Kayla sudah kembali ke rumah. Dan, sesuai janji, Karina tidak membiarkan Kayla repot dengan bayinya. Bayi tampan itu di beri nama Dewa.
Karina mengurus Dewa dengan begitu telaten. Sementara Kayla dirawat oleh seorang perawat yang khusus menangani ibu- ibu yang baru melahirkan dengan operasi cesar. Makanan Kayla pun dijaga dengan baik, supaya cepat pulih.
Hanya dalam waktu 3 minggu Kayla sudah kembali pulih. Meski terkadang masih terasa sedikit nyeri di perutnya. Tapi, dia sudah bisa bergerak dengan lebih enak dan leluasa.
Dan, Kayla berencana akan kembali melanjutkan kuliahnya.
Pagi itu, untuk pertama kali Kayla memutuskan sarapan bersama di meja makan. Karena selama beberapa minggu ini, makanan untuknya selalu dibawakan ke kamarnya. Bahkan Karina membelikan kulkas mini untuk menyimpan cemilan dan buah- buahan.
"Pagi semuanya," sapa Kayla pada Karina dan Rans.
Rans menampar Ethan sekuatnya. Untuk pertama kali ia merasa begitu kesal dengan kerja Ethan."Kau bilang ada penyusup? Siapa orangnya? Selama ini, tidak pernah ada yang berani mengusik kita. Apa kurang jatah bulanan untuk para cecunguk- cecunguk di kepolisian itu?!" Ethan hanya diam, dia tidak pernah berani melawan Rans. Siapa pun tidak ada yang berani. Melawan berarti menyerahkan nyawa."Kau cari siapa penyusupnya. Kau bawa ke markas , kau lenyapkan tanpa bekas sedikit pun, mengerti?!""Mengerti bos.""Bagus! Ingat, Ethan bisnis ini usianya sudah puluhan taun. Dimulai dari bos besar masih muda. Sampai kini jatuh ke tanganku. Jangan sampai semuanya sia- sia karena kebodohanmu dan anak- anak buahmu, mengerti?!""Mengerti Bos. Saya akan segera mencari siapa orangnya Bos." Rans pun segera meninggalkan ruangan itu. Sekilas, rumah itu tampak seperti ru
Malam itu, Erwin dan Sadewa berada di markas besar kepolisian. Siang tadi Sadewa menerima informasi kembali tentang pabrik pembuatan narkoba yang selama ini mereka cari. Malam itu, mereka akan bergerak dan langsung mengepung serta menangkap semua orang yang ada di dalamnya.Setelah selesai briefing mereka semua pun bersiap dilengkapi dengan revolver, senapan, rompi anti peluru serta helm. Kondisi mereka sudah siap. Menurut informan, di pabrik itu semua memiliki senjata api. Itulah sebabnya, semua anggota dibekali dengan persenjataan yang lengkap."Kalau mereka melawan, kita habisi di tempat. Ini bukan penyergapan biasa. Di dalam pabrik itu, ada banyak preman- preman dengan senjata yang juga lengkap , sama seperti kita. Jika kita bisa menangkap salah satu saja, maka kita akan mendapatkan pemiliknya. Itu akan menjadi sebuah prestasi kita,"kata Sadewa. Malam itu sebanyak 20 orang dipimpin oleh IP
Ethan tersenyum puas dengan hasil pekerjaannya. Melalui Erza ia tau, siapa yang berusaha untuk mengganggu ketenangan Rans. Ia pun menyusun rencana, untuk membuat jebakan. Bahkan, agar tidak menimbulkan kecurigaan, bahkan ia sudah menyiapkan tumbal untuk dijadikan tersangka utama. Orang itu nantinya yang akan dituduh sebagai pemilik pabrik pembuatan narkoba itu. Tidak mengapa mengorbankan beberapa anak buah mereka, yang penting jangan sampai gerak gerik Rans terancam."Sudah aku kerjakan semua Bos. Semua barang bukti sudah aku siapkan juga di kantor nya. Segera setelah IPTU Sadewa sadar, ia akan menyebutkan namanya.""Kau yakin, Polisi itu mendengar perkataan Theodore?""Theodore sudah meyakinkan saya Bos. Dan, dia cukup cerdas dan pintar untuk melakukan semua yang saya perintahkan. Pagi tadi, dia sudah berangkat ke Malaysia untuk menghilangkan jejak sementara waktu." Rans tersenyum senang. Et
Pagi itu seperti biasa, Adhitama sedang sarapan sebelum ia berangkat ke kantornya. Paramitha pun hendak bersiap untuk mengunjungi panti bersama Oktavius. Namun, tiba- tiba, asisten rumah tangga mereka berlari masuk dengan wajah pucat."P- Pak, Bu ... ada polisi di luar."Paramitha dan Adhitama saling pandang. Ada perasaan tidak enak menjalari mereka. Terlebih Paramitha, ia merasa begitu takut sekali. Namun mereka pun segera beranjak keluar. "Selamat pagi, bapak Adhitama Adhitama. Kami dari POLDA membawa surat penangkapan untuk bapak. Atas tuduhan kepemilikan pabrik pembuatan shabu- shabu dan dalang di balik penjebakan yang telah menewaskan sembilan belas orang anggota kami."Adhitama langsung mengerutkan dahinya."Shabu? Narkoba? Jebakan? Saya tidak mengerti maksud bapak. Saya ini pengusaha Pak, dan saya bukan seorang pemilik pabrik narkoba. Silakan tanyakan pada istri dan keponakan saya," kata Adhitama."Betul Pak,
Rans dan Ethan sedang duduk berhadapan. Mereka berada di suatu tempat yang mereka sebut markas besar. Rans mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Ia terlihat sedang berpikir keras. "Jadi, ada mata- mata di antara anak buah kita sendiri. Kita buat peringatan, kita akan cari dia pelan-pelan. Tapi, kita harus beri pelajaran terlebih dahulu. Siapa pun mata- mata itu. Dia juga akan melihat bagaimana kejamnya kita. Dia akan berpikir dua kali untuk melanjutkan rencananya. Dan, itu akan memberi kita waktu untuk menyelidikinya. Sementara itu, kita harus membuat pengalihan isu dulu," kata Rans. Ethan menghela napas penjang. "Kita harus membuat kamuflase supaya perhatian polisi tertuju pada yang lain. Dalam hal ini kita harus mencari tumbal. Tapi, tumbal kita kali ini harus orang yang terdekat, karena mata- mata yang diturunkan untuk menyamar selama ini menjadi supir pribadi istri bos." "Kau be
Kadita menatap kakaknya dengan wajah lesu. "Bang Agung yakin, Theodore yang di sebutkan oleh IPTU Sadewa adalah Theodore kita?"tanya Kadita. KOMPOL Agung mengangguk."Aku juga belum yakin,Dit. Tapi, ini kali kedua aku mendengar nama Theodore. Bisa saja kan , Dit. Kedua anakmu itu memiliki misi yang sama. Membersihkan nama Prasta, papa mereka. Aku yakin, Theodore menyusup ke dalam jaringan itu. Untuk mencari tau, siapa bos besarnya.""Lalu, kau menemukan bos besarnya? Aku dengar ada dua puluh orang yang meninggal dari kepolisian. Aku membaca beritanya di koran.""Sebenarnya hanya sembilan belas orang saja. Itulah yang saat ini sedang mengganggu pikiranku. Sadewa menyebutkan nama seorang pengusaha. Tapi, entah mengapa aku merasa, pengusaha ini pun dijebak. Sama seperti yang dialami Prasta. Semua bukti mengarah kepadanya, bahkan barang bukti pun sudah kami temukan. Juga beberapa anak buahnya berhasil kami tangkap. Tapi, T
KOMPOL Agung diam terpaku di meja kerjanya. Mengaku begitu saja? Dia mengakui setelah sebelumnya berpuluh-puluh kali menyangkal. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa begitu mudah ia mengakuinya. Agung membuang napasnya kasar.Baru saja Adhitama membuat pengakuan bahwa ia adalah pemilik pabrik narkoba yang telah terbakar. Ia mengakui sengaja membakar pabrik itu karena sudah terciduk. Ia juga mengakui shabu yang ditemukan di kantor pribadinya dan juga di proyek pembangunan perumahan adalah miliknya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau IPTU Sadewa ternyata mendengar anak buahnya menyebutkan namanya.Braaak braaak braakAgung memukul meja dengan kesal. "Bajingaaan! Siapa sebenarnya dalang di balik ini semua!" Teriak Agung. Beberapa perwira yang kebetulan mendengar dari luar hanya menggelengkan kepala mereka. Mereka maklum, kasus yang ditangani KOMPOL Agung kali ini bukan kasus kecil.
Rans tertawa terbahak-bahak saat membaca berita di koran. "Dunia berada dalam genggaman ku. Kini aku adalah sang penguasa, hahahaha!"Ia sedang berada di rumahnya, di dalam ruang kerjanya. Tidak ada satu orang pun yang diizinkan masuk ke dalam ruang kerja itu. Termasuk Karina. Kunci ruangann itu selalu Rans bawa ke mana pun. Di dalam ruangan itu ada banyak sekali rahasia. Termasuk rahasia bisnis haramnya. Semua data anak buahnya ada di ruangan itu. Bukan di dalam laptop.Rans memiliki data- data seluruh anak buahnya dalam bentuk berkas. Dia tidak ingin suatu hari dia kecolongan, ada yang berhasil membobol email atau komputer miliknya. Dia lebih senang menginput secara manual. Begitu pula semua transaksi bisnis haramnya. Semua dengan pembayaran secara cash. Jika terpaksa menggunakan rekening, dia akan menggunakan rekening sekali pakai.Belakangan ini memang marak terjadi transaksi jual
_15 tahun kemudian_ Bima membaca surat terakhir yang ditulis oleh Rans. Di surat terakhir ini, lebih tebal dari biasanya. Juga di surat terakhir ini Rans bercerita banyak hal kepadanya. Usia Bima hari ini genap 20 tahun. Ia menatap Karina yang duduk di hadapannya. Hari ini, untuk pertama kali Bima mengerti bahwa wanita yang selama 20 tahun ini merawat dan membesarkannya ternyata bukan ibu yang melahirkannya ke dunia ini. Bima juga harus berlapang dada mengetahui semua kebenarannya. Tentang almarhum Guan dan Rans. Selama ini, Karina memang tidak pernah mengatakan apa pun. Itu semua karena Karina ingin menjaga kebanggaan Bima tentang Papinya. Karina membawa Bima tinggal di Thailand karena ia tidak ingin Bima mengetahui soal Rans dari orang lain. Karina ingin menunggu sampai Bima dewasa dan siap menghadapi semua kenyataan dan kebenaran yang ada. Ba
-2 Tahun kemudian Kayla pagi ini kelihatan cantik dengan kebaya dan riasan pengantin adat Jawa Barat. Kayla mengenakan siger di kepalanya, siger Sunda itu sendiri memiliki makna yang cukup.Dengan meletakkan siger pada kepala, pengantin wanita pada dasarnya telah meletakkan kearifan, rasa hormat, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sebagai istri, siger merupakan simbolisasi harapan kearifan, hormat dan kebijaksanaan. Selain sigernya itu sendiri, riasan adat siger yang Kayla pakai juga disertai dengan hiasan-hiasan pada sanggul seperti kembang tanjung. Kembang tanjung adalah 6 pasang bunga yang disematkan pada belakang sanggul, bentuknya seperti kupu-kupu kecil di belakang konde. Kembang tanjung sendiri bermakna sebagai kesetiaan pengantin wanita pada pria. Sebagai seorang gadis Sunda Kayla terlihat sangat cantik dengan u
Tepat di hari ke delapan, Galang membuka matanya pelahan. Kayla dan Kadita yang sedang berada di ruang perawatan tentu senang bukan main. Kadita pun langsung memanggil dokter yang menangani Galang."Ma, Bang Theo dan Ethan sudah kembali?" tanya Galang."Sudah, mereka sudah mama beri kabar. Mereka akan datang, Om- mu sedang menjemput mereka.""Kayla ....""Aku di sini. Kau jangan banyak bicara dulu. Kau sudah delapan hari koma dan kau belum boleh banyak bicara."Galang menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis."Aku mencintaimu, Kay dan kau sangat tau hal itu. Aku ingin melihatmu bahagia," kata Galang dengan lirih.Kayla menggenggam tangan Galang dan membelai rambut pemuda itu."Aku juga sayang kepadamu."Kadita yang duduk di dekat mereka hanya bisa menangis dan menggenggam tangan Galang yang satunya. Tak berapa lama pintu kamar terbuka. Tampak Agung masuk bersama Theodore dan Ethan. Mereka
Siang itu, Kayla dan Agung sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput Kadita, Ethan dan Theodore. Kayla nampak sedikit gelisah, ia penasaran seperti apa penampilan Ethan dan Theodore sekarang. Terakhir mereka melakukan panggilan telepon, Ethan tidak bersedia untuk melakukan video call. Sehingga Kayla hanya bisa mengira- ngira bagaimana wajah Ethan sekarang. Setelah beberapa lama menunggu pesawat Kadita pun landing. Dari kejauhan, Kadita langsung melambaikan tangan saat melihat Kayla. Kayla membalas lambaian tangan Kadita. Untuk sejenak, Kayla terpaku pada kedua lelaki yang berjalan di belakang Kadita. Ia yakin mereka adalah Ethan dan Theodore. Tapi, Kayla belum bisa memastikan yang mana Ethan dan yang mana Theodore.Mereka tidak sempat bicara panjang lebar. Agung langsung membawa Kadita ke rumah sakit tempat Galang dirawat.“Bagaimana bisa dia tertembak, Bang?” tanya Kadita.&ldq
Karina berjalan dengan mantap menuju kantor polisi. Dia baru saja tiba di Jakarta tanpa membawa Bima. Kepada Rengganis, ia mengatakan bahwa ia harus ke Jakarta untuk mengurus perceraian. Tetapi, bukan hanya itu. Ia ingin menemui Rans Surat terakhir dari papinya ia simpan dengan rapi di dalam tasnya. Galang yang kebetulan baru saja menjenguk Hans merasa sedikit terkejut. Kabar terakhir yang Galang dengar, Karina sedang mengurus proses perceraian. Bahkan menurut orang kedutaan Karina tidak mau ikut campur dengan apa yang menimpa suaminya Jelas, kedatangan Karina menjadi sebuah kejutan bagi Galang. Ia langsung menyuruh anak buahnya untuk membawa Hans bertemu dengan istrinya di ruangan khusus. Melihat Karina, mata Hans yang tadinya kosong tanpa gairah mendadak berbinar ceria. Namun, ia menahan diri untuk tidak memeluk istri tercintanya itu."Kau datang? Mana Bima?" tanya Rans Karina merasa gamang. Perasaannya saat ini campur adu
DOR!DOR!DOR!“GALAANG!” Agung berteriak. Ia tidak menyangka jika keponakannya itu akan menghalangi peluru yang ditujukan kepadanya. Sementara Rans sendiri terkena tembakan di bagian bahu.Tanpa menunggu lama Agung langsung menelepon ambulance dan membawa Agung ke rumah sakit.++"Saudara Rans, saya ingin menyampaikan berita duka. Ayah mertua Anda, meninggal dunia karena bunuh diri. Kami mendapatkan informasi dari kedutaan besar di Thailand. Kami juga sudah menghubungi istri Anda. Tapi, sepertinya istri Anda menolak untuk menemui Anda. Apakah ada yang lain yang ingin Anda sampaikan?" Rans terdiam, Guan meninggal? Bunuh diri? Ah, sebenarnya apa yang telah terjadi?"Jika kepolisian ingin mengusut asset penghasilan saya di perusahaan tidak akan bisa menemukan. Segala penghasilan saya dari usaha narkotika tidak pernah saya campur adukkan dengan bisnis saya yang bersih. Silak
Karina tak kuasa saat melihat jenazah Guan di kremasi. Menurut kepercayaan yang masih di anutnya, jauh hari sebelumnya Guan memang pernah berpesan, kelak jika ia meninggal ia ingin dikremasikan. Dan abunya di buang ke laut saja. Rengganis yang masih syok dengan kepergian suaminya tercinta tak sanggup menghadiri upacara kremasi. Sampai setelah beberapa hari berlalu, Rengganis masih mengurung diri dalam kamar. Ia tidak menduga sama sekali kepergian Guan yang begitu mendadak. Dan, dengan cara yang sangat mengenaskan."Mami, maafkan aku. Ini semua karena kesalahanku. Seharusnya aku tidak perlu menceritakan semuanya kepada Papi. Apa Papi benar- benar merasa terpukul karena diriku, Mami?"ujar Karina. Rengganis menatap putri semata wayangnya itu. "Sekarang, hanya tinggal kita berdua dan Bima. Papi sudah tidak ada. Lebih baik, kau mengurus hotel Papi yang ada di Phuket, Rina. Kita tinggal di
KEHANCURANErza duduk diam, ia menatap wajah KABARESKRIM Drs. Yusuf Ridwan. SH yang sedang duduk di hadapannya dengan cemas."Anda tau apa kesalahan yang telah anda lakukan, pak Erza?" tanya Yusuf dengan tenang."Sa-saya tau, Pak. Saya sudah menyalahgunakan jabatan saya dan menerima suap dalam jumlah yang tidak sedikit.""Tau resikonya apa?""Tau, Pak."Yusuf menghela napas, ia sangat menyayangkan keterlibatan Erza dalam jaringan narkoba ini. Dan, ini bukan jaringan kecil. Bahkan sudah melibatkan banyak pihak termasuk bea dan cukai. Bahkan sudah di kirimkan ke luar negeri."Anda adalah aparat hukum, Pak Erza. Seharusnya, anda melindungi hukum. Bukan malah anda melindungi orang-orang yang seharusnya anda tangkap dan anda masukkan ke dalam jeruji besi. Terlebih lagi, orang ini sudah berbuat sesuatu yang merugikan orang lain. Memfitnah dan membuat orang lain yang tidak bersalah justru menjalani h
Rengganis dan Guan tentu kaget dengan kedatangan Karina dan Bima yang tiba-tiba tanpa kabar terlebih dahulu. Apalagi sejak datang, Karina tidak mau menceritakan apa yang sudah terjadi. Ia hanya menjawab seperlunya saja. Jika di tanya mengapa hanya menggelengkan kepalanya."Sebenarnya ada apa Karina? Sudah seminggu lebih kau di sini dan masih juga tidak mau bercerita pada Papi dan Mami?" tanya Rengganis dengan lembut. Guan yang melihat Karina hanya diam, merasa sedikit kesal dan penasaran. Ia pun melangkah menghampiri istri dan anaknya."Kau ini bukan anak kecil lagi. Mami dan Papi ini sudah tua. Jadi, tolong jangan membebani Papi dan Mami dengan sikap kekanak- kanakanmu," sahut Guan dengan tegas. Karina menatap Guan dan Rengganis bergantian."Ini semua tentang Rans," jawab Karina lirih."Kenapa Rans? Apa dia menikah lagi? Atau usahanya bangkrut? Ata