Siang itu, Kayla dan Rans membereskan semua bawaan mereka. Hari ini mereka akan check out dari hotel dan Kayla akan mulai tinggal di rumah Rans. Kayla merasa sedikit gelisah. Memang, saat mereka menikah kemarin, Karina terlihat memberi restu. Tapi, yang namanya wanita. Pasti memiliki rasa cemburu yang besar. Apalagi terhadap madunya.
Bagaimana jika nanti ketika Rans pergi bekerja ia kemudian akan disiksa? Atau disuruh membereskan seluruh rumah. Ck, pikiran- pikiran jelek mulai menghantui Kayla.
"Sudah siap semua? Supirku sudah menunggu di lobby hotel. Kita akan mampir sebentar ke kantor untuk membawa berkas laporan lalu kita pulang," kata Rans. Kayla mengangguk .
"Sudah siap semua, Mas."
"Ya sudah, ayo. Sini biar aku yang bawa koper itu," kata Rans sambil meraih koper di tangan Kayla. Mereka pun segera keluar kamar.
Sesampainya di lobby, sudah ada pak Amat, supir pribadi Rans. Saat meli
"Bukannya Erwin yang menjadi supir pribadiku? Kenapa kau yang datang?" tanya Kayla saat melihat Ethan yang datang."Erwin harus melakukan pekerjaan lain. Tidak usah banyak bicara, lekas naik. Aku akan mengantarmu ke kampus."Kayla hanya berdecak kesal dan ia pun terpaksa naik ke dalam mobil. Hari ini hari pertamanya kuliah setelah pernikahan."Apa tidak ada orang lain selain dirimu untuk mengantar aku?" tanya Kayla."Tuan Rans tidak percaya orang lain untuk mengantar anggota keluarganya. Sudah menjadi keharusan jika istri tuan Rans harus mendapatkan pengawalan.""Aku bukan tuan putri yang harus dijaga," bantah Kayla, "bahkan aku masih bisa naik taksi atau ojek online ke kampus," lanjutnya lagi."Iya, tapi sekarang suka tidak suka kau adalah istri dari seorang konglomerat. Tidak mungkin kau naik kendaraan umum ke kampus, paham?!" Kayla hanya mengembuskan napas dengan kasar. Ia s
Tidak terasa sudah 8 bulan Kayla menjadi istri Rans. Apa pun yang menjadi kebutuhannya selalu terpenuhi. Setiap bulan, tanpa diminta Rans selalu mentransfer uang ke rekeningnya dalam jumlah yang cukup besar. Kayla juga melihat perusahaan ayahnya kembali bangkit dan maju. Rans tidak setiap malam tidur di kamar Kayla. Hanya dua kali dalam seminggu. Dan, Karina pun tidak memperlihatkan kecemburuan sama sekali. Jika mereka sedang berkumpul bersama di meja makan, terkadang Karina bertanya tentang kegiatan Kayla di kampus. Karina bersikap seperti seorang ibu kepada putrinya bagi Kayla. Terkadang, Karina mengajak Kayla untuk berbelanja kebutuhan rumah. Atau kadang mengajaknya ke salon, spa bahkan pernah mengajaknya ikut arisa sosialita bersama teman- teman Karina yang lain. Kayla merasa sedikit terhibur dengan perlakuan Karina yang ia terima. Dan, pagi itu entah mengapa kepala Kayla terasa begitu pusing. Ia bahka
Seakan tak percaya Paramitha menatap layar ponselnya. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Kayla hamil? Putri kecilnya hamil? Rasanya ingin sekali ia memaki Rans saat itu juga. Astaga, tak bisakan menunda kehamilan? Usia Kayla baru genap 22 tahun.Braaaak!Paramitha menggebrak meja membuat Raditama sedang menikmati sarapan terkejut."Ada apa sih, Bu? Ibu membaca chat dari siapa? Kok langsung marah- marah?" tanya Raditama berusaha tenang menatap Istrinya itu."Apa Rans itu tidak punya otak?! Istrinya juga tidak punya otak?! Mereka itu manusia atau bukan?!" Paramitha mulai mengoceh. Raditama yang memang tidak mengerti hanya menggaruk kepalanya. "Bu, Ayah tidak mengerti Ibu ngomong apa. Jelasin dulu baik- baik sama ayah.""Kayla hamil!"Raditama terdiam, entah mengapa ia merasa sedih mendengar berita itu. Ia tau, Kayla sudah menikah dan terlebih dia juga sudah tidak gadis lagi saat menikah, jadi jika sekarang ham
Karina berjalan mondar mandir di kamarnya. Pertanyaan Paramitha tadi sangat mengusik pikirannya."Kenapa Kayla?"Ya,kenapa harus Kayla yang Rans pilih untuk menjadi ibu pengganti? Anak ... yang mereka mau adalah anak. Rans sering mengatakan jika mereka perlu generasi penerus untuk kerajaan bisnis mereka. Sejak dulu, Karina selalu menawarkan untuk mencari istri lain sebagai ibu pengganti. Tetapi, kenapa baru sekarang Rans mau?"Kau sedang apa, Sayang?" Karina menoleh, tampak Rans tersenyum dan berjalan menghampirinya."Kau sudah pulang?""Hmm ... bukankah kau menyuruhku pulang cepat?" kata Rans sambil membawa Karina ke dalam pelukannya dengan mesra."Aku hanya rindu.""Bohong, kau tidak bisa menyembunyikan apa-apa dariku,Rin. Kita sudah lama menikah dan aku tau semua tentang dirimu.Sekarang,bisakah kau katakan ada apa?"
Rans mengetuk- ngetukkan tangan ke atas mejanya. Meetingnya bersama beberapa investor sudah selesai. Pembangunan Mall sebentar lagi akan dimulai. Dan Rans juga berencana akan membangun sebuah panti asuhan. Hidup itu harus seimbang.TOK!TOK!TOK! "Masuk!"Ethan muncul di balik pintu. Penampilannya sangat gagah, seperti eksekutif muda pada umumnya. Ethan adalah tangan kanan Rans, orang yang paling Rans percayai dalam kerajaan bisnisnya. Bagi para bandar dan pengedar narkotika yang mereka tau adalah Ethan sebagai bos besar mereka. Ethan memang siap berkorban nyawa untuk Rans. "Ada apa? Tumben kau kemari tanpa aku panggil. Segala sesuatunya berjalan lancar? Perusahaanmu baik?" tanya Rans. Ethan mengangguk, "Baik, semua berjalan dengan lancar. Aku kemari hanya ingin mengabarkan berita yang tidak mungkin aku sampaikan melalui telepon.""Ada apa?""Pabrik biru sekarang dipegang oleh seor
Pagi itu Kayla bangun dan mendapati tubuh bagian bawahnya basah. HPL-nya memang sudah dekat. Ia tidak merasa ingin pipis semalam. Artinya, air ketubannya sudah pecah.Perlahan ia mengambil ponselnya dan menelepon Rans. Meski mereka tinggal dalam satu atap, Kayla tidak pernah berani untuk mengetuk pintu kamar Rans."Ada apa Kayla? Ini masih jam lima pagi," jawab Rans di telepon."Aku baru bangun dan air ketubanku pecah." Terdengar suara pintu kamar sebelah terbuka. Dan, terdengar langkah-langkah kaki menghampiri. Pintu kamar Kayla pun terbuka. Rans dan Karina masuk dengan wajah cemas."Kita ke rumah sakit sekarang," kata Karina. Ia membantu Kayla untuk mengganti pakaian nya yang basah terlebih dahulu. Dan mereka pun bergegas ke rumah sakit. Sesampainya di Rumah Sakit. Rans langsung meminta tindakan operasi."Kenapa tidak normal saja, Mas?" tanya Kayla."Kalau ada cara yang
Kayla sudah kembali ke rumah. Dan, sesuai janji, Karina tidak membiarkan Kayla repot dengan bayinya. Bayi tampan itu di beri nama Dewa.Karina mengurus Dewa dengan begitu telaten. Sementara Kayla dirawat oleh seorang perawat yang khusus menangani ibu- ibu yang baru melahirkan dengan operasi cesar. Makanan Kayla pun dijaga dengan baik, supaya cepat pulih. Hanya dalam waktu 3 minggu Kayla sudah kembali pulih. Meski terkadang masih terasa sedikit nyeri di perutnya. Tapi, dia sudah bisa bergerak dengan lebih enak dan leluasa. Dan, Kayla berencana akan kembali melanjutkan kuliahnya. Pagi itu, untuk pertama kali Kayla memutuskan sarapan bersama di meja makan. Karena selama beberapa minggu ini, makanan untuknya selalu dibawakan ke kamarnya. Bahkan Karina membelikan kulkas mini untuk menyimpan cemilan dan buah- buahan."Pagi semuanya," sapa Kayla pada Karina dan Rans.
Rans menampar Ethan sekuatnya. Untuk pertama kali ia merasa begitu kesal dengan kerja Ethan."Kau bilang ada penyusup? Siapa orangnya? Selama ini, tidak pernah ada yang berani mengusik kita. Apa kurang jatah bulanan untuk para cecunguk- cecunguk di kepolisian itu?!" Ethan hanya diam, dia tidak pernah berani melawan Rans. Siapa pun tidak ada yang berani. Melawan berarti menyerahkan nyawa."Kau cari siapa penyusupnya. Kau bawa ke markas , kau lenyapkan tanpa bekas sedikit pun, mengerti?!""Mengerti bos.""Bagus! Ingat, Ethan bisnis ini usianya sudah puluhan taun. Dimulai dari bos besar masih muda. Sampai kini jatuh ke tanganku. Jangan sampai semuanya sia- sia karena kebodohanmu dan anak- anak buahmu, mengerti?!""Mengerti Bos. Saya akan segera mencari siapa orangnya Bos." Rans pun segera meninggalkan ruangan itu. Sekilas, rumah itu tampak seperti ru