Seakan tak percaya Paramitha menatap layar ponselnya. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Kayla hamil? Putri kecilnya hamil? Rasanya ingin sekali ia memaki Rans saat itu juga. Astaga, tak bisakan menunda kehamilan? Usia Kayla baru genap 22 tahun.
Braaaak!
Paramitha menggebrak meja membuat Raditama sedang menikmati sarapan terkejut.
"Ada apa sih, Bu? Ibu membaca chat dari siapa? Kok langsung marah- marah?" tanya Raditama berusaha tenang menatap Istrinya itu.
"Apa Rans itu tidak punya otak?! Istrinya juga tidak punya otak?! Mereka itu manusia atau bukan?!" Paramitha mulai mengoceh.
Raditama yang memang tidak mengerti hanya menggaruk kepalanya. "Bu, Ayah tidak mengerti Ibu ngomong apa. Jelasin dulu baik- baik sama ayah."
"Kayla hamil!"
Raditama terdiam, entah mengapa ia merasa sedih mendengar berita itu. Ia tau, Kayla sudah menikah dan terlebih dia juga sudah tidak gadis lagi saat menikah, jadi jika sekarang ham
Karina berjalan mondar mandir di kamarnya. Pertanyaan Paramitha tadi sangat mengusik pikirannya."Kenapa Kayla?"Ya,kenapa harus Kayla yang Rans pilih untuk menjadi ibu pengganti? Anak ... yang mereka mau adalah anak. Rans sering mengatakan jika mereka perlu generasi penerus untuk kerajaan bisnis mereka. Sejak dulu, Karina selalu menawarkan untuk mencari istri lain sebagai ibu pengganti. Tetapi, kenapa baru sekarang Rans mau?"Kau sedang apa, Sayang?" Karina menoleh, tampak Rans tersenyum dan berjalan menghampirinya."Kau sudah pulang?""Hmm ... bukankah kau menyuruhku pulang cepat?" kata Rans sambil membawa Karina ke dalam pelukannya dengan mesra."Aku hanya rindu.""Bohong, kau tidak bisa menyembunyikan apa-apa dariku,Rin. Kita sudah lama menikah dan aku tau semua tentang dirimu.Sekarang,bisakah kau katakan ada apa?"
Rans mengetuk- ngetukkan tangan ke atas mejanya. Meetingnya bersama beberapa investor sudah selesai. Pembangunan Mall sebentar lagi akan dimulai. Dan Rans juga berencana akan membangun sebuah panti asuhan. Hidup itu harus seimbang.TOK!TOK!TOK! "Masuk!"Ethan muncul di balik pintu. Penampilannya sangat gagah, seperti eksekutif muda pada umumnya. Ethan adalah tangan kanan Rans, orang yang paling Rans percayai dalam kerajaan bisnisnya. Bagi para bandar dan pengedar narkotika yang mereka tau adalah Ethan sebagai bos besar mereka. Ethan memang siap berkorban nyawa untuk Rans. "Ada apa? Tumben kau kemari tanpa aku panggil. Segala sesuatunya berjalan lancar? Perusahaanmu baik?" tanya Rans. Ethan mengangguk, "Baik, semua berjalan dengan lancar. Aku kemari hanya ingin mengabarkan berita yang tidak mungkin aku sampaikan melalui telepon.""Ada apa?""Pabrik biru sekarang dipegang oleh seor
Pagi itu Kayla bangun dan mendapati tubuh bagian bawahnya basah. HPL-nya memang sudah dekat. Ia tidak merasa ingin pipis semalam. Artinya, air ketubannya sudah pecah.Perlahan ia mengambil ponselnya dan menelepon Rans. Meski mereka tinggal dalam satu atap, Kayla tidak pernah berani untuk mengetuk pintu kamar Rans."Ada apa Kayla? Ini masih jam lima pagi," jawab Rans di telepon."Aku baru bangun dan air ketubanku pecah." Terdengar suara pintu kamar sebelah terbuka. Dan, terdengar langkah-langkah kaki menghampiri. Pintu kamar Kayla pun terbuka. Rans dan Karina masuk dengan wajah cemas."Kita ke rumah sakit sekarang," kata Karina. Ia membantu Kayla untuk mengganti pakaian nya yang basah terlebih dahulu. Dan mereka pun bergegas ke rumah sakit. Sesampainya di Rumah Sakit. Rans langsung meminta tindakan operasi."Kenapa tidak normal saja, Mas?" tanya Kayla."Kalau ada cara yang
Kayla sudah kembali ke rumah. Dan, sesuai janji, Karina tidak membiarkan Kayla repot dengan bayinya. Bayi tampan itu di beri nama Dewa.Karina mengurus Dewa dengan begitu telaten. Sementara Kayla dirawat oleh seorang perawat yang khusus menangani ibu- ibu yang baru melahirkan dengan operasi cesar. Makanan Kayla pun dijaga dengan baik, supaya cepat pulih. Hanya dalam waktu 3 minggu Kayla sudah kembali pulih. Meski terkadang masih terasa sedikit nyeri di perutnya. Tapi, dia sudah bisa bergerak dengan lebih enak dan leluasa. Dan, Kayla berencana akan kembali melanjutkan kuliahnya. Pagi itu, untuk pertama kali Kayla memutuskan sarapan bersama di meja makan. Karena selama beberapa minggu ini, makanan untuknya selalu dibawakan ke kamarnya. Bahkan Karina membelikan kulkas mini untuk menyimpan cemilan dan buah- buahan."Pagi semuanya," sapa Kayla pada Karina dan Rans.
Rans menampar Ethan sekuatnya. Untuk pertama kali ia merasa begitu kesal dengan kerja Ethan."Kau bilang ada penyusup? Siapa orangnya? Selama ini, tidak pernah ada yang berani mengusik kita. Apa kurang jatah bulanan untuk para cecunguk- cecunguk di kepolisian itu?!" Ethan hanya diam, dia tidak pernah berani melawan Rans. Siapa pun tidak ada yang berani. Melawan berarti menyerahkan nyawa."Kau cari siapa penyusupnya. Kau bawa ke markas , kau lenyapkan tanpa bekas sedikit pun, mengerti?!""Mengerti bos.""Bagus! Ingat, Ethan bisnis ini usianya sudah puluhan taun. Dimulai dari bos besar masih muda. Sampai kini jatuh ke tanganku. Jangan sampai semuanya sia- sia karena kebodohanmu dan anak- anak buahmu, mengerti?!""Mengerti Bos. Saya akan segera mencari siapa orangnya Bos." Rans pun segera meninggalkan ruangan itu. Sekilas, rumah itu tampak seperti ru
Malam itu, Erwin dan Sadewa berada di markas besar kepolisian. Siang tadi Sadewa menerima informasi kembali tentang pabrik pembuatan narkoba yang selama ini mereka cari. Malam itu, mereka akan bergerak dan langsung mengepung serta menangkap semua orang yang ada di dalamnya.Setelah selesai briefing mereka semua pun bersiap dilengkapi dengan revolver, senapan, rompi anti peluru serta helm. Kondisi mereka sudah siap. Menurut informan, di pabrik itu semua memiliki senjata api. Itulah sebabnya, semua anggota dibekali dengan persenjataan yang lengkap."Kalau mereka melawan, kita habisi di tempat. Ini bukan penyergapan biasa. Di dalam pabrik itu, ada banyak preman- preman dengan senjata yang juga lengkap , sama seperti kita. Jika kita bisa menangkap salah satu saja, maka kita akan mendapatkan pemiliknya. Itu akan menjadi sebuah prestasi kita,"kata Sadewa. Malam itu sebanyak 20 orang dipimpin oleh IP
Ethan tersenyum puas dengan hasil pekerjaannya. Melalui Erza ia tau, siapa yang berusaha untuk mengganggu ketenangan Rans. Ia pun menyusun rencana, untuk membuat jebakan. Bahkan, agar tidak menimbulkan kecurigaan, bahkan ia sudah menyiapkan tumbal untuk dijadikan tersangka utama. Orang itu nantinya yang akan dituduh sebagai pemilik pabrik pembuatan narkoba itu. Tidak mengapa mengorbankan beberapa anak buah mereka, yang penting jangan sampai gerak gerik Rans terancam."Sudah aku kerjakan semua Bos. Semua barang bukti sudah aku siapkan juga di kantor nya. Segera setelah IPTU Sadewa sadar, ia akan menyebutkan namanya.""Kau yakin, Polisi itu mendengar perkataan Theodore?""Theodore sudah meyakinkan saya Bos. Dan, dia cukup cerdas dan pintar untuk melakukan semua yang saya perintahkan. Pagi tadi, dia sudah berangkat ke Malaysia untuk menghilangkan jejak sementara waktu." Rans tersenyum senang. Et
Pagi itu seperti biasa, Adhitama sedang sarapan sebelum ia berangkat ke kantornya. Paramitha pun hendak bersiap untuk mengunjungi panti bersama Oktavius. Namun, tiba- tiba, asisten rumah tangga mereka berlari masuk dengan wajah pucat."P- Pak, Bu ... ada polisi di luar."Paramitha dan Adhitama saling pandang. Ada perasaan tidak enak menjalari mereka. Terlebih Paramitha, ia merasa begitu takut sekali. Namun mereka pun segera beranjak keluar. "Selamat pagi, bapak Adhitama Adhitama. Kami dari POLDA membawa surat penangkapan untuk bapak. Atas tuduhan kepemilikan pabrik pembuatan shabu- shabu dan dalang di balik penjebakan yang telah menewaskan sembilan belas orang anggota kami."Adhitama langsung mengerutkan dahinya."Shabu? Narkoba? Jebakan? Saya tidak mengerti maksud bapak. Saya ini pengusaha Pak, dan saya bukan seorang pemilik pabrik narkoba. Silakan tanyakan pada istri dan keponakan saya," kata Adhitama."Betul Pak,