Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.
Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.
Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening.
"Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu.
"Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.
Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu.
"Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.
Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.
Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan makanan.
Situasi kembali cair dengan dimulainya dari Lily yang bersikap seperti biasanya.
"Aku harap kamu tidak mengulanginya dan tidak meghandalkan kata maafmu lagi.
"Iya, aku mengerti," balas lesu Chan.
Makanan datang dan mereka menyantap makanan masing-masing diiringi obrolan kecil, memang sudah saling berinteraksi tetapi tak mengelakkan situasi yang masih canggung.
Chan menghantarkan wanita itu hingga kedepan gang rumahnya, bukan takut atau tidak gentle tetapi itu keinginan Lily yang takut hubungannya dengan pria itu deketahui oleh kakaknya, Lily yang berlatar belakang keluarga yang kuat agamanya sangat melarang yang namanya pacaran.
Hal inilah yang membuat mereka hanya mengunjungi beberapa tempat saja untuk menghabiskan waktu dan berjumpa karena Lily sangat takut diketahui kakak laki-lakinya.
Hari berjalan seperti biasanya, proses pembelajaran sekolah berjalan semestinya, Chan, Alif, Sasha dan Ella saling berinteraksi membicarakan hal-hal unik di sekolah hingga masalah hubungan mereka dengan kekasihnya masing-masing.
"Chan, kabarnya Lily lulusan pesantren ya?" tanya Ella kepada pria itu.
"Iya, dia lulusan pesantren yang lumayan terkenal," balas Chan.
"Bisa juga ya anak pesantren pacaran," balas Ella sambil ketawa kecil.
Seketika lelaki itu terdiam karna telah menjerumuskan seorang anak pesantren ke hubungan yang dinamakan pacaran, walau yang awalnya wanita itu yang menyukai Chan akan tetapi rasa bersalah tak terhindarkan ditambah sikapnya yang tak bisa ia jaga.
Jam pelajaran telah usai, pria itu menghampiri Lily yang sudah menunggu di depan kelasnya.
"Aku mau jujur, aku sering di ganggu Adit teman sekelas aku, dia sering memaksa untuk memegang tanganku bahkan kepalaku," ucap Lily dengan gugup.
Sontak membuat kepala pria itu panas dan tangannya bergetar, rasa ingin menghajar pria yang berani mengganggu wanitanya itu. Pria itu tanpa pikir panjang langsung bertindak dan ingin menghampiri Adit yang kebetulan berada di ujung parkiran sekolah, Lily yang tak mau ada keributan menahan pria itu dan meyakinkan bahwa kejadian itu tidak akan terulang lagi dengan alasan ia telah mengancam Adit jika macam-macam lagi akan mengadukannya kepada guru.
Langkah pria itupun berhasil dihentikan tetapi tidak dengan sakit hatinya, terpaksa harus mengikuti kemauan Lily yang terus memohon untuk tidak bertindak.
Untuk mengalihkan fikiran pria itu, Lily mengajaknya ke Cafetaria yang biasa mereka singgahi setelah pulang sekolah untuk berbagi cerita dan canda tawa.
Perjalanan menuju ke Cafetaria dibilang cukup sepi dan hening, jalan yang dilalui memang dipenuhi rumah warga akan tetapi terlihat sepi dan kosong, situasi inilah yang membuat fikiran pria itu untuk memanfaatkan kesempatan yang ada.
"Kamu sayang aku ga?" tanya pria itu kepada Lily yang berada di belakangnya.
"Hmmm, kenapa bertanya seperti itu," jawab wanita itu.
"Kalau benar sayang peluk aku dong," balas pria itu sembari mengambil tangan Lily dan menempelkan ke perutnya.
Lily kaget dan langsung mengelakkan tangannya.
"Udah ya, aku ga mau!" ucapnya dengan lantang.
Penolakan Lily membuatnya kecewa. Dan berubah menjadi pendiam sepanjang jalan hingga sampai ke Cafe.
"Kamu kenapa diam-diam saja?, ga terima aku ga mau peluk kamu?" Ucap Lily kepada pria itu.
Pria itu tetap diam dan berlagak biasa saja, wanita itu terus bertanya dan akhirnya ia angkat bicara.
"Cuma peluk aja kamu ga mau!" Jawab pria itu dengan kesal.
"Aku belum bisa!" balas Lily.
"Sampai kapan?" tanya pria itu dengan nada keras.
"Kenapa harus peluk kamu?" jawab Lily.
"Apakah harus seperti itu agar dinamakan sayang?" Timpalnya lagi.
Chan yang kesal hanya diam dan tak membalas karena pria itu sadar menjawab pertanyaan adalah hal yang sia-sia.
Pria itu berusaha mengembalikan situasi dengan bersikap biasa sja dan meminta maaf.
Malam hari seperti biasanya, seperti sepasang kekasih lainnya, pria itu saling bertukar pesan dengan Lily menceritakan keseharian, sendah gurau dan lainnya.
Melihat situasi yang sudah berpihak kepadanya, pria itu menyampaikan isi hatinya yang sebenarnya.
"Aku tau kamu tak bisa, tak suka dan tak biasa tapi aku mohon kamu ngertiin aku, aku lelaki, aku butuh kasih sayang, dengan cara itulah aku menyalurkan rasa yang terasa dihatiku kepadamu, aku sungguh mencintaimu, aku sungguh butuh akan hal-hal yang menghangatkan hubungan seperti itu, aku yakin kamu pun mau, kamu cukup mencobanya dan menjadi biasa," ucap pria dengan rayuannya kepada Lily.
Debat panjang pun terjadi dikarenakan Lily yang belum bisa untuk menerima, dan pria itu terus merayu dan meyakinkan dengan dalih cuma hal-hal biasa saja bukanlah hal tabu, ini hanyalah hal yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih lainnya.
Akhirnya sekian lama berbalas pesan itu terjadi, Lily menerimanya, hanya hal-hal yang biasa saja dan menekankan untuk tidak berlebihan.
Pria itu senang karna apa yang di imajinasikannya ketika memutuskan untuk mengenal cinta dan wanita dibalas dengan baik walau dengan perjuangan yang tak biasa.
Keesokan harinya...
"Hai Chan," sapa Alif seperti biasanya sembari menduduki bangku sebelah Chan.
"Gimana kabar Lily? Kalian aman?" tanya alif.
"Aman, berjalan seperti kekasih sepasang kekasih lainnya," jawab pria itu dengan senang sembari mengingat Lily yang mulai menerima inginnya tadi malam.
Hari itu adalah hari dimana hati pria itu sedang senang-senangnya, semua hal terasa menyenangkan berbeda dadi hari-hari sebelumnya.
"Sasha, coklat masih ada ga?" Pekik pria itu dari bangkunya
"Masih nih, mau rasa apa?" Balas Sasha.
"Kelapa aja!" balas pria itu lagi.
"Kamu bersemangat sekali hari ini," saut Alif sambil memakan coklat yang sudah dibelinya terlebih dahulu.
Bel pulang berbunyi...
Seperti biasa pria itu menemui Lily didepan kelas Lily.
"Kemana kita hari ini baby," ucap nakalnya dengan semangat kepada Lily.
"Ih, apaan sih, biasa aja deh," balas Lily yang ga biasa di panggil seperti itu.
"Hehe becanda, ayok mau kemana?" tanya pria itu lagi.
"Ketempat biasa aja sih," jawab wanita itu.
"Bosen ah, ke Cafe baru aja yuk?, ga rame kok tempatnya dan ga terlalu mencolok juga," balas pria itu.
Pria itu memanfaatkan momen dan mencari tempat untuknya melancarkan aksinya dan Lily yang menimbang tempat yang tak terlalu rame akhirnya setuju karna tak ingin hubungannya diketahui dan dipergoki kakak laki-lakinya.
Dikota ini hal pacaran masih belum bisa diterima dan hal-hal seperti cium, peluk, kecup adalah hal yang tabu apalagi hal yang melebihi batas wajar.
Sesampainya di Cafe baru itu pria itu langsung mengarahkan Lily ketemlat duduk yang ada di pojok Cafe. Cafe yang bertema old itu cukup redup dan tempat nya seperti privasi dimana jarak antar meja cukup jaub dan ada sekat. Situasi Cafe saat itu baru beberapa hari buka dan belum rame pengunjung. Sesampai di meja mereka langsung memesan makanan.
Obrolan demi obrolan berlangsung antara sepasang kekasih itu, pria itu yang bersemangat terus membuat suasana menjadi lucu dengan guraunya dan pengalaman lucunya, semua terurai lepas dalam obrolannya. Kondisi hati yang begiru senang dan terbawa suasana membuat hati pria itu semakin menyukai Lily yang saat itu melihat Lily tertawa lepas.
Pria itu tiba-tiba memeluk wanita itu.
"Aku sangat sayang kamu," ucap lembut pria itu di telinga Lily.
Wanita itu kaget dan hanya terdiam tanpa balas kata-kata.
Sembari memeluknya pria itu langsung ingin mencium pipi Lily akan tetapi wanita itu langsung mengelak.
"Cukup, udah! itu ada CCTV!" ucap wanita itu yang menahan kepala Si pria.
"Ga kelihatan kok, aman," jawab pria itu lagi dan kembali memeluk wanita itu.
"Permisi, pesenannya!" saut seorang pelayan yang menghantarkan makanan.
sontak mereka pun kaget dan malu.
"Kan aku udah bilang cukup!" ucap wanita itu dengan kesal dan malu.
Pria itu hanya bisa terdiam dan mulai memakan makananya. Tak berhenti disitu disaat suasana mulai cair, pria itu kembali sedikit demi sedikit mengarahkan tangannya ke pundak wanita itu dan akhirnya merangkul, Lily yang merasa situasi aman membiarkannya, wanita itu tak sadar tangan Si pria terus berjalan hingga ke dadanya, pria yang di selimuti nafsu setan saat itu tak bisa membendung hasrat dan rasa penasarannya terhadap Lily. Wanita itu tak juga menyadarinya karna lapisan bajunya yang banyak membuat tangan si pria tak terasa sudah menempel dan bermain di area dadanya itu. Pria terus mengajak wanita itu ngobrol dan terus membuat cerita lucu agar Lily tak sadar terhadap tangannya yang sudah liar.
Makanan pun sudah habis, waktu menunjukkan pukul 16.35 dimana hari sudah gelap, mereka bergegas untuk pulang. Pria itu menghantarkan Lily kerumahnya, jalan menuju rumah Lily cukup sepi yang memancing fikiran Si pria untuk bertindak lagi. Jalanan yang penuh lobang di jadikan alasan untuk melakukan pengereman mendadak, sehingga wanita itu terdorong maju dan dadanya tersentuh penuh ke punggung si pria.
Lily yang berfikiran karna jalanan jelek tak mempermasalahkannya walauoun ia sedikit kaget.
Wajar saja pria itu menjadi seperti itu dikarenakan lamanya tak mengenal wanita dan di umurnya yang penasaran terhadap tubuh wanita ditambah kegemarannya melihat film tak senonoh akhir-akhir ini.
Bunyi notifikasi masuk...
Pria itu langsung melihat pesan masuk itu karena pesan itu dari Lily, isi pesan itu membuat pria itu terkejut dan senang kebingungan. Entah disengaja atau tidak Lily tiba-tiba mengirimkan foto nya yang memakai baju sekolah dengan kancing yang terbuka.
Seketika tanpa sempat menyimpan foto, foto itu langsung dihapus dan hilang. Lily dengan tangisnya menjelaskan bahwa hpnya eror dan tak sengaja terkirim. Foto itu diambilnya karna ingin melihat luka di dada bagian lehernya yang tak bisa dilihat tanpa bantuan alat.
Pria itupun berusaha menenangkan wanita itu dan berdalih tidak sempat melihat apa-apa.
Lagi-lagi ini memang hari yang paling beruntung bagi si pria.
"Aku sayang kamu, jangan pernah tinggalkan aku ya!" Ucap Lily melalu pesannya kepada pria itu.
Pria itu terus merayunya agar wanita itu benar-benar merasa dicintai dengan tulus.
Memang Lily sangat mencintai pria itu dan membungkam mulutnya sendiri dan menahan diri terhadap kelakuan Si pria yang ber-alasan cinta dan kasih sayang itu, Lily takut kehilangan cinta pertamanya.
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Dering telfon terus berbunyi tak satupun di hiraukan, tubuh lelah wajah lesu harusnya tergambar oleh kegiatan melelahkan itu akan tetapi tidak, raut wajah tegang, sorot mata tajam entah ekspresi takut atau tidak puas.Hallo.. sapa pria itu setelah sekian lama membiarkan telepon berbunyi.Ternyata itu Alif yang ingin mengambil barang yang ia titipkan pada tas Chan.Harusnya kepanikan itu tak terjadi, tetapi wanita malang itu kembali mengingat liarnya nafsu di malam panjang dan tak bisa di kendalikan.Situasinya tiba-tiba berubah, perlakuannya pada pria itu tak mengenakkan, hingga pulang pun harus beda bus, akan tetapi Sang pria hanya bisa memahami isi hati si wanita dan menerimanya. Ia tak ingin masalah ini terus berlanjut dan bia
Merah merona senja menghiasi sore di pedesaan dingin yang dikelilingi danau dan di tengahi oleh gunung. Gerombolan burung mudik hilir terbang menuju tempat persembunyiannya sebelum merah merona itu di telan gelapnya malam, tetapi tidak dengan raut wajah cemas dan pucat kata yang terbata-bata menjelaskan dia siapa dan tujuannya apa hingga mendirikan camp di luar area perkemahan.Mereka adalah sekelompok pemuda yang sedang melakukan patroli dan penjagaan di area perkemahan sesuai dengan mandat kepala desa yang dimintai oleh panitia perkemahan. Untuk berjaga-jaga dan rasanya tak mungkin menyuruhnya untuk pulang adalah dengan mendaftarkannya sebagai peserta tambahan dan lokasi campnya di pindahkan ke dalam area perkemahan sek
Kabut awan indah menyelimuti pegunungan yang diapik tiga danau biru yang belum tersentuh tangan-tangan serakah. Dedaunan saling menyapa, angin membawa pesan kepada para insan yang bergantung hidup dari kehijauan dan kesuburan, ke elokan alam itu membuat Chan tak henti-henti memandang dan terus merasakan indahnya ciptaan Sang kuasa.Tangan yang di balut kepercayaan, pundak disandarkan dengan impian, mata yang ditatap penuh harapan begitulah Sang wanita memuja prianya.Kaki mulai melangkahkan pengharapan baru, memilih memaafkan dan mengikhlaskan, tangan yang diseret membawa pria itu kembali melanjutkan perjalanan dengan genggaman wanita penuh maaf itu. Di balik senyum yang mulai tergambar ia berjanji tidak akan melakukan hal konyol dan menyakiti hati wanita itu, memperhatikan wanita itu berjalan didepannya dengan satu tangan yang terus menggen
Deras hujan yang menghantam bumi perkemahan disertai angin kencang membuat tenda peserta porak poranda, panitia dan peserta tak satupun yang tertidur dan saling membantu memperbaiki tenda yang hampir saja roboh. Ditengah kepanikan Alif memanfaatkan situasi ini untuk keluar lokasi perkemahan dan menelusuri area pedesaan ditemani Syarif teman satu Ekskulnya untuk mencari Chan yang tak kunjung kembali."Apalagi sekarang yang dilakukan anak itu hingga dia tak kunjung kembali!" Ucap Alif didalam hati.Syarif yang tak banyak tanya hanya menemani Alif tanpa tau tujuan mengelilingi desa.Disituasi seperti ini tak mungkin rasanya anak itu masih berkeliaran di sekitar desa ini, itulah yang ada di fikiran Alif setelah berjalan tak jaub dari lokasi perkemahan hingga ia memutuskan untuk kembali ke are
Angin lembut menyentuh dedaunan tua hingga gugur dan berserakkan di lapangan, suasana yang mulai tenang disaat semua peserta sudah berada di dalam tendanya masing-masing karna tak tahan dinginnya malam itu. Jam menunjukkan pukul 23.12 wib para guru dan panitia menghimbau seluruh siswa-siswi peserta untuk tidak ada lagi yang berkeliaran di luar tenda dan segera beristirahat untuk kegiatan besok pagi. Chan dan wanita itu masih berada di tempat duduk yang ada di lapangan menikmati malam itu dan tak menghiraukan dinginnya udara. Hingga teguran dari panitia yang berjaga pada malam itu agar mereka memasuki tenda masing-masing. Tetapi teguran itu tak membuat mereka kembali ke tenda karena pasangan kekasih itu belum puas menikmati malam yang nyaman disertai udara dingin malam itu, untuk mengelabui panitia mereka berpura-pura menuju tenda masing-masing tetapi kembali bertemu di halaman belakang loka
Besok adalah hari dimana kegiatan setiap tahun yang rutin di selenggarakan di sekolah itu, perkemahan jum'at, sabtu dan minggu adalah ajang mempererat silaturahmi antar murid, guru dan alumni, setiap murid tak diwajibkan ikut akan tetapi yang tak ikut rasanya akan merugi karna inilah momen untuk mengenang masa-masa SMA. "Chan, kamu ikut kan besok?"tanya Alif sembari mengemasi barangnya dan bersiap pulang. "Iya dong, pacar aku kan ikut, rugi dong kalau ga ikut, lagian inilah masa-masa indah di SMA kata orang-orang itu kan,"jawab pria itu dengan semangat. "Iya pacar mu ikut tapi asal kamu tau aja, besok kita diacak lo sama sekolah untuk pemilihan bus transportasinya, jadi kamu ga bisa dekat dengan pacarmu," balas Alif lagi. "Masa sih? ah gaseru!" balas pria itu dengan kecewanya. "Semoga aja kalian bisa satu bus ya!" potong Ella dari belakang. Seperti biasanya pria itu sepulang sekolah langsung menuju ketempat Lily kekasihnya itu. Mereka
Sore itu, dia yang kesal diiringi kekecewaan menunggu pria itu di Cafetaria tempat dimana mereka mengawali kisahhnya itu.Tak lama kemudian pria itu datang dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah, hanya bisa diam dan tak berani melihat ke arah mata Lily.Lily yang juga hanya diam membuat situasi saat itu menjadi hening."Aku tau kamu sayang, kamu cinta tapi ini bukan caranya!" Ucap Lily yang memulai dahulu."Aku kan sudah bilang, kamu sabar aja nanti kamu bakal dapat semuanya kok kalau kita sudah halal," sambung wanita itu.Chan yang hanya diam tak berkutik disaat wanita itu berbicara mengeluarkan air mata, menjelaskan bahwasannya wanita itu sangat mencitai pria itu akan tetapi belum bisa melakukan atau menerima perbuatan pria itu."Maafkan aku, aku menyesal," ucap pria itu.Lagi dan lagi kata maaf yang hanya keluar dari mulut pria itu.Lily bergegas mengusap air matanya dan berusaha menormalkan situasi dan mulai memesan m
Pukul 21.45, jari-jari yang sibuk membuat dan menghapus kembali pesan, raut wajah bingung, kaki yang di goyang-goyangkan melambangkan bingungnya pria itu untuk memulai obrolan dengan Shaly. "Apakah kamu ada ide?" tanya pria yang kebingungan itu kepada Lily. "Mulai saja!, besok aku bantu dengan berbicara langsung pada Shaly," jawab Lily. Akhirnya dengan memberanikan diri pria itu memulai percakapan, malangnya tidak ada tanggapan sama sekali oleh Shaly. Hari ke hari, pesan demi pesan dikirimkan tetapi hasilpun tetap sama tidak ada tanggapan. Dengan kesal pria itu langsung menghubungi Lily. "Apakah kamu benar-benar membantu?" isi pesan yang dikirimka
Jam menunjukan pukul 13.00, Chan melangkah sangat cepat dan tergesa-gesa, hari itu adalah hari pertama laki-laki itu memasuki sekolah barunya di kota yang mana dahulu adalah kota kelahirannya."Permisi," ucap laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah."Silahkan masuk," jawab kepala sekolah.Dasi yang terpasang rapi di dada laki-laki itu seketika diminta untuk dilepaskan, "Aneh sekali, biasanya memakai dasi diwajibkan di setiap sekolah," ucap Chan didalam hati."Kamu udah sholat? kalau belum kita ke masjid dulu, sholat udah mulai," ujar kepala sekolah. Sembari menuju masjid, kepala sekolah menerangkan aturan dan kebiasaan yang ada disekolah dan menunjukan kelas yang akan di tempati Chan. Sekolah baru ini mempunyai dua shif jam pelajaran dikarenakan ruangan yang