Galang sudah membaca surat itu berulang-ulang. Bahkan dia sudah memeriksa rekaman CCTV. Ia penasaran, siapa yang sudah memberikan surat ancaman pada Adhitama. Ternyata, rekaman itu sudah di hapus. Hal ini membuatnya bertambah yakin. Ada orang yang cukup berpengaruh yang sudah membantu jaringan Rans. Mereka betul- betul licik dan licin.
"Anda tidak perlu khawatir Pak Adhitama. Aku akan mencari keadilan bagi Anda dan bagi almarhum papaku. Aku juga akan menjaga Kayla. Aku mencintai putri anda dengan sepenuh hati," kata Galang bermonolog.
Perlahan ia melipat kembali surat itu dan memasukkannya ke dalam brankas. Surat itu kelak bisa dijadikan barang bukti untuk menyeret Rans. Targetnya sekarang bukanlah pengedar- pengedar kecil. Untuk memberantas suatu tindak kejahatan harus langsung dari akarnya. Percuma saja jika rantingnya dipangkas tapi akarnya tidak di cabut.
&nbs
Siang itu, Kayla tidak ke rumah sakit. Sementara Karina sudah tiga hari mengunjungi orang tuanya di Thailand. Sementara Rans tentu saja di kantor. Kayla perlahan mengendap- endap menuju ruang kerja Rans. Ruangan itu ternyata memakai kunci digital. Tentu saja passwordnya hanya Rans yang mengetahui.Kayla menghela napas, ia merasa sangat kecewa. Kayla yakin sekali kalau di dalam ruangan itu pasti banyak sekali data- data dan juga bukti- bukti yang ia perlukan.Kayla menatap ke langit-langit, ia baru menyadari bahwa ada CCTV juga terpasang disana. "Aaah, sial!" Maki Kayla kesal. Tanpa Kayla tau, Rans kebetulan sedang mengawasinya lewat ponselnya."Ah, rupanya dia mulai bertingkah dan mulai ingin bermain-main denganku," gumam Rans. Ethan yang kebetulan sedang berada di ruangan itu mengerutkan dahinya."Ada apa Bos?" tanyanya.Rans menoleh lalu
Ethan menatap Kayla yang meringkuk di balik selimut sambil menangis. Entah mengapa hati Ethan merasa ikut sedih dan terluka saat melihat air mata Kayla."Kay, apa kau ingin lepas dari Rans?"tanya Ethan sambil mengelus rambut Kayla dengan lembut."Kalian sama saja, bajingan!"sentak Kayla.Ethan tersenyum miris mendengar kata- kata Kayla.Perlahan Ethan membawa Kayla kedalam pelukannya. Kayla berusaha untuk berontak, ia tidak mau Ethan menyentuhnya seperti tadi."Aku hanya ingin memelukmu, jadi diamlah," kata Ethan.Kayla pun akhirnya menghentikan perlawanannya. Dia menatap kedua netra Ethan. Hari itu, Kayla melihat ada sesuatu yang berbeda. Atau mungkin Kayla baru menyadari tatapan penuh cinta itu."Sejak kapan?"tanya Kayla lirih."Apa? Mencintaimu? Sejak pertama kali aku melihatmu di hotel untuk bertemu Rans."Kenapa?"
Rans kembali ke hotel menjelang malam. Kayla nampak tertidur karena lelah, sementata Ethan menjaganya dan duduk di sofa sambil menonton televisi."Perempuan sialan itu tidur? Kau tidak menghukumnya? Menyiksanya?"tanya Rans. Ethan membetulkan posisi duduknya, ia menatap Rans."Bisnis kita kotor, Bos. Tapi,selama kita berbisnis kita tidak pernah menyiksa wanita. Kita tidak pernah menyiksa yang lemah. Kali ini, maafkan jika aku menentangmu," jawab Ethan tegas.Rans menatap tangan kanannya ini tanpa kedip. Ia sangat mengenal Ethan dengan baik. Selama bertahun-tahun anak muda dihadapannya ini tidak pernah melawan atau membantah seKayp ucapannya.“Hei, ada apa denganmu? Apa seorang Ethan yang aku kenal bertangan dingin tiba- tiba menjadi lemah hanya karena perempuan murahan ini?!"sentak Rans."Bos, apa selama ini aku pernah membantah? Pernahkah aku meminta sesuatu kepadamu? Selama ini ka
Pagi itu, Kayla terbangun dengan tubuh yang terasa lebih segar. Ia mendengar bunyi gemericik air di kamar mandi. Tampaknya Ethan sedang mandi. Kayla memilih untuk tidak bangkit dulu dari tidurnya. Ia masih ingin berbaring sebentar saja.Dan, Kayla merasa sedih sekali. Ia merindukan ayahnya. Dalam hati ia merasa marah dan dendam pada Rans. Ingin rasanya ia menaruh racun dalam makanan Rans, supaya lelaki iblis itu lenyap dari muka bumi. Jika bukan karena ulahnya, tentu aku akan hidup bahagia sekarang, ujar Kayla dalam hati.Pintu kamar mandi terbuka, dan Ethan muncul dari balik pintu itu. Dia masih mengenakan pakaian yang kemarin dia kenakan. Saat melihat Kayla yang sudah terbangun dia tersenyum."Kau sudah bangun? Mau sarapan pagi bersamaku?"tanya Ethan."Pakaianku, kan sobek?"Ethan mengambil shopping bag yang ia letakkan di atas meja. Lalu mem
Karina memeluk Kayla dengan erat."Kau baik-baik saja kan? Aku rindu sekali padamu," kata Karina. Kayla hanya tersenyum manis."Aku membawa oleh-oleh untukmu.""Terima kasih Mbak, orang tua Mbak sehat?""Sehat, Kayla ... mereka juga sangat senang bertemu dengan Bima."Kayla menoleh ke arah Bima. Balita itu nampak manja dalam gendongan Rans. Usianya hampir 5 tahun dan dia sangat cerewet. Namun sayang, dia sama sekali tidak dekat dengan Kayla. Hanya sesekali bocah kecil itu mau bersama Kayla. Selebihnya tentu bersama Karina."Kau tidak ke rumah sakit hari ini, Kay?"tanya Karina."Tadi pagi aku merasa tidak enak badan Mbak, jadi aku putuskan untuk beristirahat saja di rumah. Lagi pula, hari ini kan Mbak pulang.""Ah, tapi kau tidak apa-apa kan? Apa perlu ke dokter?"Kayla tertawa kecil, "Aku hanya kurang tidur Mbak. Kemarin a
Rans sengaja tidak ke mana-mana hari. Ia ingat bahwa sore nanti ketika Kayla pulang, mereka akan bicara. Bima sedang asik bermain dengan baby sitternya."Sibuk, Sayang?"tanya Rans pada Karina. Karina menoleh dan tersenyum."Ada yang ingin kau bicarakan?""Tentang Kayla."Karina mengerutkan dahinya seketika. Ia ingat, terakhir kali Rans mengajaknya bicara serius adalah saat hendak menjadikan Kayla istri."Hmm ... ada apa dengannya? Dia tidak sedang ada masalah? Aku selalu rutin mentransfer uang bulanannya. Bahkan, segala kebutuhannya aku cukupi seperti yang kau minta. Kenapa dengannya? Apa uang jatahnya kurang?""Dia minta cerai."Seketika Karina menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyisir rambut. Ia menoleh dan menatap Rans. Kayla meminta cerai? Karina mendadak lemas. Karina hapal sekali kelakuan Rans di luar sana. Dia sangat suka bermain-main dengan w
Karina dan Rans saling pandang."Aku sudah menganggapmu adik sendiri,Kay. Tapi, jika itu yang bisa membuatmu bahagia. Aku tidak bisa menahanmu.""Keputusanmu apakah sudah bulat? Tidak bisa ditawar lagi?"tanya Rans.Kayla mengangguk.Rans menghela napas panjang."Baiklah, kalau begitu di hadapan Karina aku talak tiga dirimu Kayla. Aku akan segera mengurusnya ke kantor urusan agama. Selama surat cerai belum keluar, kau boleh tinggal di sini. Aku akan memberimu satu milyar sebagai harta gono gini. Dan, kau boleh membawa semua barang-barang yang sudah diberikan oleh Karina. Selama surat belum ada, kau masih harus di sini. Dan nanti aku sendiri yang akan mengantarmu ke apartemen ibumu. Aku mengambilmu dengan baik aku pula yang akan mengembalikanmu pada ibumu dengan baik pula."Setelah mengucapkan talak, Rans tidak pernah berkunjung ke kamar Kayla. Kayla merasa bersyukur,
Kayla menatap STNK dan BPKB mobil di tangannya. Ia meletakkan STNK ke dalam dompet miliknya. Sementara BPKB ia masukkan ke dalam lemari tempat ia menyimpan semua surat- surat. Kayla menghela napas. Ia berpikir, apakah jika dulu ayahnya tidak bangkrut hidup mereka akan seperti ini? Tentu tidak. Rans harus dihancurkan. Dan Kayla mendapatkan ide untuk memghancurkan Rans dari dalam."Aku akan membalas seKayp tetesan air mata yang telah kau berikan. Segala yang telah kau berikan kepadaku tidak sebanding dengan apa yang sudah kau renggut. Termasuk keadilan bagi ayah,"gumam Kayla. Ia sudah bertekad.Dan, pagi itu Kayla dengan senang membantu ibunya menyiapkan sarapan. Wajahnya begitu ceria. Sambil bernyanyi kecil ia membuat telur gulung dan roti panggang serta salad buah favoritnya."Ibu baru kali ini melihat, orang bercerai bahagia, Kay. Biasanya, ibu melihat orang bercerai itu akan menangis tersedu-sedu se
_15 tahun kemudian_ Bima membaca surat terakhir yang ditulis oleh Rans. Di surat terakhir ini, lebih tebal dari biasanya. Juga di surat terakhir ini Rans bercerita banyak hal kepadanya. Usia Bima hari ini genap 20 tahun. Ia menatap Karina yang duduk di hadapannya. Hari ini, untuk pertama kali Bima mengerti bahwa wanita yang selama 20 tahun ini merawat dan membesarkannya ternyata bukan ibu yang melahirkannya ke dunia ini. Bima juga harus berlapang dada mengetahui semua kebenarannya. Tentang almarhum Guan dan Rans. Selama ini, Karina memang tidak pernah mengatakan apa pun. Itu semua karena Karina ingin menjaga kebanggaan Bima tentang Papinya. Karina membawa Bima tinggal di Thailand karena ia tidak ingin Bima mengetahui soal Rans dari orang lain. Karina ingin menunggu sampai Bima dewasa dan siap menghadapi semua kenyataan dan kebenaran yang ada. Ba
-2 Tahun kemudian Kayla pagi ini kelihatan cantik dengan kebaya dan riasan pengantin adat Jawa Barat. Kayla mengenakan siger di kepalanya, siger Sunda itu sendiri memiliki makna yang cukup.Dengan meletakkan siger pada kepala, pengantin wanita pada dasarnya telah meletakkan kearifan, rasa hormat, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sebagai istri, siger merupakan simbolisasi harapan kearifan, hormat dan kebijaksanaan. Selain sigernya itu sendiri, riasan adat siger yang Kayla pakai juga disertai dengan hiasan-hiasan pada sanggul seperti kembang tanjung. Kembang tanjung adalah 6 pasang bunga yang disematkan pada belakang sanggul, bentuknya seperti kupu-kupu kecil di belakang konde. Kembang tanjung sendiri bermakna sebagai kesetiaan pengantin wanita pada pria. Sebagai seorang gadis Sunda Kayla terlihat sangat cantik dengan u
Tepat di hari ke delapan, Galang membuka matanya pelahan. Kayla dan Kadita yang sedang berada di ruang perawatan tentu senang bukan main. Kadita pun langsung memanggil dokter yang menangani Galang."Ma, Bang Theo dan Ethan sudah kembali?" tanya Galang."Sudah, mereka sudah mama beri kabar. Mereka akan datang, Om- mu sedang menjemput mereka.""Kayla ....""Aku di sini. Kau jangan banyak bicara dulu. Kau sudah delapan hari koma dan kau belum boleh banyak bicara."Galang menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis."Aku mencintaimu, Kay dan kau sangat tau hal itu. Aku ingin melihatmu bahagia," kata Galang dengan lirih.Kayla menggenggam tangan Galang dan membelai rambut pemuda itu."Aku juga sayang kepadamu."Kadita yang duduk di dekat mereka hanya bisa menangis dan menggenggam tangan Galang yang satunya. Tak berapa lama pintu kamar terbuka. Tampak Agung masuk bersama Theodore dan Ethan. Mereka
Siang itu, Kayla dan Agung sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput Kadita, Ethan dan Theodore. Kayla nampak sedikit gelisah, ia penasaran seperti apa penampilan Ethan dan Theodore sekarang. Terakhir mereka melakukan panggilan telepon, Ethan tidak bersedia untuk melakukan video call. Sehingga Kayla hanya bisa mengira- ngira bagaimana wajah Ethan sekarang. Setelah beberapa lama menunggu pesawat Kadita pun landing. Dari kejauhan, Kadita langsung melambaikan tangan saat melihat Kayla. Kayla membalas lambaian tangan Kadita. Untuk sejenak, Kayla terpaku pada kedua lelaki yang berjalan di belakang Kadita. Ia yakin mereka adalah Ethan dan Theodore. Tapi, Kayla belum bisa memastikan yang mana Ethan dan yang mana Theodore.Mereka tidak sempat bicara panjang lebar. Agung langsung membawa Kadita ke rumah sakit tempat Galang dirawat.“Bagaimana bisa dia tertembak, Bang?” tanya Kadita.&ldq
Karina berjalan dengan mantap menuju kantor polisi. Dia baru saja tiba di Jakarta tanpa membawa Bima. Kepada Rengganis, ia mengatakan bahwa ia harus ke Jakarta untuk mengurus perceraian. Tetapi, bukan hanya itu. Ia ingin menemui Rans Surat terakhir dari papinya ia simpan dengan rapi di dalam tasnya. Galang yang kebetulan baru saja menjenguk Hans merasa sedikit terkejut. Kabar terakhir yang Galang dengar, Karina sedang mengurus proses perceraian. Bahkan menurut orang kedutaan Karina tidak mau ikut campur dengan apa yang menimpa suaminya Jelas, kedatangan Karina menjadi sebuah kejutan bagi Galang. Ia langsung menyuruh anak buahnya untuk membawa Hans bertemu dengan istrinya di ruangan khusus. Melihat Karina, mata Hans yang tadinya kosong tanpa gairah mendadak berbinar ceria. Namun, ia menahan diri untuk tidak memeluk istri tercintanya itu."Kau datang? Mana Bima?" tanya Rans Karina merasa gamang. Perasaannya saat ini campur adu
DOR!DOR!DOR!“GALAANG!” Agung berteriak. Ia tidak menyangka jika keponakannya itu akan menghalangi peluru yang ditujukan kepadanya. Sementara Rans sendiri terkena tembakan di bagian bahu.Tanpa menunggu lama Agung langsung menelepon ambulance dan membawa Agung ke rumah sakit.++"Saudara Rans, saya ingin menyampaikan berita duka. Ayah mertua Anda, meninggal dunia karena bunuh diri. Kami mendapatkan informasi dari kedutaan besar di Thailand. Kami juga sudah menghubungi istri Anda. Tapi, sepertinya istri Anda menolak untuk menemui Anda. Apakah ada yang lain yang ingin Anda sampaikan?" Rans terdiam, Guan meninggal? Bunuh diri? Ah, sebenarnya apa yang telah terjadi?"Jika kepolisian ingin mengusut asset penghasilan saya di perusahaan tidak akan bisa menemukan. Segala penghasilan saya dari usaha narkotika tidak pernah saya campur adukkan dengan bisnis saya yang bersih. Silak
Karina tak kuasa saat melihat jenazah Guan di kremasi. Menurut kepercayaan yang masih di anutnya, jauh hari sebelumnya Guan memang pernah berpesan, kelak jika ia meninggal ia ingin dikremasikan. Dan abunya di buang ke laut saja. Rengganis yang masih syok dengan kepergian suaminya tercinta tak sanggup menghadiri upacara kremasi. Sampai setelah beberapa hari berlalu, Rengganis masih mengurung diri dalam kamar. Ia tidak menduga sama sekali kepergian Guan yang begitu mendadak. Dan, dengan cara yang sangat mengenaskan."Mami, maafkan aku. Ini semua karena kesalahanku. Seharusnya aku tidak perlu menceritakan semuanya kepada Papi. Apa Papi benar- benar merasa terpukul karena diriku, Mami?"ujar Karina. Rengganis menatap putri semata wayangnya itu. "Sekarang, hanya tinggal kita berdua dan Bima. Papi sudah tidak ada. Lebih baik, kau mengurus hotel Papi yang ada di Phuket, Rina. Kita tinggal di
KEHANCURANErza duduk diam, ia menatap wajah KABARESKRIM Drs. Yusuf Ridwan. SH yang sedang duduk di hadapannya dengan cemas."Anda tau apa kesalahan yang telah anda lakukan, pak Erza?" tanya Yusuf dengan tenang."Sa-saya tau, Pak. Saya sudah menyalahgunakan jabatan saya dan menerima suap dalam jumlah yang tidak sedikit.""Tau resikonya apa?""Tau, Pak."Yusuf menghela napas, ia sangat menyayangkan keterlibatan Erza dalam jaringan narkoba ini. Dan, ini bukan jaringan kecil. Bahkan sudah melibatkan banyak pihak termasuk bea dan cukai. Bahkan sudah di kirimkan ke luar negeri."Anda adalah aparat hukum, Pak Erza. Seharusnya, anda melindungi hukum. Bukan malah anda melindungi orang-orang yang seharusnya anda tangkap dan anda masukkan ke dalam jeruji besi. Terlebih lagi, orang ini sudah berbuat sesuatu yang merugikan orang lain. Memfitnah dan membuat orang lain yang tidak bersalah justru menjalani h
Rengganis dan Guan tentu kaget dengan kedatangan Karina dan Bima yang tiba-tiba tanpa kabar terlebih dahulu. Apalagi sejak datang, Karina tidak mau menceritakan apa yang sudah terjadi. Ia hanya menjawab seperlunya saja. Jika di tanya mengapa hanya menggelengkan kepalanya."Sebenarnya ada apa Karina? Sudah seminggu lebih kau di sini dan masih juga tidak mau bercerita pada Papi dan Mami?" tanya Rengganis dengan lembut. Guan yang melihat Karina hanya diam, merasa sedikit kesal dan penasaran. Ia pun melangkah menghampiri istri dan anaknya."Kau ini bukan anak kecil lagi. Mami dan Papi ini sudah tua. Jadi, tolong jangan membebani Papi dan Mami dengan sikap kekanak- kanakanmu," sahut Guan dengan tegas. Karina menatap Guan dan Rengganis bergantian."Ini semua tentang Rans," jawab Karina lirih."Kenapa Rans? Apa dia menikah lagi? Atau usahanya bangkrut? Ata