Pagi itu Kayla bangun dalam keadaan tubuh yang terasa lemas. Wajahnya pucat, matanya sembab karena semalaman ia menangis. Ia melirik ke ranjang ibunya, sang ibu masih tidak sadarkan diri.
“Bu, Ibu harus sembuh. Operasi Ibu akan dilaksanakan hari ini, jadi Ibu harus kuat. Jangan sia-siakan pengorbananku, ya,” bisik Kayla di telinga ibunya. Sayup Kayla mendengar suara adzan subuh. Biasanya ia akan segera
mengambil wudhu dan menjalankan ibadah lima waktu. Tetapi, pagi ini ia merasa tak layak untuk menghadapNya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Raditama muncul dari balik pintu.
“Kau pulanglah ke rumah, Kayla. Bukannya kau harus sekolah, jangan sampai terlambat. Pulang sekolah nanti kau baru ke sini lagi. Pagi ini ayah akan mengurus biaya operasi untuk ibumu,” kata pria itu dengan tegas.
“Hari ini ... apa aku boleh di sini saja? Aku ingin menemani ibu, Yah,” ujar Kayla takut-takut. Namun, Raditama menggeleng dengan tegas.
“Tidak! Kau harus berangkat ke sekolah hari ini!”
Kayla hanya bisa menghela napas panjang dan segera meraih tasnya kemudian ia mendekati ranjang ibunya. Perlahan dikecupnya kening sang ibu dengan penuh kasih sayang dan ia pun segera berlalu.
Sepanjang hari itu, Kayla tidak dapat konsentrasi pada pelajaran. Beberapa kali ia melamun saat guru bertanya kepadanya. Haras, guru kimia yang terkenal sangat tegas pun akhirnya mengirim Kayla ke ruang BP
Dan, di ruangan itulah kini Kayla duduk menanti Kirani, wali kelasnya. Sementara menunggu, sepasang mata menatapnya penuh selidik. Saat itu Kayla ditemani Aulia, guru BP yang terkenal cerewet dan judes.
“Makanya kalau sekolah itu jangan banyak melamun! Kalau tidak berniat sekolah ya lebih baik di rumah,” kata Aulia dengan ketus.
“Maafkan saya, Bu. Saya hanya-“
TOK!TOK!TOK!
Ucapan Kayla terhenti saat pintu diketuk dan Kirani Pramesti, wali kelas Kayla muncul dari balik pintu. Kirani Pramesti seorang wanita yang cantik dan lembut. Ia juga guru yang sangat bijaksana.
"Kayla? Tidak salah? Apa yang terjadi?" tanya Kirani.
"Hari ini dia tidak konsen di kelasnya, membuat pak Haras kesal. Beberapa kali dipanggil dia malah melamun." Aulia menjawab pertanyaan Kirani tanpa melepaskan pandangan dari Kayla.
“Benar itu, Kayla?” tanyanya. Kayla hanya mengangguk lesu.
“Maafkan saya, Bu. Ibu saya sedang sakit dan siang ini beliau akan menjalani operasi. Jadi, saya merasa tidak tenang,” jawab Kayla dengan suara bergetar.
Air mata mulai menetes membasahi pipinya yang putih mulus. Melihat Kayla menangis terisak-isak, Aulia dan Kirani pun saling berpandangan. Kirani sedikit banyak mengetahui latar belakang keluarga Kayla. Kebetulan, dulu Kirani tinggal tak jauh dari rumah lama Kayla. Jadi, dia tau betul masalah apa yang dihadapi keluarga gadis itu.
Kirani menghela nafas panjang, dan membawa Kayla dalam pelukannya. Ia mengelus punggung gadis belia itu dengan lembut. Kayla merasa begitu nyaman dalam pelukan Kirani, tangisnya pun malah semakin menjadi.
“Menangislah jika kau merasa lega, jangan dipendam sendiri,” kata Kirani.
“Sa-saya takut, Bu. Saya takut jika sampai terjadi sesuatu pada ibu,” kata Kayla lirih.
Kirani mengelus rambut panjang Kayla dengan lembut. Hati Kayla terasa menghangat. Sudah berapa lama ia tidak merasakan pelukan hangat seperti ini? Sejak ayahnya bangkrut, Kayla merasa kehilangan segalanya. Kemesraan dan keharmonisan, gelak tawa ... semua itu hilang musnah, menyisakan puing- puing kehancuran.
"Ma-maafkan saya, Bu Kirani. Saya janji Bu, ini yang pertama dan terakhir. Tolong, jangan skorsing saya, Bu," kata Kayla disela isak tangisnya.
Kirani mengurai pelukan dan menatap gadis belia di hadapannya. Perlahan dengan lembut, Kirani mengusap air mata Kayla.
"Kayla, di sekolah, ibu adalah pengganti orang tuamu. Kamu boleh bercerita apa saja pada Ibu. Ini, simpan nomor telepon ibu, ya. Di luar jam sekolah pun, jika kamu ingin bicara, kamu butuh teman, hubungi Ibu. Ibu akan mendengar ceritamu. Ibu tau, apa yang kamu dan keluargamu alami bukanlah hal yang mudah. Tapi, Ibu kagum melihat semangatmu dalam belajar. Ibu tidak mau, prestasimu jadi menurun nantinya, Kayla. Sayang sekali beasiswamu nantinya."
"Iya, saya mengerti, Bu. Terima kasih banyak," kata Kayla.
"Begini saja, kamu sekarang boleh pulang. Jika kamu mengkhawatirkan ibumu, kamu bisa menemani beliau."
"Tidak bu, jangan. Nanti ayah pasti akan marah jika saya pulang, Bu. Beliau akan mengira saya bolos,” jawab Kayla. Ia tidak mau Raditama sampai tau jika dia dipanggil ke ruang BP. Ia yakin jika Raditama tau ia akan sangat marah.
"Baiklah kalau begitu. Kamu yakin, bisa belajar dengan baik? Setelah jam pak Haras selesai, ibu yang akan mengajar dan ibu tidak mau ada yang melamun. Kamu boleh ke ruang UKS untuk beristirahat sebentar,” kata Kirani.
“Apa saya tidak boleh masuk ke kelas sekarang saja, Bu?” tanya Kayla. Kirani menggeleng, “Pak Haras tidak akan mengizinkan. Ibu akan menyuruh salah seorang temanmu untuk menjemput di UKS nanti.”
"Terima kasih banyak ya, Bu. Saya permisi kalau begitu," kata Kayla.
Kirani dan Aulia mengangguk bersamaan. Kayla pun segera beranjak dan berlari kecil menuju ke UKS.
Sesampainya di ruang UKS, Kayla merebahkan tubuhnya diatas ranjang yang tersedia di ruangan itu. Ya, Kayla ingin memejamkan matanya sejenak saja. Ia merasa begitu lelah. Tanpa sadar ia pun akhirnya tertidur.
Ia terbangun saat merasa seseorang tengah memperhatikannya. Kayla pun membuka mata dan mendapati seseorang tersenyum padanya.
"Tidurmu pulas sekali."Kayla sontak terbangun dan duduk bersandar sambil melotot kesal."Kau ini bisa tidak sih jangan membuatku kaget? Sejak kapan kau ada di sini?" tanyanya."Aku tadi baru saja selesai main basket dan nih ... tanganku terluka. Aku hanya ingin mengambil obat merah tapi, saat aku masuk kau sedang tertidur pulas. Kau sakit?""Bukan urusanmu, Galang.""Kenapa sih, kau ini susah sekali didekati sekarang?" Kayla menatap pemuda di hadapannya. Ia tidak tau harus menjawab apa. Galang adalah kakak kelasnya, sudah sejak lama ia memang mengejar-ngejar Kayla. Kebetulan, ibu mereka juga berteman dekat."Kata mamaku, ibumu hari ini akan menjalani operasi. Kau pasti lelah karena menjaga beliau," ujar pemuda itu sambil bangkit berdiri dan mengambil obat merah dari lemari P3K. Kayla memanfaatkan keadaan itu untuk bangkit dan turu
Kayla berjalan dengan langkah gontai. Rasanya ia malas sekali kembali ke rumah. Tapi, jika tidak pulang, ke mana lagi ia harus melangkah. Lagi pula ia harus ke rumah sakit untuk menjaga ibunya. Kayla memicingkan mata saat melihat mobil ayahnya terparkir di depan rumahnya. Ia pun bergegas, perasaannya tidak enak. Ia takut jika sesuatu terjadi pada sang ibu.“Ayah, kenapa Ayah pulang? Bagaimana dengan ibu?” tanya Kayla saat ia masuk. Raditama tampak sedang duduk di teras rumah mereka. Alih-alih menjawab, Raditama malah memperlihatkan saldo rekeningnya. Dada Kayla berdesir seketika.“U-uang dari mana itu, Yah?” tanyanya hati-hati."Kita pergi ke rumah mami Sania sekarang. Kau berdandan di sana, lalu kita ke hotel. Orangnya sudah mentransfer. Tidak lama Tatia. Kau hanya perlu seperti ini sampai ayah bisa bangkit kembali dan ibumu sembuh." Ka
Kayla mulai terbiasa dengan keadaannya sekarang. Ia merasa tak ada gunanya menolak atau melawan segala perintah ayahnya. Di depan ibunya, Kayla berusaha bersikap normal dan biasa saja. Dia berpura-pura tidak tau darimana ayahnya mendapatkan pundi- pundi uang. Wajah Kayla yang memang sangat cantik, memiliki daya jual sendiri. Tarifnya tidak pernah kurang dari 20jt rupiah. Tentu saja, hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Sania dan Raditama. Dalam seminggu, Kayla bisa 3 atau 4 kali melayani para bos besar hidung belang yang mencari gadis- gadis belia seperti dirinya. Kesehatan Ibunya berangsur-angsur membaik setelah operasi dan beberapa kali kemoterapi. Bahkan Ibunya mulai menjalani terapi. Sehingga ia bisa kembali berjalan, dan bicara. Aura kecantikannya pun mulai terlihat kembali. Bahkan, ayah mereka mempekerjakan asisten rumah tangga sehingga mereka tidak perlu lagi bergantian mengerjakan pekerjaan ru
Seperti biasa, Rans selalu memberikan tips kepada Kayla. Kali ini jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 10 juta rupiah."Ayahmu menjemput?" tanya Rans.“Tidak, Om. Aku bisa pulang menggunakan taksi online,” jawab Kayla.“Apa mau aku antar, Kay?” tanya Rans sambil merangkul pinggang gadis itu dengan mesra. Kayla menggelengkan kepalanya, “Tidak usah, Om. Aku mungkin akan mampir ke rumah sahabatku sebentar,” jawabnya."Panggil aku mas! Mulai sekarang kau tidak boleh melayani tamu lain lagi. Aku akan bicara dengan ayahmu dan mami Sania," kata Rans."Iya. Aku menurut saja, Mas. Aku permisi dulu, ya," ujar Kayla datar. Ya, Kayla sudah kehilangan keceriaanya. Sudah kehilangan segalanya. Sampai- sampai ia pun merasa tidak ada gunanya untuk melawan atau berontak. Semua sia- sia saja."Tunggu dulu, Kay," ujar Rans. Langkah Kayla terhenti. Ia berbalik dan menunggu apa yang akan
"Kau tidak bahagia, Kay?"Kayla menoleh menatap Cindy sahabatnya kemudian memalingkan kembali pandangannya ke arah lapangan sekolah."Aku tidak tau, Cin. Rasanya aku tidak ingin ke mana-mana. Aku tidak ingin lulus sekolah, bahkan jika memang bisa aku ingin kembali ke masa lalu. Jika perlu aku memilih untuk tidak pernah dilahirkan," jawab Kayla. Cindy menghela napas panjang, sudah lama rasanya ia tidak melihat senyum di wajah sahabatnya itu. Sejak ayahnya bangkrut Kayla menjadi anak yang pemurung. Ia tidak lagi terlihat seperti Kayla. Bahkan, setahun terakhir ini Kayla seperti menjaga jarak dengannya."Kay, apa ada yang bisa aku bantu? Jika ada masalah ... ceritalah kepadaku. Atau, kau bisa ke rumah. Bunda selalu menanyakanmu," kata Cindy.Air mata Kayla menetes perlahan ia pun memeluk Cindy dan menangis dalam pelukan sahabatnya itu."Menang
Kayla duduk diam, ia memandangi makanan yang tersedia tanpa menyentuhnya sama sekali. Tatapan matanya kosong, sejak ia tiba tidak banyak kata yang ia ucapkan pada Larasti atau kepada Cindy.“Kay, yang tadi itu siapa?” tanya Cindy sambil mengambil sepotong tempe bacem.“Namanya Ethan. Dia ... ah, sudahlah Cin jangan ceritakan tentang dia.”“Loh, aku hanya bingung saja Kay. Selama ini kau kan dekat dengan Galang. Tapi mendadak ada yang menjemputmu dan-““Dia anak buah calon suami pilihan ayah,” kata Kayla memotong ucapan Cindy. Mendengar jawaban Kayla, Larasati dan Cindy langsung tersedak.“Calon suami apa? Ya ampun ... Kayla. Usiamu baru dua puluh, kan? Kau dan Cindy baru saja lulus dan kalian akan melanjutkan kuliah, masa iya sudah bicara soal pernikahan,” kata Larasati. Wanita itu berharap apa yang diucapkan oleh Kayla hanyalah cand
“Apakah aku bisa menolak dengan apa yang sudah Rans berikan kepada ayahku, Bunda?” tanya Kayla alih-alih menjawab pertanyaan Larasati.Cindy dan Larasati saling pandang, mereka bingung harus berkata apa kepada Kayla. Pagi itu Kayla merasa tidak bersemangat sama sekali. Hari ini adalah hari pertamanya untuk mengikuti OSPEK di kampus. Seharusnya sebagai mahasiswi baru ia bersemangat, tapi semakin dekat hari pernikahan ia merasa sangat takut"Kenapa lesu begitu,Kay?" tanya Paramitha."Mungkin karena kurang tidur, Bu.""Benar? Tidak ada yang kau sembunyikan dari Ibu kan?""Maksud ibu menyembunyikan itu apa Bu?" Sahut Raditama yang baru saja bergabung di meja makan. Kayla langsung menundukkan kepalanya. Ia memang selalu merasa tidak nyaman jika berada dekat ayahnya."Apa Ayah tidak liat, Kayla akhir- akhir ini sering melamun. Pasti karena pernikaha
Pernikahan Kayla tinggal menghitung hari dan gadis itu semakin merasa tidak nyaman. Ia tidak pernah membayangkan menjadi istri kedua. Dan calon suami yang berusia hampir sama dengan kedua orang tuanya. Mengetahui putri sulung nya tidak enak badan, Paramitha turun ke dapur dan membuatkan bubur untuk Kayla. Ia merasa tidak tega melihat Kayla yang semakin hari semakin kurus. Paramitha tau, jika Kayla sebenarnya memikirkan pernikahan yang segera tiba. Bahkan seminggu lalu, Rans sudah datang bersama istrinya untuk melamar dan menyerahkan beberapa seserahan. Namun, Paramitha sama sekali tidak bahagia. Ia tau,Rans memang banyak membantu. Tapi, haruskah membayar budi baik dengan mengorbankan kebahagiaan Kayla? Paramitha merasa tidak adil. Ia merasa sedih karena tidak mampu berbuat apa pun. Kejatuhan mereka kemarin sudah mengubah segalanya. Tapi, Paramitha menjadi tau siapa kawan ya