Tepat di hari ke delapan, Galang membuka matanya pelahan. Kayla dan Kadita yang sedang berada di ruang perawatan tentu senang bukan main. Kadita pun langsung memanggil dokter yang menangani Galang.
"Ma, Bang Theo dan Ethan sudah kembali?" tanya Galang.
"Sudah, mereka sudah mama beri kabar. Mereka akan datang, Om- mu sedang menjemput mereka."
"Kayla ...."
"Aku di sini. Kau jangan banyak bicara dulu. Kau sudah delapan hari koma dan kau belum boleh banyak bicara."
Galang menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis.
"Aku mencintaimu, Kay dan kau sangat tau hal itu. Aku ingin melihatmu bahagia," kata Galang dengan lirih.
Kayla menggenggam tangan Galang dan membelai rambut pemuda itu.
"Aku juga sayang kepadamu."
Kadita yang duduk di dekat mereka hanya bisa menangis dan menggenggam tangan Galang yang satunya. Tak berapa lama pintu kamar terbuka. Tampak Agung masuk bersama Theodore dan Ethan. Mereka
-2 Tahun kemudian Kayla pagi ini kelihatan cantik dengan kebaya dan riasan pengantin adat Jawa Barat. Kayla mengenakan siger di kepalanya, siger Sunda itu sendiri memiliki makna yang cukup.Dengan meletakkan siger pada kepala, pengantin wanita pada dasarnya telah meletakkan kearifan, rasa hormat, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sebagai istri, siger merupakan simbolisasi harapan kearifan, hormat dan kebijaksanaan. Selain sigernya itu sendiri, riasan adat siger yang Kayla pakai juga disertai dengan hiasan-hiasan pada sanggul seperti kembang tanjung. Kembang tanjung adalah 6 pasang bunga yang disematkan pada belakang sanggul, bentuknya seperti kupu-kupu kecil di belakang konde. Kembang tanjung sendiri bermakna sebagai kesetiaan pengantin wanita pada pria. Sebagai seorang gadis Sunda Kayla terlihat sangat cantik dengan u
_15 tahun kemudian_ Bima membaca surat terakhir yang ditulis oleh Rans. Di surat terakhir ini, lebih tebal dari biasanya. Juga di surat terakhir ini Rans bercerita banyak hal kepadanya. Usia Bima hari ini genap 20 tahun. Ia menatap Karina yang duduk di hadapannya. Hari ini, untuk pertama kali Bima mengerti bahwa wanita yang selama 20 tahun ini merawat dan membesarkannya ternyata bukan ibu yang melahirkannya ke dunia ini. Bima juga harus berlapang dada mengetahui semua kebenarannya. Tentang almarhum Guan dan Rans. Selama ini, Karina memang tidak pernah mengatakan apa pun. Itu semua karena Karina ingin menjaga kebanggaan Bima tentang Papinya. Karina membawa Bima tinggal di Thailand karena ia tidak ingin Bima mengetahui soal Rans dari orang lain. Karina ingin menunggu sampai Bima dewasa dan siap menghadapi semua kenyataan dan kebenaran yang ada. Ba
“Tidak! Sampai kapan pun aku tidak akan menjual kesucianku, Ayah!”“Ah, itu kembali kepadamu, Kayla. Kau memilih untuk menjadi anak yang berbakti atau anak durhaka. Apa kau tidak kasian melihat kondisi ibumu saat ini? Ibumu perlu menjalani operasi, jika tidak dia akan meninggal dunia. Apa kau mau jika itu terjadi?” cecar Raditama pada putrinya. Kayla terdiam, saat ini ia benar-benar bingung. Di satu sisi ibunya sedang berjuang melawan maut dan butuh biaya yang sangat banyak. Di sisi lain, apa yang diminta oleh ayahnya sangat bertentangan dengan hati nurani. Menjual kehormatannya demi uang? Bagaimana kelak dengan masa depannya?“Aku tidak mau menjadi pelacur, Ayah,” kata Kayla dengan lirih. Gadis itu tampak sangat sedih dan ketakutan.“Kau tidak akan menjadi pelacur jalanan yang menjajakan tubuh dengan murah, Kayla. Ayah tau siapa orang yang berani membayar banyak untuk membeli kesucianmu.
Dengan dada berdebar kencang Kayla berdiri di depan pintu suite room sebuah hotel berbintang 5. Kayla tau, untuk menginap semalam saja di kamar seperti ini, tentunya tidak murah. Bisa 1 juta permalam atau bahkan lebih. Kayla memejamkan matanya. Ia ragu untuk menekan bel tetapi, ia teringat kembali perkataan sang ayah sebelum memaksanya melakukan hal ini. Akhirnya, Kayla pun memberanikan diri. Dipencetnya bel, dan beberapa saat kemudian keluarlah seorang pemuda. Tubuhnya tinggi, tegap, berwajah tampan. Usianya sekitar 28 tahun. Dia memandangi Kayla dari atas sampai bawah. Kayla sedikit mengerutkan dahi, menurut sang ayah lelaki yang akan memesannya bukan lelaki muda seperti yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. Namun, entah mengapa Kayla merasa sedikit salah tingkah saat pemuda itu menatapnya."Kayla?" tanya pemuda itu."Be-betul Om, saya Kayla." Kayla menjawab dengan takut.
Pagi itu, Kayla terjaga karena sepasang tangan yang kokoh sedang mengungkung tubuhnya. Untuk kesekian kali tubuhnya dipaksa. Ya, pagi itu Rans sudah berada di atas tubuh Kayla kembali. Kayla hanya mampu pasrah saat Rans kembali memacunya. Inti tubuhnya memang tidak terlalu merasakan perih,tetapi hatinya terasa begitu perih."Kita akan segera bertemu lagi, Kayla. Aku masih ingin menikmati tubuhmu lain hari, " ujar Rans setelah semua selesai. Lelaki itu pun melenggang ke kamar mandi. Meninggalkan Kayla yang hanya bisa menangis pilu. Kayla merasa sekujur tubuhnya begitu sakit. Bagian inti tubuhnya terasa begitu nyeri. Bagaimana tidak jika semalaman ia dipaksa melayani nafsu Rans yang tiada habisnya. Setelah Rans mandi, Kayla melangkah tertatih ke kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mulai membasuh tubuhnya. Ia menggosok semua bagian tubuhnya keras- keras seolah ada kotoran yang menempel di sana.
Pagi itu Kayla bangun dalam keadaan tubuh yang terasa lemas. Wajahnya pucat, matanya sembab karena semalaman ia menangis. Ia melirik ke ranjang ibunya, sang ibu masih tidak sadarkan diri.“Bu, Ibu harus sembuh. Operasi Ibu akan dilaksanakan hari ini, jadi Ibu harus kuat. Jangan sia-siakan pengorbananku, ya,” bisik Kayla di telinga ibunya. Sayup Kayla mendengar suara adzan subuh. Biasanya ia akan segeramengambil wudhu dan menjalankan ibadah lima waktu. Tetapi, pagi ini ia merasa tak layak untuk menghadapNya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Raditama muncul dari balik pintu.“Kau pulanglah ke rumah, Kayla. Bukannya kau harus sekolah, jangan sampai terlambat. Pulang sekolah nanti kau baru ke sini lagi. Pagi ini ayah akan mengurus biaya operasi untuk ibumu,” kata pria itu dengan tegas.“Hari ini ... apa aku boleh di sini saja? Aku ingin menemani ibu, Yah,” ujar Kayla t
"Tidurmu pulas sekali."Kayla sontak terbangun dan duduk bersandar sambil melotot kesal."Kau ini bisa tidak sih jangan membuatku kaget? Sejak kapan kau ada di sini?" tanyanya."Aku tadi baru saja selesai main basket dan nih ... tanganku terluka. Aku hanya ingin mengambil obat merah tapi, saat aku masuk kau sedang tertidur pulas. Kau sakit?""Bukan urusanmu, Galang.""Kenapa sih, kau ini susah sekali didekati sekarang?" Kayla menatap pemuda di hadapannya. Ia tidak tau harus menjawab apa. Galang adalah kakak kelasnya, sudah sejak lama ia memang mengejar-ngejar Kayla. Kebetulan, ibu mereka juga berteman dekat."Kata mamaku, ibumu hari ini akan menjalani operasi. Kau pasti lelah karena menjaga beliau," ujar pemuda itu sambil bangkit berdiri dan mengambil obat merah dari lemari P3K. Kayla memanfaatkan keadaan itu untuk bangkit dan turu
Kayla berjalan dengan langkah gontai. Rasanya ia malas sekali kembali ke rumah. Tapi, jika tidak pulang, ke mana lagi ia harus melangkah. Lagi pula ia harus ke rumah sakit untuk menjaga ibunya. Kayla memicingkan mata saat melihat mobil ayahnya terparkir di depan rumahnya. Ia pun bergegas, perasaannya tidak enak. Ia takut jika sesuatu terjadi pada sang ibu.“Ayah, kenapa Ayah pulang? Bagaimana dengan ibu?” tanya Kayla saat ia masuk. Raditama tampak sedang duduk di teras rumah mereka. Alih-alih menjawab, Raditama malah memperlihatkan saldo rekeningnya. Dada Kayla berdesir seketika.“U-uang dari mana itu, Yah?” tanyanya hati-hati."Kita pergi ke rumah mami Sania sekarang. Kau berdandan di sana, lalu kita ke hotel. Orangnya sudah mentransfer. Tidak lama Tatia. Kau hanya perlu seperti ini sampai ayah bisa bangkit kembali dan ibumu sembuh." Ka