Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali.
"Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.
Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.
Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke area perkemahan.
Waktu menunjukkan pukul 4.00 pagi suasana gelap gulita hujan deras disertai angin kencang.
Arus listrik yang mati dikarenakan robohnya tiang listrik utama membuat lokasi pedesaan itu menjadi gelap gulita, tak satupun dari panitia maupun peserta sadar dengan hilangnya sepasang kekasih itu.
"Jangan! Aku mohon," ucap wanita itu mengelakkan diri dari pria yang sudah termakan nafsu buas itu.
Pria itu terus berusaha untuk melakukan aksi bejatnya, wanita yang sudah kelelahan itu hanya bisa pasrah dan menangis.
"Ahh!" Suara yang menandakan akhir dari kebejatan pria itu dan tertidur di samping wanita malang itu.
"Maafkan aku," ucap pria itu dengan penyesalan.
Wanita malang itu hanya bisa diam dan terus menangis, semua sudah terjadi tak ada yang perlu disesali lagi.
Suara langkah orang dari kejauhan terdengar, semakin lama semakin dekat suara itu, pintu terdengar seperti ada yang membuka dan melakukan suatu aktivitas, membuat pria itu terbangun dari tidurnya. Ternyata waktu menunjukkan pukul 05.16 pagi adalah waktu dimulainya aktivitas para petani, pria itu bergegas bangun mengemasi pakaian yang terjemur dan membangunkan wanitanya.
"Stt, diam! Ada orang!" Ucap pria itu kepada wanitanya dengan ketakutan.
Pria itu membimbing wanitanya mencari temoat untuk bersembunyi dan mematikan api unggun agar tak ketahuan oleh petani yang masuk ke Gudang itu.
Mereka sangat ketakutan dan wanita itu kembali meneteskan air mata karena takut ketahuan oleh warga desa, fikiran yang sudah kemana-mana.
Tak lama akhirnya petani itu meninggalkan gudang kecemasan mereka sudah mulai berkurang.
"Kemasi barangmu, pakai bajumu dan bersiap-siaplah kita harus kembali ke tenda sebelum pagi!" Ucap pria itu.
Sementara wanita itu berkemas, Chan mengembalikan kondisi Gudang ke seperti semula, jejak kaki di bersihkan, api unggun dimatikan dan sisa kayu api unggun di buang, seperti tidak dimasuki orang.
Pintu Gudang ditutup pelan sembari mengawasi lokasi sekitar yang sudah mulai terang di waktu subuh itu. Nasib baik masih mengikuti pria itu, tak satupun petani teh yang beraktivitas dikarenakan cuaca yang tak mendukung.
"Ayo buruan!" Ucap pria kepada wanita yang berjalan pelan itu.
"Tidak bisa, aku kesakitan," jawab wanita malang itu.
Tak banyak bicara pria itu langsung menggendong wanita itu, dengan sikap pria itu membuat wanita itu cuma terdiam dan memeluknya.
"Seperti ada yang kurang?" Saut dari salah seoranf peserta siswi yang berada di tenda Lily.
"Mungkin itu hanya perasaan kamu saja karena situasi yang tak mendukung ini," jawab Sisi yang menyadari maksud pertanyaan itu.
Sepanjang perjalanan wanita itu hanya bisa diam tak berkata, Sang pria juga menyadari hal itu dan juga tak bisa berkata dikarenakan perbuatannya yang tak terkendali itu, ia hanya bisa diam dan terus menyesali dan ia benar-benar ingin menyayangi wanita itu sepanjang hidupnya.
"Sayang, kamu ga apa-apa kan?" Tanya pria itu gugup.
Wanita itu hanya diam dan pria itu terus meminta maaf sepanjang perjalanan menuju area perkemahan.
Langkah demi langkah menghantarkan mereka ke depan gerbang belakang, pria itu mengamati situasi perkemahan untuk dimasuki ganpa diketahui. Alangkah terkejutnya mereka karena semua peserta dan panitia berada diluar tenda dan sibuk mengurus dan membenahi lokasi perkemahan yang hancur karna hujan disertai badai tadi.
"Aku ada ide, kamu mulai berjalan kedalam duluan dengan raut biasa saja dan langsung menuju ke toilet. Percayalah situasi ini ga akan satupun orang yang menyadarimu," ucap pria kepada wanita yang khawatir itu.
Wanita itu khawatir karena takut ketahuan telah keluar dari area perkemahan tanpa izin bersama dengan seorang pria, Chan terus membuatnya agar merasa tak cemas dan segera melakukan ide nya itu agar tak ketahuan karena terlalu lama diluar area.
"Woi bangs*t kemana aja kamu!" tanya Alif yang geram dengan kelakuan pria itu.
"Aku minta maaf dan terimakasih telah melindungiku agar tak ketahuan" jawab pria itu dengan wajah leganya karena mereka telah berhasil memasuki area perkemahan tanpa di ketahuan.
"Bantu sini!" saut Alif sembari mendirikan tenda.
Dengan senang hati pria itu membantu dan bersikap seperti tak terjadi apa-apa.
Matahari mulai terbit, cerahnya pagi itu telah menampakkan semangat baru hari itu, tapi tidak dengan para peserta yang ter duduk di depan tenda dengan pakaian basah kuyup dan wajah lelah yang tergambar.
Alif terus bertanya kepada pria itu tentang apa saja yang dilakukan pria itu di luar area perkemahan bersama wanitanya, dan pria itu hanya menjawab bahwasannya mereka harus mencari tempat berlindung dari hujan dan kembali ke area perkemahan setelah hujan mulai reda sebelum pagi datang.
"Para peserta silahkan berkumpul di lapangan, sarapan untuk pagi ini telah datang!" ucap panitia perkemahan dengan pengeras suara di tangannya.
Para peserta berjalan dan berkumpul di lapangan, Chan yang khawatir dengan wanitanya itu terus mencari dan memperhatikan setiap peserta yang datang ke lapangan tempat berkumpul. Tak lama terlihat wanita itu ditemani Sisi dengan wajah murung dan berjalan pelan.
"Hmmm, kamu sakit ya? Maafin aku ya udah bawa kamu keluar hingga basah kuyup dan kedinginan," ucap murung pria itu kepada wanitanya itu.
"Kedinginan bukanlah masalah!" jawab ketus wanita itu.
"Maaf kan aku," balas pria itu dengan penuh penyesalan.
Maaf demi maaf di lontarkan pria itu, akan tetapi tidak ada tanggapan dari maaf itu.
Sarapan telah dibagikan, para peserta dengan lahap menikmati makanan yang berada di depan.
"Setelah sarapan ini, para peserta silahkan untuk beristirahat sejenak, dua jam lagi kita akan melaksanakan kegitan kita hari ini yaitu hiking menelusuri kebun teh dan desa-desa di sekitar area perkemahan ini," ucap panitia seksi acara.
"Huh, malam yang melelahkan ya! dari semalaman nungguin kamu dan kebingungan jika panitia menanyai kamu dan aku harus jawab apa? ditambah hujan dan angin yang merobohkan tenda, air yang masuk kedalam tenda, haduh!" celotehan Alif kepada pria itu.
"Iya maaf-maaf," jawab pria itu sembari merangkul Alif.
Jam menunjukkan pukul 09.15 wib, semua peserta telah berbaris menurut regu tenda yang telah dibagi. Dimulai dari regu peserta siswi dan siswa yang di selang selingi untuk memulai perjalanan hiking dimana regu Chan lebih dahulu memulai dan regu wanitanya itu mendapat giliran terakhir.
Pria itu terus melihat kebelakang dan terus meng khawatirkan wanitanya itu, sedangkan wanita itu tidak pernah sekalipun membalas tatapannya semenjak kejadian itu.
Suasana yang cerah sedikit dingin disertai angin lembut menghiasi perjalanan hiking para peserta perkemahan, tak sedikit peserta yang iseng dan mencabuti dedaunan teh sembari berjalan, berswafoto dan kegiatan mengabadikan momen perjalanan lainnya dilakukan oleh peserta.
Perjalanan yang mengelilingi kaki gunung hingga ke pinggang gunung, sesampai di pinggang gunung pemandangan yang menakjubkan yang sudah lama tak ditemui pria itu membuatnya berhenti dan menikmati awan-awan yang menyelimutinya langsung, suasana jalan berkabut diatas awan membuat pandangan hanya berjarak paling jauh 100 meter. Pria itu menghirup nafas panjang mengingat penyesalan yang telah ia lakukan dan terus terfikir tentang wanitanya itu tak lama ada tangan yang menyentuh dan menggenggam tangan pria itu.
Sontak pria itu kaget dan langsung menoleh kebelakang.
Ia adalah wanita itu, wanita yang membuatnya penuh rasa penyesalan yang kemudian memeluk tangan pria itu.
Lepas sudah hati si pria, senang kembali mengisi hati penuh sesal tadi, wanitanya telah kembali, ia telah menampakkan senyum indah.
"Aku sangat sayang kamu!" jangan pernah tinggalkan aku, kita akan bersama.
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang