Mmmm, aku mau coklatnya satu dong, brapa?" tanya Chan dengan berani.
"Oh kamu Chan, cuma seribu kok, mau rasa apa? Ada oreo, kelapa, dan strawberry." Balas Sasha dengan ramahnya.
Pria itu langsung kaget, terkesima, semakin membuat hatinya kacau setelah mendengar suara Sasha yang selama ini belum pernah berinteraksi dengannya. Suara Sasha yang begitu lembut yang tak biasa didengar olehnya menggambarkan sosok lembut dan penyayang Sasha. Mungkin hal yang sering membuat orang jatuh hati selama ini adalah paras dan kecantikan wanita, kali ini tidak! Pria itu menegaskan isi hatinya benar-benar mencintai dan mengagumi sosok wanita itu, singkat memang tapi ini yang dirasakan olehnya.
"Chan? Mau rasa yang mana?" tanya Sasha kepada chan yang termenung.
"Oh maaf, iya rasa kelapa aja!" jawabnya terkejut.
"waduh kelapa ini ga aku jual ini udah ada yang pesan," balas Sasha sembari memisahkan coklat kelapa.
"Itu untuk Ajup, pacarnya sasya!" potong Ella dengan sambil memakan coklat.
Seketika dada pria itu terasa seperti di tempelkan bom dan meledak dengan sempurnanya.
"Yaudah yang oreo aja." Jawab pria malang itu dengan asalnya.
Ia kembali ke tempat duduk dengan harapan hatinya baik baik saja, hancur memang, bukan hal yang biasa untuk di kagumi, bukan dengan tekad yang biasa saja untuk memulai, tapi sudah hancur sebelum melangkah, baik memang di awal sudah tau kondisinya, tapi belum bisa menerima.
Bunyi klakson panjang…
"Awas!" pekik seseorang dari sepeda motor yang melaju kencang yang mengarah ke Chan.
"Kamu baik-baik saja?" tanya siswi yang turun dari sepeda motornya.
"Maaf aku ga lihat jalan," jawab pria itu dengan wajah lesu.
Chan yang terlihat bingung langsung menuju keluar sekolah tanpa menengok ke siswi itu.
Bunyi nada notifikasi
masuk...Seorang siswi mengikuti pria itu di salah satu sosial medianya. "Ini siapa ya?" tanya pria itu didalam hatinya sembari memeriksa sosial medianya.
Tak lama kemudian disaat pria itu memeriksa sosial medianya pesan dari seorang tak dikenal masuk.
"Hai," sapa seorang tak dikenal kepada pria itu di pesannya.
Dengan adanya pesan yang masuk tanpa ada foto profil yang terpasang membuat pria itu kebingungan, tanpa pikir panjang pria itu langsung membalas pesan yang masuk itu.
"Maaf ya aku hampir tabrak kamu tadi pulang sekolah," balas siswi itu.
Ternyata dia adalah orang yang sama dengan akun siswi yang mengikuti media sosial pria itu, dia Lily wanita yang hampir saja menabrak Chan saat pulang sekolah tadi.
Lily menanyakan apa yang membuat pria itu berjalan dengan tatapan kosong sehingga hapir tertabrak olehnya, pria itu tak menjelaskan sedikitpun dan terus menjelaskan baik-baik saja.
"Kamu ternyata kelas sebelah ya?" tanya laki laki itu.
"Iya kelas kita berdampingan kok," jawab siswi itu.
Pria itu teringat dengan wanita yang juga sempat menyita perhatiannya, dia shely wanita yang juga sekelas dengan lily.
"Kamu temannya Shely kan?" tanya pria itu.
Lily tanpa banyak basa-basi langsung membalas dengan tepat maksud dan tujuan dari pria itu.
"Kenapa? kamu menyukainya?" tanya wanita itu.
Shely adalah salah satu wanita yang cukup terkenal dengan parasnya yang cantik dan perannya di sekolah.
Pria itu terus mengelak, dan lily terus memancing pria itu, dan akhirnya benar pria itu ingin Lily men-comblangkannya dengan Shely. Entah apa tujuannya pria itu.
Chan adalah laki-laki yang sudah 3 tahun tidak mengenal cinta yang dimana ketika memasuki sekolah baru, pria itu kembali tersentuh hatinya untuk mencoba mengenal perempuan lebih serius.
Perjuangan Chan terus berjalan untuk mengenal dan mencoba apa yang namanya cinta, entah itu perasaan yang diiringi rasa tulus ingin mencintai atau hanya sekedar nafsu belaka yang tergoda dengan paras dan kesempurnaan tubuh wanita.
"Baiklah, aku akan membantu!" balas Lily, wanita yang baru dikenalnya itu.
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang