Sepanjang sisa perjalanan , Ethan hanya diam sambil sesekali memperhatikan wajah Kayla dari kaca. Sementara Kayla duduk di kursi belakang sambil memejamkan matanya. Ia merasa sangat lelah.
Begitu mobil sampai di halaman, Kayla bergegas turun. Tanpa berpamitan lagi, ia pun segera masuk dan masuk ke kamarnya. Tak peduli Rans dan Karina sedang duduk sambil bercanda dengan Bima di ruang keluarga. Kayla hanya ingin berbaring di atas ranjangnya dan tidur. Ia berharap semua hanya mimpi dan saat ia terjaga semua akan baik-baik saja.
Rans yang melihat Kayla langsung masuk tanpa menyapa terlihat tak peduli. Namun, ia langsung keluar untuk menemui Ethan.
"Hasilnya?" tanya Rans.
"Nusa kambangan , menunggu eksekusi."
"Dia, kenapa? Kayla?"
"Selama dalam perjalanan dia hanya diam. Mungkin dia merasa terpukul.Keluarga mereka kemungkinan akan mengajukan banding meski Adhitama tidak
_3 Tahun kemudian_Kadita baru saja membaringkan tubuhnya di sofa. Ia merasa lelah, hari ini ia bertanggung jawab untuk dua operasi. Kadita merasa rindu pada kedua putranya. Terlebih kepada almarhum suaminya. Mbok Suti sedang memijat kaki Kadita."Cape banget ya, Bu?" Tanya Mbok Suti."Saya cape pikiran dan cape hati, Mbok. Rasanya apa yang saya harapkan dan mimpikan dulu hilang sudah. Kedua putra saya meninggalkan saya. Theo entah di mana. Galang ,memilih melanjutkan pendidikan. Saya tu kepengeen banget Mbok, punya menantu, punya cucu. Aku ini sudah tambah tua Mbok.""Ealah Ibu ini masih muda. Baru usia berapa."Tiba-tiba saja pintu di ketuk. Kadita membetulkan posisi duduknya. Sementara Mbok Suti bergegas membukakan pintu."Ealaaah, Pak komandan. Ya Allah, Den bagus? Walaah, si Mbok pangling!"Mendengar suara ribut-ribut, Kadita langsung bergegas beranjak keluar.
Kayla menatap Paramitha sedih. Menurut pembantu yang bekerja di rumah Paramitha jarang sekali mau makan jika tidak dipaksa. Dia juga sering melamun."Kita jual saja rumah ini, dan ibu pindah ke rumah yang lebih kecil. Sebagian dari penjualan rumah kan bisa ibu tabung.”"Jual saja Kay. Jual sekalian barang- barangnya, Kay. Ibu mau memulai hidup yang baru. Ibu nggak mau selalu terbayang-bayang ayahmu. Ibu masih berharap permohonan Grasi ayahmu dikabulkan. Tapi, ibu tidak mau tinggal di sini. Jual saja rumah ini," kata Paramitha."Ibu yakin?""Ibu yakin. Ibu ingin hidup dengan tenang, Kay."Kayla mengembuskan napasnya perlahan. "Iya bu, kalau begitu Kay akan meminta bantuan Rans atau Ethan untuk menjual rumah ini. Rumah ini bisa laku dengan harga lumayan bu. Apa lagi, kita tidak memiliki lagi pemasukan. Semua aset ayah sudah disita.""Itulah yang ibu pikirkan. Ibu nggak mau bergantung pada Rans.
Galang mendengarkan lagu yang ia putar di dalam mobilnya sambil bersenandung mengikuti. Kayla meneleponnya tadi, dan menyuruhnya untuk ke kampus. Orang pertama yang ia hubungi adalah Cindy-sahabat Kayla dan ia yakin Cindy memberikan nomor ponselnya kepada Kayla."Tatap matamu bagai busur panah yang kau lepaskan ke jantung hatiku.Meski kau simpan cintamu masih.Tetap nafasku wangi hiasi suasana. Saat kau kecup manis bibirmu" Tiba- tiba kaca mobil diketuk perlahan. Galang tersenyum saat melihat siapa yang datang. Ia langsung membuka pintu mobil dan membiarkan Kayla masuk."Ada apa, Kay? Kenapa harus ke kampus?" tanya Galang."Hanya di kampus aku tidak diawasi. Supir yang mengantar jemputku sekarang adalah supir yang sama dengan Mbak Karina. Jadi, dia hanya mengantarkan aku. Dan kemudian pergi. Baru datang lagi saat aku hendak pulang.""Ini berbahaya, Kay. Kau ini mempertaruhkan keselamatan mu sendiri."&nbs
Pagi itu, Kayla sarapan dengan semangat. Hari ini dia akan memulai Koas-nya. Dan, kebetulan ia akan Koas di RS Mitra, tempat Kadita bekerja. Kayla senang sekali, karena itu artinya ia akan sering bertemu Galang. Galang pernah bercerita bahwa ia sering menjemput sang ibu jika kebetulan dinas malam. Sejak pertemuan mereka hari ini Kayla dan Galang memang sudah lama tidak bertemu. Hanya sesekali menelepon, itu pun lewat ponsel Cindy. Mereka tidak mau ambil resiko, biarlah sementara begini. Cukup mendengar suara jika rindu. Anggap saja sedang LDR kan.Sementara itu, Paramitha juga sudah pindah. Ethan menepati janjinya. Namun,karena tidak menemukan rumah yang cocok. Akhirnya Paramitha meminta apartemen saja. Kayla setuju saja dengan keinginan sang ibu. Dan, akhirnya Ethan pun mencarikan apartemen yang cocok. Dan langsung membelikannya atas nama Kayla. Dan menyerahkan sisa uang pembelian rum
Andai saja kau pahami layaknya arti kasih sejati.Karena cinta yang sungguh ,Kayda akan pernah mungkin bersyarat.***Element****Ethan terpekur dalam kamarnya. Menurut Kayla kamar ini dulu adalah kamarnya. Ethan mencoba mencari sisa harum tubuh Kayla disana. Rumah ini sudah ia beli, namun ia tidak pernah berniat untuk balik nama. Biar saja tetap atas nama Kayla. Toh baginya uang 1,5 milyard bukan perkara yang sulit. Penjualan mereka sedang bagus dan meningkat pesat saat ini. Ethan tau, pekerjaannya saat ini beresiko tinggi. Nyawa adalah taruhannya. Lagi pula dia tidak memiliki siapapun. Jadi, tidak mengapa jika kelak ia meninggal dalam kondisi terburuk, ia bisa memberikan sesuatu pada orang yang ia cintai.Hari ini tidak ada pekerjaan yang mengharuskannya untuk ke kantor atau ke markas mereka. Lagi pula ini hari minggu. Ethan berniat untuk menghabiskan
Pagi itu Theodore sudah bersiap-siap. Hari ini akan ada pengiriman barang dalam jumlah yang cukup banyak. Keuntungan nya ratusan juta. Theodore mengawasi anak buahnya mengepak barang- barang haram yang akan mereka kirimkan. Barang- barang itu akan dibagi- bagi. Sebagian akan di kirim ke Malaysia. Dan sebagian akan di kirimkan ke luar kota. Ke Jambi, Palembang, Bangka dan Pekanbaru. Peredaran Narkoba di beberapa kota itu cukup bagus. Terlebih shabu dan ekstasi.Ethan sudah datang untuk melihat pekerjaan mereka. Barang haram itu akan diselundupkan lewat jalan laut tentunya. Setiap bulan, Ethan selalu rutin memberikan uang pelicin pada petugas bea dan cukai juga pada aparat kepolisian."Sudah semuanya?"tanya Ethan. Theodore mengangguk, "Sudah siap semua Bos. Hanya tinggal masuk ke dalam mobil saja.""Baiklah, seperti biasa pengiriman akan lewat jalan laut ya. Pembayarannya pun sudah, kirimkan segera bara
Siang itu, Kayla merasa begitu lelah. Ternyata KOAS itu sedikit melelahkan. Kadita merasa senang melihat semangat Kayla. Melihat Kayla yang terlihat lelah, Kadita memutuskan untuk mengajak Kayla untuk makan bersama."Kau lelah, Kay?" tanya Kadita. Kayla tersenyum, "Sedikit, Tante. Tapi aku suka, sejak kecil aku memang bercita-cita untuk menjadi dokter. Terlebih, ketika ibu sakit, aku bertambah semangat untuk menjadi seorang dokter. Aku ingin sekali menjadi seorang dokter yang hebat."Kadita tersenyum lembut, "Kau pasti bisa menjadi seorang dokter yang hebat. Sehabis KOAS nanti, sumpahmu sebagai seorang dokter akan di ambil. Kau akan mengambil S2?"Kayla menghela napas panjang. Ingatannya melayang saat Kayla kecil dulu."Kayla, kelak kalau menjadi dokter, kau mau menjadi dokter apa?" tanya Adhitama."Kay mau jadi dokter spesialis penyakit dalam, Ayah. Kay mau obatin orang- orang yang sakit. Kalau
Galang sudah membaca surat itu berulang-ulang. Bahkan dia sudah memeriksa rekaman CCTV. Ia penasaran, siapa yang sudah memberikan surat ancaman pada Adhitama. Ternyata, rekaman itu sudah di hapus. Hal ini membuatnya bertambah yakin. Ada orang yang cukup berpengaruh yang sudah membantu jaringan Rans. Mereka betul- betul licik dan licin."Anda tidak perlu khawatir Pak Adhitama. Aku akan mencari keadilan bagi Anda dan bagi almarhum papaku. Aku juga akan menjaga Kayla. Aku mencintai putri anda dengan sepenuh hati," kata Galang bermonolog.Perlahan ia melipat kembali surat itu dan memasukkannya ke dalam brankas. Surat itu kelak bisa dijadikan barang bukti untuk menyeret Rans. Targetnya sekarang bukanlah pengedar- pengedar kecil. Untuk memberantas suatu tindak kejahatan harus langsung dari akarnya. Percuma saja jika rantingnya dipangkas tapi akarnya tidak di cabut.&nbs