Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi.
Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang lokasi perkemahan.
"Kamu tidak takut?" tanya Chan pada wanita itu.
"Engga, aku sudah biasa karena di pondok dulu kami para gadis sering kumpul di belakang halaman pondok untuk bermain bersama," jawab wanita itu dengan senyum.
Dengan tanggapan wanita yang berani itu membuat pria itu bersemangat dan mengajak kekasihnya itu duduk di sekitaran halaman belakang lokasi perkemahan itu.
Suasana malam itu cerah berawan jarang-jarang di terangi cahaya bulan yang muncul di sela-sela awan, pria itu mengungkapkan isi hatinya saat itu tentang perasaan yang ia rasakan. Ia merasa damai dan tentram, nyaman berada dekat dengan wanita yang sangat ia sayangi itu. Lokasi itu tidak dilewati oleh panitia penjaga karena penjagaan fokus pada Posko-posko, tenda-tenda peserta dan gerbang utama.
Wanita itu hanya bisa tersenyum dan fokus mendengarkan isi hati dan ocehan prianya itu, raut wajah dan sorot matanya yang memperhatikan sangat tampak jelas ia sangat nyaman dan menyayangi prianya itu.
"Aku terus yang ngomong, kamu dong sekarang gantian buat cerita, apa yang kamu rasakan? coba cerita sama aku, aku mau dengar," ucap pria itu dengan raut bersemangat dan senyum.
"Mendengarkan kamu bercerita bagiku sudah sangat membahagiakan, aku hanya ingin mendengarkan ceritamu saat ini," jawab wanita itu dengan mata tersorot sendu dan raut bahagia menatap prianya itu.
Pria itu tak menjawab atau membalas apapun karena terkesima melihat tatapan wanitanya itu, dia hanya terdiam hingga wanitanya itu kembali menyapanya.
Dengan gugup pria itu kembali menceritakan apa saja yang ada di kepalanya saat itu.
Udara pun semakin dingin, jam menunjukkan pukul 00.30 dan mereka pun masih di tempat itu. Wanita itu terlihat seperti kedinginan tetapi ia tak mau mengganggu prianya itu menceritakan kisah-kisah dan pengalaman hidupnya, hingga pria itu tersadar ketika wanita itu menggigil.
"Kamu kedinginan, kita masuk ke tenda aja lagi yuk!" ajak pria itu.
"aku tidak apa-apa kok, lanjut aja ceritakan, aku mau dengar semuanya," balas wanita itu dengan senyum.
Pria itu seketika melepaskan jaketnya dan memaksa wanitanya itu untuk memakai jaketnya itu karena saat itu Lily hanya memakai baju dingin rajutan tipis yang tak mungkin meredam dingin di daerah dingin yang terkenal itu.
"agar tidak dingin, kita keliling yuk!" ajak pria di tengah malam itu.
Wanita itu yang tidak menolak, menerima ajakan pria itu.
Mereka pun berjalan dari gerbang belakang menelusuri sekitaran Kebun teh dan Desa-desa di daerah perkemahan itu. Saat itu hanya lampu jalan di pedesaan itu yang menemani mereka.
"Apakah tidak apa-apa kita tidak memasuki tenda hingga jam segini?apakah tidak akan diperiksa?" tanya wanita itu kepada prianya dengan sedikit khawatir.
"Tenang, aku sudah berpesan kepada Alif jika ada pemeriksaan dan menanyakan, maka Alif akan menjawab aku sedang di kamar kecil," jawab pria itu.
"Lalu aku bagaimana?" tanya wanita itu lagi.
"Sisi adik kelas kita se tenda dengan kamu kan?, aku sudah pesan sama dia untuk bilang kalau kamu nanti jika belum kembali ke tenda dan ada pemeriksaan untuk menjawab kepada panitia bahwasannya kamu berjaga di posko PMR," jawab pria itu lagi.
Pria itu telah menyusun rencananya dengan matang untuk mengajak wanitanya itu untuk menikmati malam yang indah itu.
Mereka melewati kebun teh, saling bercerita masalah dan perjalanan hidup, kehidupan sekolah, rumah, tongkrongan dan persahabatan mereka hingga perlakuan orang tua wanita itu yang sangat mengekang kehidupannya.
Wanita itu menyampaikan kepada pria itu tentang perasaannya yang bahagia karena dengan pria itulah ia bisa belajar banyak hal tentang kehidupan, ia bisa merasakan kebebasan dan hatinya seketika merasa plong.
Cerita demi cerita, senda gurau dan berbagai tingkah lucu yang menghibur serta mengisi indahnya malam itu dihentikan seketika oleh awan gelap dan gemuruh yang besar hingga menurunkan hujan begitu deras seketika.
Sepasang kekasih yang berada di kebun teh itu seketika kebingungan dan berlari mencari tempat perlindungan. Lokasi perkemahan yang sudah lumayan jauh rasanya tak mungkin untuk kembali kesitu.
Tak jauh terlihat sebuah pondok kecil yang biasa digunakan oleh para petani teh sebagai tempat istirahat dan makan siang, mereka pun segera ke pondok itu.
Mereka yang setengah kuyup disertai angin kencang membuat mereka kedinginan, melihat wanitanya itu menggigil Chan kehabisan akal untuk membuat wanitanya itu tidak kedinginan lagi. Jaket yang sudah diberikan sudah ikut basah karena hujan, berbagai cara dilakukan seperti menggosok tangan wanita itu.
Tapi rasanya tak cukup hanya sekedar menggosok tangannya itu, wanita itu tambah kedinginan dan si pria sangat khawatir.
"Tak mungkin rasanya kita terus seperti ini, nanti kamu bakal sakit," ucap pria itu kebingungan.
"Aku tak apa-apa," jawab wanita itu menggigil.
Ditengah kebingungan pria itu melihat ada sebuah Gudang di belakang pondok tempat yang mereka singgahi itu, dan mengajak wanita itu kesana.
"Gudangnya tak terkunci, ayo masuk! anginnya semakin kencang!" ajak pria itu.
Tanpa pikir panjang mereka memasuki gudang itu, Gudang itu sangat gelap tak ada pencahayaan sedikitpun, pria itu sesegera mungkin mencari tombol lampu, tetapi gudang itu tidak dialiri listrik dan hanya ada tempat pembakaran kayu, pria itu menghidupkan api unggun di tempat pembakaran kayu dengan bahan bakar daun teh yang telah kering dan tua.
Mereka menghangatkan badan disitu, akan tetapi wanita itu tetap saja kedinginan karena pakaian wanita itu sangat basah karena hujan.
"Sebaiknya kamu melepaskan pakaian mu, bukan bermaksud mesum atau apa, ini aku pelajari di saat berada di ekskul Pramuka di waktu SMP dahulu, jika tidak maka kamu akan sakit," ucap pria itu.
"Gila! ga mungkin! ," jawab wanita itu dengan kagetnya setelah mendengar ucap pria itu.
"Aku khawatir kamu nanti sakit!" balas pria itu.
Tetap saja wanita itu tidak mau, seiring berjalannya waktu di depan perapian Gudang mereka kembali bercengkrama, wanita terlihat pucat dan menggigil, dengan tegas pria itu memaksa wanita itu untuk melepaskan pakaiannya dengan alasan wanita itu akan tambah parah nantinya.
"Baik, aku akan melepaskan pakaianku, tapi kamu tidak boleh berada dekatku dan melihatku," jawab tegas wanita itu.
"Baiklah, kesehatanmu lebih penting," jawab pria itu.
Pria itu pergi keluar Gudang dan wanita itu membuka pakaiannya dan menghangatkan badan di depan perapian.
Waktu menunjukkan pukul 02.00 mereka yang tak kembali ke tenda membuat Alif khawatir kepada Chan karena takut terjadi apa-apa dan takut ketahuan keberadaannya oleh panitia penjaga.
Disisi lain Chan yang berada di luar Gudang mulai tidak tahan dengan dinginnya malam itu, wanita yang berada di dalam Gudang sangat khawatir dengan prianya itu tetapi tidak mau pria itu masuk karena kondisinya hanya memakai pakaian dalam dan pakaiannya tak kunjung kering.
Pria itu sangat ingin masuk kedalam karena tidak tahan lagi dengan dinginnya udara dan pakaiannya pun yang juga basah kuyup tetapi tetap mengurungkan niatnya untuk masuk karena tidak mau wanitanya itu marah.
"Chan, masuk kamu masuk aja sekarang, kamu pasti kedinginan dengan baju yang basah itu," ucap wanita dari dalam Gudang.
"Serius? aku sudah tak tahan lagi!" jawab pria itu menggigil.
Tanpa pikir panjang pria itu langsung masuk.
Pria itu berjalan pelan ke arah perapian yang didepannya duduk wanitanya itu yang sedang menghangatkan badan, dengan perasaan yang bercampur aduk hingga melihat dari belakang wanitanya itu hanya memakai pakaian dalam.
"Apakah tak apa aku kesana?" tanya pria itu yang berbalik badan dari wanitanya itu.
"Ya mau gimana lagi, aku ga mau kamu sakit, ga apa kamu kesini aja duduk disampingku," jawab wanita itu.
Dan pria itu menghampiri dan duduk di depan perapian itu dengan wajah kaku dan terus menatap kedepan.
"Kamu biasa aja, jangan seperti itu," ucap wanita itu.
"Hmm baiklah," jawab pria itu sembari menoleh kepada wanita itu.
Terkesima dan takjub membuat pria itu terdiam dan matanya mengarah ke arah dada wanita itu yang hanya dilapisi dengan bra tipis berwarna hitam, wanita itu menyadari dan langsung berbalik arah.
"Aku malu! kamu jangan seperti itu!" ucap wanita itu.
"Maaf aku ga bermaksud," balas pria itu.
Wanita itu kembali berbalik badan ke arah perapian dan mereka kembali memulai percakapan kecil mengisi waktu. Tanpa disadari pria itu semakin mendekat kepada wanitanya itu dan tangannya merangkul wanita itu.
"Dingin! pakaianmu basah!" ucap wanita itu.
Pria itu langsung membuka pakaiannya dan menjemur didekat pakaian si wanita terjemur dan kembali ke tempat perapian.
Di Dalam dekapan pria itu, Lily mencurahkan isi hatinya tentang orang tuanya yang selalu membatasi gerak pergaulannya dan selalu diawasi hingga ia diasingkan oleh teman-temannya, bahkan wanita itu pun tidak bisa membawa temannya ke rumah apalagi laki-laki.
Pria itu mendengarkan dengan baik apapun yang diceritakan Lily, tanpa disadari air mata wanita itu mengalir dengan sendirinya dan pria itu langsung memeluknya dan menenangkannya.
"Aku benar-benar beruntung bisa kenal dan sayang sama kamu, terimakasih," ucap wanita itu.
Di Dalam pelukan pria itu sesekali mengusap kepala wanitanya itu hingga hasratnya tak terkendalikan. Pria itu mulai dari kepala hingga pipi wanita itu, tangannya mengelus-elus pundak wanita itu.
Wanita mengangkat kepalanya dan mengungkapkan ia sangat mencintai pria itu dengan sorot mata tulus.
Tanpa menyelesaikan kalimat wanita itu si pria langsung mengecup bibir wanita itu, dengan kaget wanita itu menerima dan akhirnya membiarkannya.
Tangan pria yang sudah penuh hasrat itu pun mulai mengarah ke arah payudara wanita yang menggoda itu dan mulai memainkan tangannya untuk pertama kalinya.
Wanita itu kaget dan melepaskan pelukan pria itu.
"Kenapa? Tidak apa-apa, sini," ajak pria itu.
Dengan pasrah wanita itu kembali ke pelukan pria itu.
Pria itu pelan-pelan kembali memainkan tangannya, kali ini memasukkannya kedalam bra wanita itu hingga dingin tangan pria itu terasa oleh wanita itu dan kali ini wanita itu membiarkannya karena kelelahan.
Malam yang panjang itu pun berlalu indah dengan pria yang penuh hasrat dan wanita yang pasrah kelelahan.
Pria itu mulai membuka kaitan bra yang terpasang di punggung wanita itu hingga terlihatlah keindahan yang untuk pertama kali dilihat oleh pria itu, dan mulai mengarahkan wajahnya ke arah dada wanita itu sontak wanita itu menahan kepala pria itu
"Kamu mau apa!" Tanya wanita itu dengan kagetnya.
"Kamu tenang ya, aku mohon," jawab pria itu yang kembali melancarkan aksinya.
Wanita itu hanya bisa terdiam dan tergambar ekspresi yang tak biasa di wajahnya entah kenapa tetapi dia hanya bisa diam.
Celana yang terpasang rapi mulai diturunkan, wanita yang sadar langsung menahan pria itu.
"Cukup! Sudah, aku tidak mau berlebihan! Ini sudah membuatku merasa berdosa!" Ucap wanita itu dengan tegas dan takut.
Pria itu tetap memaksa dan tak menghiraukannya hingga terjadilah.
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang