"Langsung minum obat ya De," ucap Andre setelah membukakan pintu mobil. Mereka sudah berada di rumah Dea. Nala yang menyadari ada tamu segera keluar. Ekspresi penuh tanda tanya ia tujukan pada putri dan Andre, dan satu lagi orang yang mengendarai sepeda Dea."Ada apa ya Nak Andre?" tanya Nala. Ia tak berani bertanya pada putrinya. Dea tampak kebingungan, jadi langsung masuk ke kamar tanpa berbasa-basi."Tadi Dea melihat Kevin di taman Bu. Jadi..." ucapan Andre menggantung. Dia tak tau harus berbicara apa."Mereka bertemu?" selidik Nala sangat waspada."Tidak Bu. Hanya Dea yang melihat Kevin. Kebetulan saya lagi olahraga di taman, jadi saya buru-buru ajak Dea pulang sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.""Ah begitu." Ekspresi Nala tampak lega mendengar penjelasan Andre. "Kalau begitu saya pamit dulu Bu." Lelaki itu mencium tangan Nala sangat sopan."Tidak mampir dulu Nak?" tawar Nala tak enak hati karena menodong pertanyaan pada tamunya. Padahal ia belum mempersilakan lelaki itu
"Kurang ajar! Dasar pencuri!" teriak Nina semakin keras.Mata Levi terbelalak mendengar sebutan tersebut. "Apa kau bilang? Pencuri?" Rasanya seperti disambar petir mendengar cemooh tersebut. Harga dirinya pun hancur berkeping-keping karena tak mendapat segan dari istrinya.Nina yang terlanjur dirundung emosi kembali berteriak, "ya, kau pencuri Lev! Semua barangku kamu jual tanpa seijinku. Keparat kau!"Lelaki itu semakin naik pintam karena umpatan yang diberikan istrinya. "Justru kau yang PENCURI NIN! KAU PENCURI ASLI!"Nina berjalan mundur karena Levi semakin dekat. "Harta kekayaanku kau habiskan untuk pria itu kan?! Ngaku saja. Jangan kau pikir aku lelaki yang bodoh sehingga tidak menyadari semua kebusukanmu.""Tetap saja. Semua barang itu tetap ada hakku!""Aku tidak peduli. Sekarang yang terpenting adalah aku bisa mengembalikan semua harta keluargaku yang sempat aku pinjam hanya untuk menyenangkanmu Nin. Sudah habis kesabaranku memanjakanmu. Siapa sangka kamu hanyalah pengkhianat
Hari ini Dea check up jahitan bekas operasi yang ia jalani beberapa minggu lalu. Monica selaku dokter yang membedahnya memeriksa hasil operasi dengan teliti. "Apakah masih ada rasa nyeri?" tanya Monica sembari mengoleskan salep pada luka di tubuh pasiennya.Dea menggelengkan kepala. "Tidak.""Syukurlah kalau begitu. Oles salep ini tiga kali sehari sampai habis. Ini akan memudarkan bekas operasi dan jahitan di perutmu." Dea tersenyum mendapatkan perhatian temannya. "Terima kasih.""You are welcome Beb. Bagaimana kalau nanti malam kita hangout. Kebetulan hari ini aku sift pagi jadi malam nanti free," tawar Monica. Sebenarnya ia butuh teman untuk mengobrol dikala suntuk. Setiap hari kegiatannya sangat monoton jadi rasa bosan menderai dia untuk melakukan hal baru bersama teman."Sure."Ketika malam tiba, Monica dan Dea memilih salah satu cafe yang ada di tengah-tengah antara rumah Dea dan Monica. Keduanya menghabiskan waktu ala wanita muda lainnya. Menikmati beragam dessert, espresso, a
Kevin berlari secepat mungkin menjauh dari keberadaan Dea. Hatinya sangat rindu tetapi melihat reaksi mantan istrinya membuat ia merasa bersalah. Lelaki itu paham jika dia adalah malapetaka untuk Dea. Namun hatinya tidak bisa menepis seberapa rindu dia pada Dea. Mantan istri yang sangat Kevin cintai kini sudah terlepas dari genggaman tangan. Hidupnya terasa hampa, karena saat rumah tangganya hancur ia kehilangan keluarganya. Sebagai anak semata wayang, Kevin merasa sangat kehilangan karena orangtuanya tidak mau mengakui dia bagian keluarga mereka. Derap langka yang semakin menjauh dari tempat pertemuannya dengan Dea, menyisakan helaan napas yang sangat berat. Pelipisnya dipenuhi keringat, bajunya semakin lusuh karena mendapat beberapa noda saat berlari."Aku harus tidur dimana?" sadarnya ketika malam semakin larut. Kevin tak memiliki tempat bernaung. Dia merasa malu jika kembali ke rumah Nino. Ditambah botol bekas yang ada dalam karung seakan harta karung yang tak bisa ia lepaskan."
Di kala senja menghantarkan kehangatan pada setiap insan. Kevin berjalan mengendap menuju tempat persinggahan anak kurang beruntung. Tampak seorang wanita tengah tertawa renyah bersama penguhuni rumah kasih buah hati. Sudah berkali-kali Kevin menjadi pengintip di tempat ini. Hatinya berdesir melihat pemandangan yang hangat di depannya."Alhamdulillah dia terlihat bahagia," syukur Kevin dengan mata berseri. "Tak sia-sia aku datang ke sini."Sudah satu minggu lebih Kevin mondar-mandir di depan panti asuhan guna melihat mantan istrinya. Dia tak bisa menepis seberapa besar rindunya pada wanita itu. Berkali-kali ia meratapi nasibnya yang mengenaskan. Saat asyik melihat interaksi Dea dengan anak panti. Tiba-tiba pundah Kevin ditepuk seseorang. Lelaki itu hampir terjerembab takut menarik perhatian mantan istrinya. Nahasnya ketika menoleh, Andre menatapnya penuh arti."Eh, Ndre," seru Kevin sembari menyembunyikan diri di sela pagar agar tak terlihat Dea. Andre tersenyum tipis menjabat tangan
Nina yang telah melahirkan bayinya dengan selamat tampak lega. Levi dan keluarganya menantikan bayi mungil yang akan meramaikan rumah. "Bayinya perempuan sangat cantik Pak," ucap dokter obgyn menyembahkan bayi merah pada Levi. Nina melihat lelaki itu dengan kesal. Rasa nyeri di bawah perutnya langsung menghilang karena tak sudah anaknya di sentuh oleh Levi."Bayiku!" teriak Nina yang masih lemas. Nala yang sebelumnya hendak menggendong langsung mengurungkan niatnya. Teriakan menantunya membuat ia sungkan, jadi sebisa mungkin menahan diri agar tidak menyulut emosi ibu yang baru melahirnya. Ibu kandung Nina pun menjadi tak enak hati pada besannya karena kelakuan putrinya seperti setan."Jangan sentuh anakku!" bentak Nina. Levi hanya bisa menghela napas. Dan selama beberapa hari kemudian temprament Nina semakin parah. Kali ini wanita itu tak segan-segan memberikan tes hasil DNA bayinya. "Nih! Ceraikan aku sekarang!"Bobby, pacarnya sudah sigap membawanya pergi. Bahkan bayi yang baru ber
Levi keluar kamar dengan wajah lesu. Langkah kakinya terasa begitu berat. Matanya memerah sedikit berair. Semua orang yang menunggunya segera mempersiapkan diri mendengar berita dari laki-laki itu."Mama, Ayah, dan Adik. Maafkan aku, aku dan Nina bercerai. Ternyata selama ini dia selingkuh dengan lelaki lain sampai hamil. Dan bayi itu adalah hasil perselingkuhan mereka."Mata Nala melebar, dunia seakan berhenti. David berusaha mengatur napasnya yang mulai terengah. Dea mengelus pundak Ayahnya, ia tak ingin merespon permintaan maaf kakaknya. Levi semakin terisak karena tak ada jawaban dari keluarganya."Ayo istarahat Yah. Kita bicarakan nanti. Mama juga," ujar Dea mengakhiri pembahasan keluarga. David dan Nala menuruti ucapan putri mereka. Levi semakin dibuat kacau tetapi sedikit lega karena Adiknya mau berbicara, "Mas Levi juga istirahat, pasti capek menahan semua sendirian."Lelaki itu mengangguk, deraian air mata tak bisa dihentikan. Levi masuk ke kamar dengan isakan yang semakin k
Sinta rekan kerja Dea datang dengan wajah berseri. Tanpa bicara sepatah kata pun wanita itu hanya memeluk Dea dengan gemas. Seseorang yang dipeluknya jelas penasaran apa yang terjadi pada dia. Beberapa orang yang ada di kantor pun dibuat tanda tanya dengan sikapnya yang nyentrik. Apalagi karakter social butterfly yang terpatri pada diri Sinta terasa aneh hari ini."Kenapa sih?" tanya Dea yang jengah karena terus-terusan dipeluk wanita itu. Tak langsung menjawab, Sinta justru terkekeh behagia melihat sahabatnya penasaran."Coba tebak!""Males ah!" jengah Dea sedikit kesal."Ih... masih pagi udah malas aja." Sinta protes dengan wajah dibuat sekesal mungkin."Tinggal jawab aja, apa susahnya sih.""Tada!" wanita itu menunjukkan cincin berlian di jari manisnya."Baru beli?" tebak Dea terpana melihat benda penuh kilau tersebut.Sinta langsung mendecak. "Aku habis dilamar pacarku, bulan depan aku mau menikah!""What? Serius?" Sinta mengangguk penuh keyakinan."Ya Allah, akhirnya! Congrats y