"Bukannya Erwin yang menjadi supir pribadiku? Kenapa kau yang datang?" tanya Kayla saat melihat Ethan yang datang.
"Erwin harus melakukan pekerjaan lain. Tidak usah banyak bicara, lekas naik. Aku akan mengantarmu ke kampus."
Kayla hanya berdecak kesal dan ia pun terpaksa naik ke dalam mobil. Hari ini hari pertamanya kuliah setelah pernikahan.
"Apa tidak ada orang lain selain dirimu untuk mengantar aku?" tanya Kayla.
"Tuan Rans tidak percaya orang lain untuk mengantar anggota keluarganya. Sudah menjadi keharusan jika istri tuan Rans harus mendapatkan pengawalan."
"Aku bukan tuan putri yang harus dijaga," bantah Kayla, "bahkan aku masih bisa naik taksi atau ojek online ke kampus," lanjutnya lagi.
"Iya, tapi sekarang suka tidak suka kau adalah istri dari seorang konglomerat. Tidak mungkin kau naik kendaraan umum ke kampus, paham?!"
Kayla hanya mengembuskan napas dengan kasar. Ia s
Tidak terasa sudah 8 bulan Kayla menjadi istri Rans. Apa pun yang menjadi kebutuhannya selalu terpenuhi. Setiap bulan, tanpa diminta Rans selalu mentransfer uang ke rekeningnya dalam jumlah yang cukup besar. Kayla juga melihat perusahaan ayahnya kembali bangkit dan maju. Rans tidak setiap malam tidur di kamar Kayla. Hanya dua kali dalam seminggu. Dan, Karina pun tidak memperlihatkan kecemburuan sama sekali. Jika mereka sedang berkumpul bersama di meja makan, terkadang Karina bertanya tentang kegiatan Kayla di kampus. Karina bersikap seperti seorang ibu kepada putrinya bagi Kayla. Terkadang, Karina mengajak Kayla untuk berbelanja kebutuhan rumah. Atau kadang mengajaknya ke salon, spa bahkan pernah mengajaknya ikut arisa sosialita bersama teman- teman Karina yang lain. Kayla merasa sedikit terhibur dengan perlakuan Karina yang ia terima. Dan, pagi itu entah mengapa kepala Kayla terasa begitu pusing. Ia bahka
Seakan tak percaya Paramitha menatap layar ponselnya. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Kayla hamil? Putri kecilnya hamil? Rasanya ingin sekali ia memaki Rans saat itu juga. Astaga, tak bisakan menunda kehamilan? Usia Kayla baru genap 22 tahun.Braaaak!Paramitha menggebrak meja membuat Raditama sedang menikmati sarapan terkejut."Ada apa sih, Bu? Ibu membaca chat dari siapa? Kok langsung marah- marah?" tanya Raditama berusaha tenang menatap Istrinya itu."Apa Rans itu tidak punya otak?! Istrinya juga tidak punya otak?! Mereka itu manusia atau bukan?!" Paramitha mulai mengoceh. Raditama yang memang tidak mengerti hanya menggaruk kepalanya. "Bu, Ayah tidak mengerti Ibu ngomong apa. Jelasin dulu baik- baik sama ayah.""Kayla hamil!"Raditama terdiam, entah mengapa ia merasa sedih mendengar berita itu. Ia tau, Kayla sudah menikah dan terlebih dia juga sudah tidak gadis lagi saat menikah, jadi jika sekarang ham
Karina berjalan mondar mandir di kamarnya. Pertanyaan Paramitha tadi sangat mengusik pikirannya."Kenapa Kayla?"Ya,kenapa harus Kayla yang Rans pilih untuk menjadi ibu pengganti? Anak ... yang mereka mau adalah anak. Rans sering mengatakan jika mereka perlu generasi penerus untuk kerajaan bisnis mereka. Sejak dulu, Karina selalu menawarkan untuk mencari istri lain sebagai ibu pengganti. Tetapi, kenapa baru sekarang Rans mau?"Kau sedang apa, Sayang?" Karina menoleh, tampak Rans tersenyum dan berjalan menghampirinya."Kau sudah pulang?""Hmm ... bukankah kau menyuruhku pulang cepat?" kata Rans sambil membawa Karina ke dalam pelukannya dengan mesra."Aku hanya rindu.""Bohong, kau tidak bisa menyembunyikan apa-apa dariku,Rin. Kita sudah lama menikah dan aku tau semua tentang dirimu.Sekarang,bisakah kau katakan ada apa?"
Rans mengetuk- ngetukkan tangan ke atas mejanya. Meetingnya bersama beberapa investor sudah selesai. Pembangunan Mall sebentar lagi akan dimulai. Dan Rans juga berencana akan membangun sebuah panti asuhan. Hidup itu harus seimbang.TOK!TOK!TOK! "Masuk!"Ethan muncul di balik pintu. Penampilannya sangat gagah, seperti eksekutif muda pada umumnya. Ethan adalah tangan kanan Rans, orang yang paling Rans percayai dalam kerajaan bisnisnya. Bagi para bandar dan pengedar narkotika yang mereka tau adalah Ethan sebagai bos besar mereka. Ethan memang siap berkorban nyawa untuk Rans. "Ada apa? Tumben kau kemari tanpa aku panggil. Segala sesuatunya berjalan lancar? Perusahaanmu baik?" tanya Rans. Ethan mengangguk, "Baik, semua berjalan dengan lancar. Aku kemari hanya ingin mengabarkan berita yang tidak mungkin aku sampaikan melalui telepon.""Ada apa?""Pabrik biru sekarang dipegang oleh seor
Pagi itu Kayla bangun dan mendapati tubuh bagian bawahnya basah. HPL-nya memang sudah dekat. Ia tidak merasa ingin pipis semalam. Artinya, air ketubannya sudah pecah.Perlahan ia mengambil ponselnya dan menelepon Rans. Meski mereka tinggal dalam satu atap, Kayla tidak pernah berani untuk mengetuk pintu kamar Rans."Ada apa Kayla? Ini masih jam lima pagi," jawab Rans di telepon."Aku baru bangun dan air ketubanku pecah." Terdengar suara pintu kamar sebelah terbuka. Dan, terdengar langkah-langkah kaki menghampiri. Pintu kamar Kayla pun terbuka. Rans dan Karina masuk dengan wajah cemas."Kita ke rumah sakit sekarang," kata Karina. Ia membantu Kayla untuk mengganti pakaian nya yang basah terlebih dahulu. Dan mereka pun bergegas ke rumah sakit. Sesampainya di Rumah Sakit. Rans langsung meminta tindakan operasi."Kenapa tidak normal saja, Mas?" tanya Kayla."Kalau ada cara yang
Kayla sudah kembali ke rumah. Dan, sesuai janji, Karina tidak membiarkan Kayla repot dengan bayinya. Bayi tampan itu di beri nama Dewa.Karina mengurus Dewa dengan begitu telaten. Sementara Kayla dirawat oleh seorang perawat yang khusus menangani ibu- ibu yang baru melahirkan dengan operasi cesar. Makanan Kayla pun dijaga dengan baik, supaya cepat pulih. Hanya dalam waktu 3 minggu Kayla sudah kembali pulih. Meski terkadang masih terasa sedikit nyeri di perutnya. Tapi, dia sudah bisa bergerak dengan lebih enak dan leluasa. Dan, Kayla berencana akan kembali melanjutkan kuliahnya. Pagi itu, untuk pertama kali Kayla memutuskan sarapan bersama di meja makan. Karena selama beberapa minggu ini, makanan untuknya selalu dibawakan ke kamarnya. Bahkan Karina membelikan kulkas mini untuk menyimpan cemilan dan buah- buahan."Pagi semuanya," sapa Kayla pada Karina dan Rans.
Rans menampar Ethan sekuatnya. Untuk pertama kali ia merasa begitu kesal dengan kerja Ethan."Kau bilang ada penyusup? Siapa orangnya? Selama ini, tidak pernah ada yang berani mengusik kita. Apa kurang jatah bulanan untuk para cecunguk- cecunguk di kepolisian itu?!" Ethan hanya diam, dia tidak pernah berani melawan Rans. Siapa pun tidak ada yang berani. Melawan berarti menyerahkan nyawa."Kau cari siapa penyusupnya. Kau bawa ke markas , kau lenyapkan tanpa bekas sedikit pun, mengerti?!""Mengerti bos.""Bagus! Ingat, Ethan bisnis ini usianya sudah puluhan taun. Dimulai dari bos besar masih muda. Sampai kini jatuh ke tanganku. Jangan sampai semuanya sia- sia karena kebodohanmu dan anak- anak buahmu, mengerti?!""Mengerti Bos. Saya akan segera mencari siapa orangnya Bos." Rans pun segera meninggalkan ruangan itu. Sekilas, rumah itu tampak seperti ru
Malam itu, Erwin dan Sadewa berada di markas besar kepolisian. Siang tadi Sadewa menerima informasi kembali tentang pabrik pembuatan narkoba yang selama ini mereka cari. Malam itu, mereka akan bergerak dan langsung mengepung serta menangkap semua orang yang ada di dalamnya.Setelah selesai briefing mereka semua pun bersiap dilengkapi dengan revolver, senapan, rompi anti peluru serta helm. Kondisi mereka sudah siap. Menurut informan, di pabrik itu semua memiliki senjata api. Itulah sebabnya, semua anggota dibekali dengan persenjataan yang lengkap."Kalau mereka melawan, kita habisi di tempat. Ini bukan penyergapan biasa. Di dalam pabrik itu, ada banyak preman- preman dengan senjata yang juga lengkap , sama seperti kita. Jika kita bisa menangkap salah satu saja, maka kita akan mendapatkan pemiliknya. Itu akan menjadi sebuah prestasi kita,"kata Sadewa. Malam itu sebanyak 20 orang dipimpin oleh IP
_15 tahun kemudian_ Bima membaca surat terakhir yang ditulis oleh Rans. Di surat terakhir ini, lebih tebal dari biasanya. Juga di surat terakhir ini Rans bercerita banyak hal kepadanya. Usia Bima hari ini genap 20 tahun. Ia menatap Karina yang duduk di hadapannya. Hari ini, untuk pertama kali Bima mengerti bahwa wanita yang selama 20 tahun ini merawat dan membesarkannya ternyata bukan ibu yang melahirkannya ke dunia ini. Bima juga harus berlapang dada mengetahui semua kebenarannya. Tentang almarhum Guan dan Rans. Selama ini, Karina memang tidak pernah mengatakan apa pun. Itu semua karena Karina ingin menjaga kebanggaan Bima tentang Papinya. Karina membawa Bima tinggal di Thailand karena ia tidak ingin Bima mengetahui soal Rans dari orang lain. Karina ingin menunggu sampai Bima dewasa dan siap menghadapi semua kenyataan dan kebenaran yang ada. Ba
-2 Tahun kemudian Kayla pagi ini kelihatan cantik dengan kebaya dan riasan pengantin adat Jawa Barat. Kayla mengenakan siger di kepalanya, siger Sunda itu sendiri memiliki makna yang cukup.Dengan meletakkan siger pada kepala, pengantin wanita pada dasarnya telah meletakkan kearifan, rasa hormat, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sebagai istri, siger merupakan simbolisasi harapan kearifan, hormat dan kebijaksanaan. Selain sigernya itu sendiri, riasan adat siger yang Kayla pakai juga disertai dengan hiasan-hiasan pada sanggul seperti kembang tanjung. Kembang tanjung adalah 6 pasang bunga yang disematkan pada belakang sanggul, bentuknya seperti kupu-kupu kecil di belakang konde. Kembang tanjung sendiri bermakna sebagai kesetiaan pengantin wanita pada pria. Sebagai seorang gadis Sunda Kayla terlihat sangat cantik dengan u
Tepat di hari ke delapan, Galang membuka matanya pelahan. Kayla dan Kadita yang sedang berada di ruang perawatan tentu senang bukan main. Kadita pun langsung memanggil dokter yang menangani Galang."Ma, Bang Theo dan Ethan sudah kembali?" tanya Galang."Sudah, mereka sudah mama beri kabar. Mereka akan datang, Om- mu sedang menjemput mereka.""Kayla ....""Aku di sini. Kau jangan banyak bicara dulu. Kau sudah delapan hari koma dan kau belum boleh banyak bicara."Galang menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis."Aku mencintaimu, Kay dan kau sangat tau hal itu. Aku ingin melihatmu bahagia," kata Galang dengan lirih.Kayla menggenggam tangan Galang dan membelai rambut pemuda itu."Aku juga sayang kepadamu."Kadita yang duduk di dekat mereka hanya bisa menangis dan menggenggam tangan Galang yang satunya. Tak berapa lama pintu kamar terbuka. Tampak Agung masuk bersama Theodore dan Ethan. Mereka
Siang itu, Kayla dan Agung sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput Kadita, Ethan dan Theodore. Kayla nampak sedikit gelisah, ia penasaran seperti apa penampilan Ethan dan Theodore sekarang. Terakhir mereka melakukan panggilan telepon, Ethan tidak bersedia untuk melakukan video call. Sehingga Kayla hanya bisa mengira- ngira bagaimana wajah Ethan sekarang. Setelah beberapa lama menunggu pesawat Kadita pun landing. Dari kejauhan, Kadita langsung melambaikan tangan saat melihat Kayla. Kayla membalas lambaian tangan Kadita. Untuk sejenak, Kayla terpaku pada kedua lelaki yang berjalan di belakang Kadita. Ia yakin mereka adalah Ethan dan Theodore. Tapi, Kayla belum bisa memastikan yang mana Ethan dan yang mana Theodore.Mereka tidak sempat bicara panjang lebar. Agung langsung membawa Kadita ke rumah sakit tempat Galang dirawat.“Bagaimana bisa dia tertembak, Bang?” tanya Kadita.&ldq
Karina berjalan dengan mantap menuju kantor polisi. Dia baru saja tiba di Jakarta tanpa membawa Bima. Kepada Rengganis, ia mengatakan bahwa ia harus ke Jakarta untuk mengurus perceraian. Tetapi, bukan hanya itu. Ia ingin menemui Rans Surat terakhir dari papinya ia simpan dengan rapi di dalam tasnya. Galang yang kebetulan baru saja menjenguk Hans merasa sedikit terkejut. Kabar terakhir yang Galang dengar, Karina sedang mengurus proses perceraian. Bahkan menurut orang kedutaan Karina tidak mau ikut campur dengan apa yang menimpa suaminya Jelas, kedatangan Karina menjadi sebuah kejutan bagi Galang. Ia langsung menyuruh anak buahnya untuk membawa Hans bertemu dengan istrinya di ruangan khusus. Melihat Karina, mata Hans yang tadinya kosong tanpa gairah mendadak berbinar ceria. Namun, ia menahan diri untuk tidak memeluk istri tercintanya itu."Kau datang? Mana Bima?" tanya Rans Karina merasa gamang. Perasaannya saat ini campur adu
DOR!DOR!DOR!“GALAANG!” Agung berteriak. Ia tidak menyangka jika keponakannya itu akan menghalangi peluru yang ditujukan kepadanya. Sementara Rans sendiri terkena tembakan di bagian bahu.Tanpa menunggu lama Agung langsung menelepon ambulance dan membawa Agung ke rumah sakit.++"Saudara Rans, saya ingin menyampaikan berita duka. Ayah mertua Anda, meninggal dunia karena bunuh diri. Kami mendapatkan informasi dari kedutaan besar di Thailand. Kami juga sudah menghubungi istri Anda. Tapi, sepertinya istri Anda menolak untuk menemui Anda. Apakah ada yang lain yang ingin Anda sampaikan?" Rans terdiam, Guan meninggal? Bunuh diri? Ah, sebenarnya apa yang telah terjadi?"Jika kepolisian ingin mengusut asset penghasilan saya di perusahaan tidak akan bisa menemukan. Segala penghasilan saya dari usaha narkotika tidak pernah saya campur adukkan dengan bisnis saya yang bersih. Silak
Karina tak kuasa saat melihat jenazah Guan di kremasi. Menurut kepercayaan yang masih di anutnya, jauh hari sebelumnya Guan memang pernah berpesan, kelak jika ia meninggal ia ingin dikremasikan. Dan abunya di buang ke laut saja. Rengganis yang masih syok dengan kepergian suaminya tercinta tak sanggup menghadiri upacara kremasi. Sampai setelah beberapa hari berlalu, Rengganis masih mengurung diri dalam kamar. Ia tidak menduga sama sekali kepergian Guan yang begitu mendadak. Dan, dengan cara yang sangat mengenaskan."Mami, maafkan aku. Ini semua karena kesalahanku. Seharusnya aku tidak perlu menceritakan semuanya kepada Papi. Apa Papi benar- benar merasa terpukul karena diriku, Mami?"ujar Karina. Rengganis menatap putri semata wayangnya itu. "Sekarang, hanya tinggal kita berdua dan Bima. Papi sudah tidak ada. Lebih baik, kau mengurus hotel Papi yang ada di Phuket, Rina. Kita tinggal di
KEHANCURANErza duduk diam, ia menatap wajah KABARESKRIM Drs. Yusuf Ridwan. SH yang sedang duduk di hadapannya dengan cemas."Anda tau apa kesalahan yang telah anda lakukan, pak Erza?" tanya Yusuf dengan tenang."Sa-saya tau, Pak. Saya sudah menyalahgunakan jabatan saya dan menerima suap dalam jumlah yang tidak sedikit.""Tau resikonya apa?""Tau, Pak."Yusuf menghela napas, ia sangat menyayangkan keterlibatan Erza dalam jaringan narkoba ini. Dan, ini bukan jaringan kecil. Bahkan sudah melibatkan banyak pihak termasuk bea dan cukai. Bahkan sudah di kirimkan ke luar negeri."Anda adalah aparat hukum, Pak Erza. Seharusnya, anda melindungi hukum. Bukan malah anda melindungi orang-orang yang seharusnya anda tangkap dan anda masukkan ke dalam jeruji besi. Terlebih lagi, orang ini sudah berbuat sesuatu yang merugikan orang lain. Memfitnah dan membuat orang lain yang tidak bersalah justru menjalani h
Rengganis dan Guan tentu kaget dengan kedatangan Karina dan Bima yang tiba-tiba tanpa kabar terlebih dahulu. Apalagi sejak datang, Karina tidak mau menceritakan apa yang sudah terjadi. Ia hanya menjawab seperlunya saja. Jika di tanya mengapa hanya menggelengkan kepalanya."Sebenarnya ada apa Karina? Sudah seminggu lebih kau di sini dan masih juga tidak mau bercerita pada Papi dan Mami?" tanya Rengganis dengan lembut. Guan yang melihat Karina hanya diam, merasa sedikit kesal dan penasaran. Ia pun melangkah menghampiri istri dan anaknya."Kau ini bukan anak kecil lagi. Mami dan Papi ini sudah tua. Jadi, tolong jangan membebani Papi dan Mami dengan sikap kekanak- kanakanmu," sahut Guan dengan tegas. Karina menatap Guan dan Rengganis bergantian."Ini semua tentang Rans," jawab Karina lirih."Kenapa Rans? Apa dia menikah lagi? Atau usahanya bangkrut? Ata