Tanpa sadar Andre mengucapkan harapannya dengan lirih. Levi yang ada di samping lelaki itu segera menepuk pundaknya. Menatap wajah yang familiar penuh pengertian dan mata sedikit memerah karena dirundung rasa bersalah. "Ada." Tangan lelaki itu menepuk sekali lagi pundah Andre. "Kali ini kesempatanmu terbuka sangat lebar Ndre. Maafkan aku," bisik Levi berusaha menahan isakan. Netra Andre melebar karena tak menyangkan mendapat respon dari orang lain dikala ia berusa menyembunyikan suara hatinya. Ditambah permintaan maaf yang mendadak ini. Rasanya dunia sedang berpihak padanya. "B-beneran Mas?" tanya Andre terbata-bata.Levi segera mengangguk. "Beneran! Aku akan membantumu," ucap Levi penuh keyakinan. "Kali ini aku benar-benar akan membantumu!"Dea yang selesai berpelukan dengan Rita tanpa sengaja melihat kakak dan Andre. Levi yang menyadari tatapan adiknya segera berdeham, "ekhem!"Andre melihat ke arah yang disorot Levi, kemudian senyum lebar ia berikan pada pujaan hatinya. Bagaimana
Kevin keluar penjara dengan tertatih. Tak ada yang salah dengan tubuhnya, tetapi psikologisnya saat ini sedang down. Emosi terasa bercampur aduk menjadi satu tanpa bisa dikontrol. Tanpa sadar ia sudah sampai ke sel tahanan khusus wanita. Teriakan Seno berhasil membuatnya bertemu dengan Icha, istri sirinya."Mas! Akhirnya kamu menemui aku," ucap Icha yang uforia. Kevin sangat jengah berada di situasi menyebalkan ini. Bahkan wajah yang biasanya terlihat menggairahkan, hari ini tak bisa memancing kejiwaannya sebagai lelaki."Pak Seno dipenjara seumur hidup karena kasus korupsi, penganiayaan, penipuan, pencucian uang, dan lainnya. Dia di denda 10 Milyar. Sedangkan Bu Maya dipenjara karena melakukan penipuan dan pencucian uang, dia juga dikenakan denda. Entah berapa aku lupa. Keduanya sama-sama di denda, jadi harta kalian tak bersisa."Senyum lebar yang ada di wajah Icha langsung sirna begitu mendengar ucapan suaminya. Ia merasa bumi runtuh seketika di atas kepalanya. Tanpa banyak waktu, K
"Langsung minum obat ya De," ucap Andre setelah membukakan pintu mobil. Mereka sudah berada di rumah Dea. Nala yang menyadari ada tamu segera keluar. Ekspresi penuh tanda tanya ia tujukan pada putri dan Andre, dan satu lagi orang yang mengendarai sepeda Dea."Ada apa ya Nak Andre?" tanya Nala. Ia tak berani bertanya pada putrinya. Dea tampak kebingungan, jadi langsung masuk ke kamar tanpa berbasa-basi."Tadi Dea melihat Kevin di taman Bu. Jadi..." ucapan Andre menggantung. Dia tak tau harus berbicara apa."Mereka bertemu?" selidik Nala sangat waspada."Tidak Bu. Hanya Dea yang melihat Kevin. Kebetulan saya lagi olahraga di taman, jadi saya buru-buru ajak Dea pulang sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.""Ah begitu." Ekspresi Nala tampak lega mendengar penjelasan Andre. "Kalau begitu saya pamit dulu Bu." Lelaki itu mencium tangan Nala sangat sopan."Tidak mampir dulu Nak?" tawar Nala tak enak hati karena menodong pertanyaan pada tamunya. Padahal ia belum mempersilakan lelaki itu
"Kurang ajar! Dasar pencuri!" teriak Nina semakin keras.Mata Levi terbelalak mendengar sebutan tersebut. "Apa kau bilang? Pencuri?" Rasanya seperti disambar petir mendengar cemooh tersebut. Harga dirinya pun hancur berkeping-keping karena tak mendapat segan dari istrinya.Nina yang terlanjur dirundung emosi kembali berteriak, "ya, kau pencuri Lev! Semua barangku kamu jual tanpa seijinku. Keparat kau!"Lelaki itu semakin naik pintam karena umpatan yang diberikan istrinya. "Justru kau yang PENCURI NIN! KAU PENCURI ASLI!"Nina berjalan mundur karena Levi semakin dekat. "Harta kekayaanku kau habiskan untuk pria itu kan?! Ngaku saja. Jangan kau pikir aku lelaki yang bodoh sehingga tidak menyadari semua kebusukanmu.""Tetap saja. Semua barang itu tetap ada hakku!""Aku tidak peduli. Sekarang yang terpenting adalah aku bisa mengembalikan semua harta keluargaku yang sempat aku pinjam hanya untuk menyenangkanmu Nin. Sudah habis kesabaranku memanjakanmu. Siapa sangka kamu hanyalah pengkhianat
Hari ini Dea check up jahitan bekas operasi yang ia jalani beberapa minggu lalu. Monica selaku dokter yang membedahnya memeriksa hasil operasi dengan teliti. "Apakah masih ada rasa nyeri?" tanya Monica sembari mengoleskan salep pada luka di tubuh pasiennya.Dea menggelengkan kepala. "Tidak.""Syukurlah kalau begitu. Oles salep ini tiga kali sehari sampai habis. Ini akan memudarkan bekas operasi dan jahitan di perutmu." Dea tersenyum mendapatkan perhatian temannya. "Terima kasih.""You are welcome Beb. Bagaimana kalau nanti malam kita hangout. Kebetulan hari ini aku sift pagi jadi malam nanti free," tawar Monica. Sebenarnya ia butuh teman untuk mengobrol dikala suntuk. Setiap hari kegiatannya sangat monoton jadi rasa bosan menderai dia untuk melakukan hal baru bersama teman."Sure."Ketika malam tiba, Monica dan Dea memilih salah satu cafe yang ada di tengah-tengah antara rumah Dea dan Monica. Keduanya menghabiskan waktu ala wanita muda lainnya. Menikmati beragam dessert, espresso, a
Kevin berlari secepat mungkin menjauh dari keberadaan Dea. Hatinya sangat rindu tetapi melihat reaksi mantan istrinya membuat ia merasa bersalah. Lelaki itu paham jika dia adalah malapetaka untuk Dea. Namun hatinya tidak bisa menepis seberapa rindu dia pada Dea. Mantan istri yang sangat Kevin cintai kini sudah terlepas dari genggaman tangan. Hidupnya terasa hampa, karena saat rumah tangganya hancur ia kehilangan keluarganya. Sebagai anak semata wayang, Kevin merasa sangat kehilangan karena orangtuanya tidak mau mengakui dia bagian keluarga mereka. Derap langka yang semakin menjauh dari tempat pertemuannya dengan Dea, menyisakan helaan napas yang sangat berat. Pelipisnya dipenuhi keringat, bajunya semakin lusuh karena mendapat beberapa noda saat berlari."Aku harus tidur dimana?" sadarnya ketika malam semakin larut. Kevin tak memiliki tempat bernaung. Dia merasa malu jika kembali ke rumah Nino. Ditambah botol bekas yang ada dalam karung seakan harta karung yang tak bisa ia lepaskan."
Di kala senja menghantarkan kehangatan pada setiap insan. Kevin berjalan mengendap menuju tempat persinggahan anak kurang beruntung. Tampak seorang wanita tengah tertawa renyah bersama penguhuni rumah kasih buah hati. Sudah berkali-kali Kevin menjadi pengintip di tempat ini. Hatinya berdesir melihat pemandangan yang hangat di depannya."Alhamdulillah dia terlihat bahagia," syukur Kevin dengan mata berseri. "Tak sia-sia aku datang ke sini."Sudah satu minggu lebih Kevin mondar-mandir di depan panti asuhan guna melihat mantan istrinya. Dia tak bisa menepis seberapa besar rindunya pada wanita itu. Berkali-kali ia meratapi nasibnya yang mengenaskan. Saat asyik melihat interaksi Dea dengan anak panti. Tiba-tiba pundah Kevin ditepuk seseorang. Lelaki itu hampir terjerembab takut menarik perhatian mantan istrinya. Nahasnya ketika menoleh, Andre menatapnya penuh arti."Eh, Ndre," seru Kevin sembari menyembunyikan diri di sela pagar agar tak terlihat Dea. Andre tersenyum tipis menjabat tangan
Nina yang telah melahirkan bayinya dengan selamat tampak lega. Levi dan keluarganya menantikan bayi mungil yang akan meramaikan rumah. "Bayinya perempuan sangat cantik Pak," ucap dokter obgyn menyembahkan bayi merah pada Levi. Nina melihat lelaki itu dengan kesal. Rasa nyeri di bawah perutnya langsung menghilang karena tak sudah anaknya di sentuh oleh Levi."Bayiku!" teriak Nina yang masih lemas. Nala yang sebelumnya hendak menggendong langsung mengurungkan niatnya. Teriakan menantunya membuat ia sungkan, jadi sebisa mungkin menahan diri agar tidak menyulut emosi ibu yang baru melahirnya. Ibu kandung Nina pun menjadi tak enak hati pada besannya karena kelakuan putrinya seperti setan."Jangan sentuh anakku!" bentak Nina. Levi hanya bisa menghela napas. Dan selama beberapa hari kemudian temprament Nina semakin parah. Kali ini wanita itu tak segan-segan memberikan tes hasil DNA bayinya. "Nih! Ceraikan aku sekarang!"Bobby, pacarnya sudah sigap membawanya pergi. Bahkan bayi yang baru ber