Pagi itu, Kayla terjaga karena sepasang tangan yang kokoh sedang mengungkung tubuhnya. Untuk kesekian kali tubuhnya dipaksa. Ya, pagi itu Rans sudah berada di atas tubuh Kayla kembali.
Kayla hanya mampu pasrah saat Rans kembali memacunya. Inti tubuhnya memang tidak terlalu merasakan perih,tetapi hatinya terasa begitu perih.
"Kita akan segera bertemu lagi, Kayla. Aku masih ingin menikmati tubuhmu lain hari, " ujar Rans setelah semua selesai. Lelaki itu pun melenggang ke kamar mandi. Meninggalkan Kayla yang hanya bisa menangis pilu. Kayla merasa sekujur tubuhnya begitu sakit. Bagian inti tubuhnya terasa begitu nyeri. Bagaimana tidak jika semalaman ia dipaksa melayani nafsu Rans yang tiada habisnya.
Setelah Rans mandi, Kayla melangkah tertatih ke kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mulai membasuh tubuhnya. Ia menggosok semua bagian tubuhnya keras- keras seolah ada kotoran yang menempel di sana. Kayla terisak, "Aku kotor ... aku sudah kotor," ucapnya lirih.
Setelah selesai mandi, Kayla pun bergegas memakai kembali pakaiannya. Ia ingin cepat keluar dari kamar ini. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat Ethan yang ada di kamar itu.
"Ka-kau ...."
"Pak Rans sudah pulang, dia ada urusan yang harus ia selesaikan. Ini, minumlah ... kau tentu tidak mau jika hamil di luar nikah, kan?"
Kayla mengangguk dan dengan cepat meminum pil yang diberikan Ethan kepadanya.
"Kata Pak Rans, dia sudah mentransfer uang ke rekening ayahmu. Tetapi, dia menitipkan ini untukmu," kata Ethan. Pemuda itu memberikan amplop yang cukup tebal kepada Kayla.
"A-apa ini?" tanya Kayla. Ethan hanya mengendikkan bahunya tanpa ekspresi. Apakah dia tidak pernah tersenyum, batin Kayla. Sejak bertemu dengannya kemarin Ethan memang tidak pernah tersenyum dan ekspresinya begitu datar.
"Aku hanya disuruh untuk memberikan itu kepadamu. Apa kau sudah selesai? Jika sudah, aku akan mengantarkanmu pulang," kata Ethan dengan dingin.
Kayla menghela napas panjang, "Aku bisa pulang sendiri," katanya.
"Tidak, Pak Rans menyuruhku untuk mengantarkanmu pulang. Tidak usah membantah!" tegas Ethan lagi.
Kayla hanya bisa pasrah. Ia tak bisa menjawab apa- apa dan mengikuti langkah Ethan dari belakang.
Sepanjang perjalanan tidak ada suara yang terdengar. Sesekali Ethan melirik ke arah Kayla sambil menghela napas panjang. Sebagai tangan kanan Rans, ia sudah sering menemani bosnya bertemu dengan wanita panggilan. Tetapi, baru kali ini ia merasa kasian saat melihat Kayla. Gadis itu adalah gadis yang termuda yang pernah bermalam dengan Rans.
Raditama sedang menunggu Kayla di ruang tamu. Saat Kayla masuk ia segera mencekal lengan Kayla. “Duduk!" perintahnya.
Kayla menuruti perintah ayahnya. Ia mulai merasa takut, ia takut ayahnya marah.
"Mami Sania menelpon ayah barusan. Dia bilang, Rans puas dengan pelayananmu semalam. Dan mami Sania juga akan mencarikanmu tamu yang lain. Pengusaha besar yang kaya raya dan mampu membayarmu dengan mahal!”
Kayla tak menjawab, ia merasa sudah tidak memiliki lagi kehormatan untuk bisa berdiri tegak dan menatap masa depannya.Kayla hanya menunduk. Ia merasa hatinya begitu pedih. Bagaimana bisa, seorang ayah yang seharusnya menjadi pelindung anak gadisnya kini menjadi monster jahat yang justru melemparkan putri kandungnya sendiri ke jurang kenistaan.
"Masuk kamar dan segera bersiap ke rumah sakit untuk menjaga ibumu. Besok, kau harus sekolah seperti biasa dan jangan sampai ada yang tau tentang hal ini!”
Kayla hanya diam dan beranjak menuju kamarnya. Ia membanting tubuhnya ke atas kasur dan menangis. Ia berteriak sambil membekap mulutnya dengan bantal sehingga teriakannya teredam. Kayla mulai menampar pipinya sendiri dan ia menggosok-gosok tubuhnya seperti membersihkan daki. Kayla mulai merasa jijik pada dirinya sendiri.
Ia pun segera ke kamar mandi dan membiarkan air yang mengalir membasahi tubuhnya. Kayla menangis. Ia merasa begitu hancur. Jika mungkin ingin rasanya ia mati saja. Ia menenggelamkan kepalanya ke dalam ember berisi air berharap napasnya akan habis. Namun saat ia merasa sesak, ia menarik kembali kepalanya. Dan wajah Mitha sang ibu menari di pelupuk matanya. Kayla benar- benar merasa hancur sehancur- hancurnya.
"Kenapa Tuhan! Kenapa harus aku yang mengalami ini semua? Kenapa Kau buat usaha ayah bangkrut sehingga harus aku yang menanggung derita ini?" ujar Kayla putus asa.
"Seandainya Ayah tidak bangkrut, tentu semua ini tidak akan terjadi," keluh Kayla lagi.
Raditama seorang kontraktor besar. Ia menangani sejumlah perumahan- perumahan besar di Jakarta. Bahkan beberapa gedung perkantoran. Namanya sebagai seorang pengusaha sukses cukup terkenal.
Hidup Raditama begitu sempurna, harta yang melimpah dan Ia juga terkenal di antara pengusaha besar di Indonesia. Namun, semua kebanggaannya terenggut begitu saja. Proyek apartemen yang sedang ia tangani mendadak rubuh. Bangunan yang sudah dibangun 30 lantai itu roboh.
Dan proyek itu bukan proyek yang kecil. Raditama mengalami kerugian bukan hanya ratusan tapi mencapai milyaran rupiah. Ia terpaksa menjual semua asetnya. Raditama pun mulai menjadi supir taksi online. Dan tanpa sengaja ia bertemu dengan Sania seorang mami. Raditama pun tergoda untuk menjual putri semata wayangnya demi uang.
"Aku harus bisa kembali bangkit meski harus mengorbankan semua," gumam Raditama.
Pagi itu Kayla bangun dalam keadaan tubuh yang terasa lemas. Wajahnya pucat, matanya sembab karena semalaman ia menangis. Ia melirik ke ranjang ibunya, sang ibu masih tidak sadarkan diri.“Bu, Ibu harus sembuh. Operasi Ibu akan dilaksanakan hari ini, jadi Ibu harus kuat. Jangan sia-siakan pengorbananku, ya,” bisik Kayla di telinga ibunya. Sayup Kayla mendengar suara adzan subuh. Biasanya ia akan segeramengambil wudhu dan menjalankan ibadah lima waktu. Tetapi, pagi ini ia merasa tak layak untuk menghadapNya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Raditama muncul dari balik pintu.“Kau pulanglah ke rumah, Kayla. Bukannya kau harus sekolah, jangan sampai terlambat. Pulang sekolah nanti kau baru ke sini lagi. Pagi ini ayah akan mengurus biaya operasi untuk ibumu,” kata pria itu dengan tegas.“Hari ini ... apa aku boleh di sini saja? Aku ingin menemani ibu, Yah,” ujar Kayla t
"Tidurmu pulas sekali."Kayla sontak terbangun dan duduk bersandar sambil melotot kesal."Kau ini bisa tidak sih jangan membuatku kaget? Sejak kapan kau ada di sini?" tanyanya."Aku tadi baru saja selesai main basket dan nih ... tanganku terluka. Aku hanya ingin mengambil obat merah tapi, saat aku masuk kau sedang tertidur pulas. Kau sakit?""Bukan urusanmu, Galang.""Kenapa sih, kau ini susah sekali didekati sekarang?" Kayla menatap pemuda di hadapannya. Ia tidak tau harus menjawab apa. Galang adalah kakak kelasnya, sudah sejak lama ia memang mengejar-ngejar Kayla. Kebetulan, ibu mereka juga berteman dekat."Kata mamaku, ibumu hari ini akan menjalani operasi. Kau pasti lelah karena menjaga beliau," ujar pemuda itu sambil bangkit berdiri dan mengambil obat merah dari lemari P3K. Kayla memanfaatkan keadaan itu untuk bangkit dan turu
Kayla berjalan dengan langkah gontai. Rasanya ia malas sekali kembali ke rumah. Tapi, jika tidak pulang, ke mana lagi ia harus melangkah. Lagi pula ia harus ke rumah sakit untuk menjaga ibunya. Kayla memicingkan mata saat melihat mobil ayahnya terparkir di depan rumahnya. Ia pun bergegas, perasaannya tidak enak. Ia takut jika sesuatu terjadi pada sang ibu.“Ayah, kenapa Ayah pulang? Bagaimana dengan ibu?” tanya Kayla saat ia masuk. Raditama tampak sedang duduk di teras rumah mereka. Alih-alih menjawab, Raditama malah memperlihatkan saldo rekeningnya. Dada Kayla berdesir seketika.“U-uang dari mana itu, Yah?” tanyanya hati-hati."Kita pergi ke rumah mami Sania sekarang. Kau berdandan di sana, lalu kita ke hotel. Orangnya sudah mentransfer. Tidak lama Tatia. Kau hanya perlu seperti ini sampai ayah bisa bangkit kembali dan ibumu sembuh." Ka
Kayla mulai terbiasa dengan keadaannya sekarang. Ia merasa tak ada gunanya menolak atau melawan segala perintah ayahnya. Di depan ibunya, Kayla berusaha bersikap normal dan biasa saja. Dia berpura-pura tidak tau darimana ayahnya mendapatkan pundi- pundi uang. Wajah Kayla yang memang sangat cantik, memiliki daya jual sendiri. Tarifnya tidak pernah kurang dari 20jt rupiah. Tentu saja, hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Sania dan Raditama. Dalam seminggu, Kayla bisa 3 atau 4 kali melayani para bos besar hidung belang yang mencari gadis- gadis belia seperti dirinya. Kesehatan Ibunya berangsur-angsur membaik setelah operasi dan beberapa kali kemoterapi. Bahkan Ibunya mulai menjalani terapi. Sehingga ia bisa kembali berjalan, dan bicara. Aura kecantikannya pun mulai terlihat kembali. Bahkan, ayah mereka mempekerjakan asisten rumah tangga sehingga mereka tidak perlu lagi bergantian mengerjakan pekerjaan ru
Seperti biasa, Rans selalu memberikan tips kepada Kayla. Kali ini jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 10 juta rupiah."Ayahmu menjemput?" tanya Rans.“Tidak, Om. Aku bisa pulang menggunakan taksi online,” jawab Kayla.“Apa mau aku antar, Kay?” tanya Rans sambil merangkul pinggang gadis itu dengan mesra. Kayla menggelengkan kepalanya, “Tidak usah, Om. Aku mungkin akan mampir ke rumah sahabatku sebentar,” jawabnya."Panggil aku mas! Mulai sekarang kau tidak boleh melayani tamu lain lagi. Aku akan bicara dengan ayahmu dan mami Sania," kata Rans."Iya. Aku menurut saja, Mas. Aku permisi dulu, ya," ujar Kayla datar. Ya, Kayla sudah kehilangan keceriaanya. Sudah kehilangan segalanya. Sampai- sampai ia pun merasa tidak ada gunanya untuk melawan atau berontak. Semua sia- sia saja."Tunggu dulu, Kay," ujar Rans. Langkah Kayla terhenti. Ia berbalik dan menunggu apa yang akan
"Kau tidak bahagia, Kay?"Kayla menoleh menatap Cindy sahabatnya kemudian memalingkan kembali pandangannya ke arah lapangan sekolah."Aku tidak tau, Cin. Rasanya aku tidak ingin ke mana-mana. Aku tidak ingin lulus sekolah, bahkan jika memang bisa aku ingin kembali ke masa lalu. Jika perlu aku memilih untuk tidak pernah dilahirkan," jawab Kayla. Cindy menghela napas panjang, sudah lama rasanya ia tidak melihat senyum di wajah sahabatnya itu. Sejak ayahnya bangkrut Kayla menjadi anak yang pemurung. Ia tidak lagi terlihat seperti Kayla. Bahkan, setahun terakhir ini Kayla seperti menjaga jarak dengannya."Kay, apa ada yang bisa aku bantu? Jika ada masalah ... ceritalah kepadaku. Atau, kau bisa ke rumah. Bunda selalu menanyakanmu," kata Cindy.Air mata Kayla menetes perlahan ia pun memeluk Cindy dan menangis dalam pelukan sahabatnya itu."Menang
Kayla duduk diam, ia memandangi makanan yang tersedia tanpa menyentuhnya sama sekali. Tatapan matanya kosong, sejak ia tiba tidak banyak kata yang ia ucapkan pada Larasti atau kepada Cindy.“Kay, yang tadi itu siapa?” tanya Cindy sambil mengambil sepotong tempe bacem.“Namanya Ethan. Dia ... ah, sudahlah Cin jangan ceritakan tentang dia.”“Loh, aku hanya bingung saja Kay. Selama ini kau kan dekat dengan Galang. Tapi mendadak ada yang menjemputmu dan-““Dia anak buah calon suami pilihan ayah,” kata Kayla memotong ucapan Cindy. Mendengar jawaban Kayla, Larasati dan Cindy langsung tersedak.“Calon suami apa? Ya ampun ... Kayla. Usiamu baru dua puluh, kan? Kau dan Cindy baru saja lulus dan kalian akan melanjutkan kuliah, masa iya sudah bicara soal pernikahan,” kata Larasati. Wanita itu berharap apa yang diucapkan oleh Kayla hanyalah cand
“Apakah aku bisa menolak dengan apa yang sudah Rans berikan kepada ayahku, Bunda?” tanya Kayla alih-alih menjawab pertanyaan Larasati.Cindy dan Larasati saling pandang, mereka bingung harus berkata apa kepada Kayla. Pagi itu Kayla merasa tidak bersemangat sama sekali. Hari ini adalah hari pertamanya untuk mengikuti OSPEK di kampus. Seharusnya sebagai mahasiswi baru ia bersemangat, tapi semakin dekat hari pernikahan ia merasa sangat takut"Kenapa lesu begitu,Kay?" tanya Paramitha."Mungkin karena kurang tidur, Bu.""Benar? Tidak ada yang kau sembunyikan dari Ibu kan?""Maksud ibu menyembunyikan itu apa Bu?" Sahut Raditama yang baru saja bergabung di meja makan. Kayla langsung menundukkan kepalanya. Ia memang selalu merasa tidak nyaman jika berada dekat ayahnya."Apa Ayah tidak liat, Kayla akhir- akhir ini sering melamun. Pasti karena pernikaha