Kayla duduk diam, ia memandangi makanan yang tersedia tanpa menyentuhnya sama sekali. Tatapan matanya kosong, sejak ia tiba tidak banyak kata yang ia ucapkan pada Larasti atau kepada Cindy.
“Kay, yang tadi itu siapa?” tanya Cindy sambil mengambil sepotong tempe bacem.
“Namanya Ethan. Dia ... ah, sudahlah Cin jangan ceritakan tentang dia.”
“Loh, aku hanya bingung saja Kay. Selama ini kau kan dekat dengan Galang. Tapi mendadak ada yang menjemputmu dan-“
“Dia anak buah calon suami pilihan ayah,” kata Kayla memotong ucapan Cindy.
Mendengar jawaban Kayla, Larasati dan Cindy langsung tersedak.
“Calon suami apa? Ya ampun ... Kayla. Usiamu baru dua puluh, kan? Kau dan Cindy baru saja lulus dan kalian akan melanjutkan kuliah, masa iya sudah bicara soal pernikahan,” kata Larasati. Wanita itu berharap apa yang diucapkan oleh Kayla hanyalah cand
“Apakah aku bisa menolak dengan apa yang sudah Rans berikan kepada ayahku, Bunda?” tanya Kayla alih-alih menjawab pertanyaan Larasati.Cindy dan Larasati saling pandang, mereka bingung harus berkata apa kepada Kayla. Pagi itu Kayla merasa tidak bersemangat sama sekali. Hari ini adalah hari pertamanya untuk mengikuti OSPEK di kampus. Seharusnya sebagai mahasiswi baru ia bersemangat, tapi semakin dekat hari pernikahan ia merasa sangat takut"Kenapa lesu begitu,Kay?" tanya Paramitha."Mungkin karena kurang tidur, Bu.""Benar? Tidak ada yang kau sembunyikan dari Ibu kan?""Maksud ibu menyembunyikan itu apa Bu?" Sahut Raditama yang baru saja bergabung di meja makan. Kayla langsung menundukkan kepalanya. Ia memang selalu merasa tidak nyaman jika berada dekat ayahnya."Apa Ayah tidak liat, Kayla akhir- akhir ini sering melamun. Pasti karena pernikaha
Pernikahan Kayla tinggal menghitung hari dan gadis itu semakin merasa tidak nyaman. Ia tidak pernah membayangkan menjadi istri kedua. Dan calon suami yang berusia hampir sama dengan kedua orang tuanya. Mengetahui putri sulung nya tidak enak badan, Paramitha turun ke dapur dan membuatkan bubur untuk Kayla. Ia merasa tidak tega melihat Kayla yang semakin hari semakin kurus. Paramitha tau, jika Kayla sebenarnya memikirkan pernikahan yang segera tiba. Bahkan seminggu lalu, Rans sudah datang bersama istrinya untuk melamar dan menyerahkan beberapa seserahan. Namun, Paramitha sama sekali tidak bahagia. Ia tau,Rans memang banyak membantu. Tapi, haruskah membayar budi baik dengan mengorbankan kebahagiaan Kayla? Paramitha merasa tidak adil. Ia merasa sedih karena tidak mampu berbuat apa pun. Kejatuhan mereka kemarin sudah mengubah segalanya. Tapi, Paramitha menjadi tau siapa kawan ya
Dan, akhirnya hari itu tiba juga. Rumah Kayla sudah di hias secantik mungkin. Acara akad akan di adakan di rumah. Tapi, resepsi pernikahan akan di adakan di sebuah hotel berbintang. Acara resepsi mereka akan mengundang orang-orang penting. Pebisnis , artis bahkan beberapa pejabat penting.Ya, Rans memang bukan orang sembarangan bukan? Cindy sudah menemani Kayla sejak semalam. Ia sengaja diminta oleh Paramitha untuk menemani Kayla. Sementara Bunda Cindy yang juga turut membantu hanya bisa menahan kesal melihat tingkah Haditama. Jika saja Kayla tidak melarangnya, mungkin ia sudah membongkar semua kelakuan bejad Haditama. Pagi itu Kayla sudah di rias oleh make up artis ternama yang sengaja didatangkan oleh Rans. Kebaya berwarna putih dengan model yang begitu elegan sudah membalut tubuh ramping Kayla. Kayla terlihat begitu cantik pagi itu. Namun, beberapa kali ia tidak kuat menahan air mata, untun
Rans tersenyum licik, ia menatap gelas minuman di tangannya. Gelas itu hanya berisi orange juice. Namun, Rans sudah mencampurnya dengan obat perangsang. Ya, Rans memang sudah sering bercinta dengan Kayla. Tapi, ia belum pernah melihat gadis itu membalasnya atau merasakan orgasme. Kayla seperti batang pisang yang hanya diam dan pasrah menerima. Merintih pun, Rans yakin bukan karena nikmat. Tapi, karena kesakitan. Dan, malam ini Rans ingin sesuatu yang berbeda. Kayla baru saja keluar dari kamar mandi. Ia sudah menganti gaun Cinderellanya dengan baju tidur. Baju tidur itu dipilih oleh Rans. Kayla hanya tinggal memakainya saja."Minumlah dulu, Sayang. Aku tadi memesannya khusus buatmu." Rans berkata sambil memberikan gelas berisi minuman itu kepada Kayla. Kayla yang memang merasa haus tanpa curiga langsung meminum isinya sampai habis tak bersisa."Terimakasih, Mas." Rans hanya tersenyum, ia pun melangkah menuju kamar mand
Siang itu, Kayla dan Rans membereskan semua bawaan mereka. Hari ini mereka akan check out dari hotel dan Kayla akan mulai tinggal di rumah Rans. Kayla merasa sedikit gelisah. Memang, saat mereka menikah kemarin, Karina terlihat memberi restu. Tapi, yang namanya wanita. Pasti memiliki rasa cemburu yang besar. Apalagi terhadap madunya. Bagaimana jika nanti ketika Rans pergi bekerja ia kemudian akan disiksa? Atau disuruh membereskan seluruh rumah. Ck, pikiran- pikiran jelek mulai menghantui Kayla."Sudah siap semua? Supirku sudah menunggu di lobby hotel. Kita akan mampir sebentar ke kantor untuk membawa berkas laporan lalu kita pulang," kata Rans. Kayla mengangguk ."Sudah siap semua, Mas.""Ya sudah, ayo. Sini biar aku yang bawa koper itu," kata Rans sambil meraih koper di tangan Kayla. Mereka pun segera keluar kamar. Sesampainya di lobby, sudah ada pak Amat, supir pribadi Rans. Saat meli
"Bukannya Erwin yang menjadi supir pribadiku? Kenapa kau yang datang?" tanya Kayla saat melihat Ethan yang datang."Erwin harus melakukan pekerjaan lain. Tidak usah banyak bicara, lekas naik. Aku akan mengantarmu ke kampus."Kayla hanya berdecak kesal dan ia pun terpaksa naik ke dalam mobil. Hari ini hari pertamanya kuliah setelah pernikahan."Apa tidak ada orang lain selain dirimu untuk mengantar aku?" tanya Kayla."Tuan Rans tidak percaya orang lain untuk mengantar anggota keluarganya. Sudah menjadi keharusan jika istri tuan Rans harus mendapatkan pengawalan.""Aku bukan tuan putri yang harus dijaga," bantah Kayla, "bahkan aku masih bisa naik taksi atau ojek online ke kampus," lanjutnya lagi."Iya, tapi sekarang suka tidak suka kau adalah istri dari seorang konglomerat. Tidak mungkin kau naik kendaraan umum ke kampus, paham?!" Kayla hanya mengembuskan napas dengan kasar. Ia s
Tidak terasa sudah 8 bulan Kayla menjadi istri Rans. Apa pun yang menjadi kebutuhannya selalu terpenuhi. Setiap bulan, tanpa diminta Rans selalu mentransfer uang ke rekeningnya dalam jumlah yang cukup besar. Kayla juga melihat perusahaan ayahnya kembali bangkit dan maju. Rans tidak setiap malam tidur di kamar Kayla. Hanya dua kali dalam seminggu. Dan, Karina pun tidak memperlihatkan kecemburuan sama sekali. Jika mereka sedang berkumpul bersama di meja makan, terkadang Karina bertanya tentang kegiatan Kayla di kampus. Karina bersikap seperti seorang ibu kepada putrinya bagi Kayla. Terkadang, Karina mengajak Kayla untuk berbelanja kebutuhan rumah. Atau kadang mengajaknya ke salon, spa bahkan pernah mengajaknya ikut arisa sosialita bersama teman- teman Karina yang lain. Kayla merasa sedikit terhibur dengan perlakuan Karina yang ia terima. Dan, pagi itu entah mengapa kepala Kayla terasa begitu pusing. Ia bahka
Seakan tak percaya Paramitha menatap layar ponselnya. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Kayla hamil? Putri kecilnya hamil? Rasanya ingin sekali ia memaki Rans saat itu juga. Astaga, tak bisakan menunda kehamilan? Usia Kayla baru genap 22 tahun.Braaaak!Paramitha menggebrak meja membuat Raditama sedang menikmati sarapan terkejut."Ada apa sih, Bu? Ibu membaca chat dari siapa? Kok langsung marah- marah?" tanya Raditama berusaha tenang menatap Istrinya itu."Apa Rans itu tidak punya otak?! Istrinya juga tidak punya otak?! Mereka itu manusia atau bukan?!" Paramitha mulai mengoceh. Raditama yang memang tidak mengerti hanya menggaruk kepalanya. "Bu, Ayah tidak mengerti Ibu ngomong apa. Jelasin dulu baik- baik sama ayah.""Kayla hamil!"Raditama terdiam, entah mengapa ia merasa sedih mendengar berita itu. Ia tau, Kayla sudah menikah dan terlebih dia juga sudah tidak gadis lagi saat menikah, jadi jika sekarang ham