KOMPOL Agung diam terpaku di meja kerjanya. Mengaku begitu saja? Dia mengakui setelah sebelumnya berpuluh-puluh kali menyangkal. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa begitu mudah ia mengakuinya. Agung membuang napasnya kasar.
Baru saja Adhitama membuat pengakuan bahwa ia adalah pemilik pabrik narkoba yang telah terbakar. Ia mengakui sengaja membakar pabrik itu karena sudah terciduk. Ia juga mengakui shabu yang ditemukan di kantor pribadinya dan juga di proyek pembangunan perumahan adalah miliknya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau IPTU Sadewa ternyata mendengar anak buahnya menyebutkan namanya.
Braaak braaak braak
Agung memukul meja dengan kesal. "Bajingaaan! Siapa sebenarnya dalang di balik ini semua!" Teriak Agung. Beberapa perwira yang kebetulan mendengar dari luar hanya menggelengkan kepala mereka. Mereka maklum, kasus yang ditangani KOMPOL Agung kali ini bukan kasus kecil.
Rans tertawa terbahak-bahak saat membaca berita di koran. "Dunia berada dalam genggaman ku. Kini aku adalah sang penguasa, hahahaha!"Ia sedang berada di rumahnya, di dalam ruang kerjanya. Tidak ada satu orang pun yang diizinkan masuk ke dalam ruang kerja itu. Termasuk Karina. Kunci ruangann itu selalu Rans bawa ke mana pun. Di dalam ruangan itu ada banyak sekali rahasia. Termasuk rahasia bisnis haramnya. Semua data anak buahnya ada di ruangan itu. Bukan di dalam laptop.Rans memiliki data- data seluruh anak buahnya dalam bentuk berkas. Dia tidak ingin suatu hari dia kecolongan, ada yang berhasil membobol email atau komputer miliknya. Dia lebih senang menginput secara manual. Begitu pula semua transaksi bisnis haramnya. Semua dengan pembayaran secara cash. Jika terpaksa menggunakan rekening, dia akan menggunakan rekening sekali pakai.Belakangan ini memang marak terjadi transaksi jual
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak. Setelah melalui proses persidangan, hukuman mati siap menunggu Adhitama. Paramitha dan kayla hanya bisa pasrah. Mereka ingin mengajukan banding. Namun, Adhitama menolak, ia sudah lelah dengan semua proses persidangan. Biarlah saja, ia ikhlas jika memang harus mati di tangan regu penembak.Paramitha memeluk Adhitama seusai sidang dengan hati remuk redam. Untuk pertama kalinya Kayla merasa begitu sedih melihat kondisi sang ayah. Dan, setelah memeluk Paramitha, Adhitama menghampiri Kayla lalu tanpa diduga ia bersujud di hadapan putrinya itu. Sontak saja Kayla merasa kaget."Maafkan ayah, Kayla. Ini semua salah ayah. Ayah memang pantas mati!" Adhitama meraung sambil memegangi kaki sang putri. Kayla tak kuasa, ia pun berlutut memeluk ayahnya dan menangis dalam pelukan Adhitama."Ayah!Biarkan kami mengajukan banding ya. Ayah nggak salah, Kayla yakin. Kami nggak ma
Sepanjang sisa perjalanan , Ethan hanya diam sambil sesekali memperhatikan wajah Kayla dari kaca. Sementara Kayla duduk di kursi belakang sambil memejamkan matanya. Ia merasa sangat lelah.Begitu mobil sampai di halaman, Kayla bergegas turun. Tanpa berpamitan lagi, ia pun segera masuk dan masuk ke kamarnya. Tak peduli Rans dan Karina sedang duduk sambil bercanda dengan Bima di ruang keluarga. Kayla hanya ingin berbaring di atas ranjangnya dan tidur. Ia berharap semua hanya mimpi dan saat ia terjaga semua akan baik-baik saja.Rans yang melihat Kayla langsung masuk tanpa menyapa terlihat tak peduli. Namun, ia langsung keluar untuk menemui Ethan."Hasilnya?" tanya Rans."Nusa kambangan , menunggu eksekusi.""Dia, kenapa? Kayla?""Selama dalam perjalanan dia hanya diam. Mungkin dia merasa terpukul.Keluarga mereka kemungkinan akan mengajukan banding meski Adhitama tidak
_3 Tahun kemudian_Kadita baru saja membaringkan tubuhnya di sofa. Ia merasa lelah, hari ini ia bertanggung jawab untuk dua operasi. Kadita merasa rindu pada kedua putranya. Terlebih kepada almarhum suaminya. Mbok Suti sedang memijat kaki Kadita."Cape banget ya, Bu?" Tanya Mbok Suti."Saya cape pikiran dan cape hati, Mbok. Rasanya apa yang saya harapkan dan mimpikan dulu hilang sudah. Kedua putra saya meninggalkan saya. Theo entah di mana. Galang ,memilih melanjutkan pendidikan. Saya tu kepengeen banget Mbok, punya menantu, punya cucu. Aku ini sudah tambah tua Mbok.""Ealah Ibu ini masih muda. Baru usia berapa."Tiba-tiba saja pintu di ketuk. Kadita membetulkan posisi duduknya. Sementara Mbok Suti bergegas membukakan pintu."Ealaaah, Pak komandan. Ya Allah, Den bagus? Walaah, si Mbok pangling!"Mendengar suara ribut-ribut, Kadita langsung bergegas beranjak keluar.
Kayla menatap Paramitha sedih. Menurut pembantu yang bekerja di rumah Paramitha jarang sekali mau makan jika tidak dipaksa. Dia juga sering melamun."Kita jual saja rumah ini, dan ibu pindah ke rumah yang lebih kecil. Sebagian dari penjualan rumah kan bisa ibu tabung.”"Jual saja Kay. Jual sekalian barang- barangnya, Kay. Ibu mau memulai hidup yang baru. Ibu nggak mau selalu terbayang-bayang ayahmu. Ibu masih berharap permohonan Grasi ayahmu dikabulkan. Tapi, ibu tidak mau tinggal di sini. Jual saja rumah ini," kata Paramitha."Ibu yakin?""Ibu yakin. Ibu ingin hidup dengan tenang, Kay."Kayla mengembuskan napasnya perlahan. "Iya bu, kalau begitu Kay akan meminta bantuan Rans atau Ethan untuk menjual rumah ini. Rumah ini bisa laku dengan harga lumayan bu. Apa lagi, kita tidak memiliki lagi pemasukan. Semua aset ayah sudah disita.""Itulah yang ibu pikirkan. Ibu nggak mau bergantung pada Rans.
Galang mendengarkan lagu yang ia putar di dalam mobilnya sambil bersenandung mengikuti. Kayla meneleponnya tadi, dan menyuruhnya untuk ke kampus. Orang pertama yang ia hubungi adalah Cindy-sahabat Kayla dan ia yakin Cindy memberikan nomor ponselnya kepada Kayla."Tatap matamu bagai busur panah yang kau lepaskan ke jantung hatiku.Meski kau simpan cintamu masih.Tetap nafasku wangi hiasi suasana. Saat kau kecup manis bibirmu" Tiba- tiba kaca mobil diketuk perlahan. Galang tersenyum saat melihat siapa yang datang. Ia langsung membuka pintu mobil dan membiarkan Kayla masuk."Ada apa, Kay? Kenapa harus ke kampus?" tanya Galang."Hanya di kampus aku tidak diawasi. Supir yang mengantar jemputku sekarang adalah supir yang sama dengan Mbak Karina. Jadi, dia hanya mengantarkan aku. Dan kemudian pergi. Baru datang lagi saat aku hendak pulang.""Ini berbahaya, Kay. Kau ini mempertaruhkan keselamatan mu sendiri."&nbs
Pagi itu, Kayla sarapan dengan semangat. Hari ini dia akan memulai Koas-nya. Dan, kebetulan ia akan Koas di RS Mitra, tempat Kadita bekerja. Kayla senang sekali, karena itu artinya ia akan sering bertemu Galang. Galang pernah bercerita bahwa ia sering menjemput sang ibu jika kebetulan dinas malam. Sejak pertemuan mereka hari ini Kayla dan Galang memang sudah lama tidak bertemu. Hanya sesekali menelepon, itu pun lewat ponsel Cindy. Mereka tidak mau ambil resiko, biarlah sementara begini. Cukup mendengar suara jika rindu. Anggap saja sedang LDR kan.Sementara itu, Paramitha juga sudah pindah. Ethan menepati janjinya. Namun,karena tidak menemukan rumah yang cocok. Akhirnya Paramitha meminta apartemen saja. Kayla setuju saja dengan keinginan sang ibu. Dan, akhirnya Ethan pun mencarikan apartemen yang cocok. Dan langsung membelikannya atas nama Kayla. Dan menyerahkan sisa uang pembelian rum
Andai saja kau pahami layaknya arti kasih sejati.Karena cinta yang sungguh ,Kayda akan pernah mungkin bersyarat.***Element****Ethan terpekur dalam kamarnya. Menurut Kayla kamar ini dulu adalah kamarnya. Ethan mencoba mencari sisa harum tubuh Kayla disana. Rumah ini sudah ia beli, namun ia tidak pernah berniat untuk balik nama. Biar saja tetap atas nama Kayla. Toh baginya uang 1,5 milyard bukan perkara yang sulit. Penjualan mereka sedang bagus dan meningkat pesat saat ini. Ethan tau, pekerjaannya saat ini beresiko tinggi. Nyawa adalah taruhannya. Lagi pula dia tidak memiliki siapapun. Jadi, tidak mengapa jika kelak ia meninggal dalam kondisi terburuk, ia bisa memberikan sesuatu pada orang yang ia cintai.Hari ini tidak ada pekerjaan yang mengharuskannya untuk ke kantor atau ke markas mereka. Lagi pula ini hari minggu. Ethan berniat untuk menghabiskan