Andai saja kau pahami layaknya arti kasih sejati.
Karena cinta yang sungguh ,Kayda akan pernah mungkin bersyarat.
***Element****
Ethan terpekur dalam kamarnya. Menurut Kayla kamar ini dulu adalah kamarnya. Ethan mencoba mencari sisa harum tubuh Kayla disana. Rumah ini sudah ia beli, namun ia tidak pernah berniat untuk balik nama. Biar saja tetap atas nama Kayla. Toh baginya uang 1,5 milyard bukan perkara yang sulit. Penjualan mereka sedang bagus dan meningkat pesat saat ini. Ethan tau, pekerjaannya saat ini beresiko tinggi. Nyawa adalah taruhannya. Lagi pula dia tidak memiliki siapapun. Jadi, tidak mengapa jika kelak ia meninggal dalam kondisi terburuk, ia bisa memberikan sesuatu pada orang yang ia cintai.
Hari ini tidak ada pekerjaan yang mengharuskannya untuk ke kantor atau ke markas mereka. Lagi pula ini hari minggu. Ethan berniat untuk menghabiskan
Pagi itu Theodore sudah bersiap-siap. Hari ini akan ada pengiriman barang dalam jumlah yang cukup banyak. Keuntungan nya ratusan juta. Theodore mengawasi anak buahnya mengepak barang- barang haram yang akan mereka kirimkan. Barang- barang itu akan dibagi- bagi. Sebagian akan di kirim ke Malaysia. Dan sebagian akan di kirimkan ke luar kota. Ke Jambi, Palembang, Bangka dan Pekanbaru. Peredaran Narkoba di beberapa kota itu cukup bagus. Terlebih shabu dan ekstasi.Ethan sudah datang untuk melihat pekerjaan mereka. Barang haram itu akan diselundupkan lewat jalan laut tentunya. Setiap bulan, Ethan selalu rutin memberikan uang pelicin pada petugas bea dan cukai juga pada aparat kepolisian."Sudah semuanya?"tanya Ethan. Theodore mengangguk, "Sudah siap semua Bos. Hanya tinggal masuk ke dalam mobil saja.""Baiklah, seperti biasa pengiriman akan lewat jalan laut ya. Pembayarannya pun sudah, kirimkan segera bara
Siang itu, Kayla merasa begitu lelah. Ternyata KOAS itu sedikit melelahkan. Kadita merasa senang melihat semangat Kayla. Melihat Kayla yang terlihat lelah, Kadita memutuskan untuk mengajak Kayla untuk makan bersama."Kau lelah, Kay?" tanya Kadita. Kayla tersenyum, "Sedikit, Tante. Tapi aku suka, sejak kecil aku memang bercita-cita untuk menjadi dokter. Terlebih, ketika ibu sakit, aku bertambah semangat untuk menjadi seorang dokter. Aku ingin sekali menjadi seorang dokter yang hebat."Kadita tersenyum lembut, "Kau pasti bisa menjadi seorang dokter yang hebat. Sehabis KOAS nanti, sumpahmu sebagai seorang dokter akan di ambil. Kau akan mengambil S2?"Kayla menghela napas panjang. Ingatannya melayang saat Kayla kecil dulu."Kayla, kelak kalau menjadi dokter, kau mau menjadi dokter apa?" tanya Adhitama."Kay mau jadi dokter spesialis penyakit dalam, Ayah. Kay mau obatin orang- orang yang sakit. Kalau
Galang sudah membaca surat itu berulang-ulang. Bahkan dia sudah memeriksa rekaman CCTV. Ia penasaran, siapa yang sudah memberikan surat ancaman pada Adhitama. Ternyata, rekaman itu sudah di hapus. Hal ini membuatnya bertambah yakin. Ada orang yang cukup berpengaruh yang sudah membantu jaringan Rans. Mereka betul- betul licik dan licin."Anda tidak perlu khawatir Pak Adhitama. Aku akan mencari keadilan bagi Anda dan bagi almarhum papaku. Aku juga akan menjaga Kayla. Aku mencintai putri anda dengan sepenuh hati," kata Galang bermonolog.Perlahan ia melipat kembali surat itu dan memasukkannya ke dalam brankas. Surat itu kelak bisa dijadikan barang bukti untuk menyeret Rans. Targetnya sekarang bukanlah pengedar- pengedar kecil. Untuk memberantas suatu tindak kejahatan harus langsung dari akarnya. Percuma saja jika rantingnya dipangkas tapi akarnya tidak di cabut.&nbs
Siang itu, Kayla tidak ke rumah sakit. Sementara Karina sudah tiga hari mengunjungi orang tuanya di Thailand. Sementara Rans tentu saja di kantor. Kayla perlahan mengendap- endap menuju ruang kerja Rans. Ruangan itu ternyata memakai kunci digital. Tentu saja passwordnya hanya Rans yang mengetahui.Kayla menghela napas, ia merasa sangat kecewa. Kayla yakin sekali kalau di dalam ruangan itu pasti banyak sekali data- data dan juga bukti- bukti yang ia perlukan.Kayla menatap ke langit-langit, ia baru menyadari bahwa ada CCTV juga terpasang disana. "Aaah, sial!" Maki Kayla kesal. Tanpa Kayla tau, Rans kebetulan sedang mengawasinya lewat ponselnya."Ah, rupanya dia mulai bertingkah dan mulai ingin bermain-main denganku," gumam Rans. Ethan yang kebetulan sedang berada di ruangan itu mengerutkan dahinya."Ada apa Bos?" tanyanya.Rans menoleh lalu
Ethan menatap Kayla yang meringkuk di balik selimut sambil menangis. Entah mengapa hati Ethan merasa ikut sedih dan terluka saat melihat air mata Kayla."Kay, apa kau ingin lepas dari Rans?"tanya Ethan sambil mengelus rambut Kayla dengan lembut."Kalian sama saja, bajingan!"sentak Kayla.Ethan tersenyum miris mendengar kata- kata Kayla.Perlahan Ethan membawa Kayla kedalam pelukannya. Kayla berusaha untuk berontak, ia tidak mau Ethan menyentuhnya seperti tadi."Aku hanya ingin memelukmu, jadi diamlah," kata Ethan.Kayla pun akhirnya menghentikan perlawanannya. Dia menatap kedua netra Ethan. Hari itu, Kayla melihat ada sesuatu yang berbeda. Atau mungkin Kayla baru menyadari tatapan penuh cinta itu."Sejak kapan?"tanya Kayla lirih."Apa? Mencintaimu? Sejak pertama kali aku melihatmu di hotel untuk bertemu Rans."Kenapa?"
Rans kembali ke hotel menjelang malam. Kayla nampak tertidur karena lelah, sementata Ethan menjaganya dan duduk di sofa sambil menonton televisi."Perempuan sialan itu tidur? Kau tidak menghukumnya? Menyiksanya?"tanya Rans. Ethan membetulkan posisi duduknya, ia menatap Rans."Bisnis kita kotor, Bos. Tapi,selama kita berbisnis kita tidak pernah menyiksa wanita. Kita tidak pernah menyiksa yang lemah. Kali ini, maafkan jika aku menentangmu," jawab Ethan tegas.Rans menatap tangan kanannya ini tanpa kedip. Ia sangat mengenal Ethan dengan baik. Selama bertahun-tahun anak muda dihadapannya ini tidak pernah melawan atau membantah seKayp ucapannya.“Hei, ada apa denganmu? Apa seorang Ethan yang aku kenal bertangan dingin tiba- tiba menjadi lemah hanya karena perempuan murahan ini?!"sentak Rans."Bos, apa selama ini aku pernah membantah? Pernahkah aku meminta sesuatu kepadamu? Selama ini ka
Pagi itu, Kayla terbangun dengan tubuh yang terasa lebih segar. Ia mendengar bunyi gemericik air di kamar mandi. Tampaknya Ethan sedang mandi. Kayla memilih untuk tidak bangkit dulu dari tidurnya. Ia masih ingin berbaring sebentar saja.Dan, Kayla merasa sedih sekali. Ia merindukan ayahnya. Dalam hati ia merasa marah dan dendam pada Rans. Ingin rasanya ia menaruh racun dalam makanan Rans, supaya lelaki iblis itu lenyap dari muka bumi. Jika bukan karena ulahnya, tentu aku akan hidup bahagia sekarang, ujar Kayla dalam hati.Pintu kamar mandi terbuka, dan Ethan muncul dari balik pintu itu. Dia masih mengenakan pakaian yang kemarin dia kenakan. Saat melihat Kayla yang sudah terbangun dia tersenyum."Kau sudah bangun? Mau sarapan pagi bersamaku?"tanya Ethan."Pakaianku, kan sobek?"Ethan mengambil shopping bag yang ia letakkan di atas meja. Lalu mem
Karina memeluk Kayla dengan erat."Kau baik-baik saja kan? Aku rindu sekali padamu," kata Karina. Kayla hanya tersenyum manis."Aku membawa oleh-oleh untukmu.""Terima kasih Mbak, orang tua Mbak sehat?""Sehat, Kayla ... mereka juga sangat senang bertemu dengan Bima."Kayla menoleh ke arah Bima. Balita itu nampak manja dalam gendongan Rans. Usianya hampir 5 tahun dan dia sangat cerewet. Namun sayang, dia sama sekali tidak dekat dengan Kayla. Hanya sesekali bocah kecil itu mau bersama Kayla. Selebihnya tentu bersama Karina."Kau tidak ke rumah sakit hari ini, Kay?"tanya Karina."Tadi pagi aku merasa tidak enak badan Mbak, jadi aku putuskan untuk beristirahat saja di rumah. Lagi pula, hari ini kan Mbak pulang.""Ah, tapi kau tidak apa-apa kan? Apa perlu ke dokter?"Kayla tertawa kecil, "Aku hanya kurang tidur Mbak. Kemarin a