Suara lembut itu terasa tajam di telinga Dea. Entah kenapa dadanya terasa panas melihat kedua orang tersebut. Tanpa pikir panjang, ia langsung membalikkan badan dan masuk ke ruang kantor. Salah satu tangan Andre sempat terangkat melihat kepergiannya, Dea pun menyadari itu. Namun hatinya berkata jika lebih baik ia tidak berurusan dengan mereka.โSepertinya aku tidak sopan karena melengos begitu saja. Tapi ini pilihan terbaik, aku tidak mau ikut campur,โ sesal Dea dalam hati. Ia menghela napasnya panjang. โSayang? Apa dia kekasih Pak Andre? Pengheliatanku tidak salah kemarin lusa, aku kan liat dia lagi sama wanita itu. Jadi ini langkah yang dia ambil setelah buat aku merasa bersalah karena dia pikir aku menggantungnya. Ternyata semua cowok sama aja!โ Ia meronta-ronta di dalam batinnya. Entah kenapa ada kekesalan sendiri di dalam sanubari wanita itu. Bahkan sedari tadi Dea meremas ujung hijabnya. Ketika ia sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba Sinta menyenggol pundaknya. โStt! Bu Dea!โ pang
โBoleh duduk sini?โ tanya wanita itu pada Dea. Wajah putih dan rambut lurus berwarna hitam membuat orang di depannya terpaku. Dea segera berdeham mengatur tenggorokannya yang tercekat.โBoleh, silakan,โ jawab Dea. Ia memberikan senyum tipis pada tamu yang tak diundang tersebut.โKenalin, aku Michelle.โ Wanita pemilik nama Michelle itu menangkat tangannya untuk berjabat tangan dengan Dea.โDea.โ Ia menyambut jabatan tangan tersebut dengan kaku. Michelle sedari tadi melihatnya dengan senyum tipis dan mata berbinar. โKamu cantik Dea,โ pujinya tulus.Alis Dea terangkat sejenak. Ia tak menduga langsung mendapatkan pujian dari orang yang baru dikenalnya. โTerimakasih, kamu juga cantik.โMichelle menundukkan kepalanya seakan tersipu malu. Dea pun melanjutkan kegiatannya menyemili makanan. โMau?โ Ia menyondorkan salah satu snack ke arah Michelle. Dengan cepat wanita itu langsung memberikan penolakan gelengan kepala. โTidak. Aku tidak bisa makan snack begini.โโAh... sorry.โ Dea langsung menar
โIsh! Wanita itu kenapa sih!โ kesal Sinta yang baru saja duduk di samping Dea. Siang ini Dea memakan bekal yang dibuatkan mertuanya.โSiapa?โ tanya Dea setelah menelan makanan yang ia kunyah.โItu, perempuan yang sama Pak Andre. Masa dia sinis banget ke aku.โโOh Michelle,โ sahut Dea paham orang yang dimaksud rekan kerjanya.โLoh Mbak Dea kok bisa tau,โ kaget Sinta.โTadi sempat ngobrol di kantin.โโMbak Dea ajak dia?โโEnggak. Dia tiba-tiba samperin aku di kantin.โโOhh...โ Sinta mengganggukkan kepala beberapa kali. โGimana Mbak?โ tanya Sinta penasaran.Alis Dea berkerut, tangannya sibuk memotong sosis di dalam kotak bekal. โGimana apanya?โโItu Michelle. Minta dikit.โ Sinta mencicip capjaynya.โBiasa aja. Nih salad.โ Dea menyodorkan kotak makan berisi salad buah yang dilumuri yogurt.โMasa biasa aja? Thanks.โโYa nggak juga. Orangnya ramah, em... tapi nggak bisa dikatain ramah juga sih.โ Dea menyipitkan mata mengoreksi penilaiannya tetang Michell.โLah... terus gimana?โ Sinta bingun
Sesampainya di rumah, Dea langsung masuk. Rita menyambutnya dengan senyum semringah. โSudah pulang Sayang,โ ujar wanita paruh baya tersebut. Dea memeluk tubuh mertuanya dengan erat, rasanya ia melepaskan beban yang ada di pundaknya begitu saja ketika merasakan kehangatan dari Rita.โAstaga putri Mama. Pasti capek ya seharian kerja,โ celetuk Rita. Kevin yang baru saja masuk langsung menyalaminya. Wanita itu menerima ciuman di tangannya meskipun masih memeluk Dea.โMas Kevin jemputnya lama. Aku capek nunggunya,โ adu Dea dengan bibir mencebik. Mata Rita sontak melotot kemudian tangannya memukul lengan putranya.โIya?!โ kesal Rita.Kevin meringiskan bibir, rambutnya menjadi acak-acakan karena garukan tangannya. โAda urusan sekolah Ma.โ Tanpa menunggu lama, lelaki itu langsung berlari ke kamarnya. Ia tak ingin menjadi mangsa singa yang baru saja bangun tidur.โHuhft...โ Ia mengelus dadanya. Rasanya seperti bermain roller coaster ketika berhadapan dengan ibu kandungnya. Apalagi Dea mengadu
Kevin mendaratkan pantatnya ke sofa dengan kikuk. Ia menelan ludahnya karena grogi melihat ekspresi Papanya. Rita dan Dea pun tampak murung mendapati kengerian Gito yang tidak bisa diartikan.โAda apa Pa?โ tanya Kevin.โBisnis Papa gagal,โ jawab Gito frustrasi. Ia meremas rambutnya dengan bibir meringis. Rita yang ada di samping Kevin pun menghela napas panjang.โBisnis yang mana Pa?โ Kevin menanykan hal yang lebih rinci karena kedua orangtuanya memiliki banyak bisnis yang dikelola jadi ia bingung sisi mana yang Gito maksud.โBisnis yang Papa berikan ke Levi. Hari ini tiba-tiba semua suplier dan investor membatalkan kerja samanya.โโKok bisa?โโMereka tidak percaya pada Levi, padahal dari awal mereka pasrah dengan pengelolaannya. Jadi menurutku itu cuma alasan saja. Ditambah salah satu dari mereka mengaku diajak Seno untuk bergabung di bisnisnya. Kemungkinan besar, semua kolegaku ditarik dia. Kurang ajar!โ Gito menjawab pertanyaan putranya dengan kepalan tangan yang kuat. Ekspresiny
Akhirnya Kevin mengangkat telepon tersebut setelah mengatur pernapasannya. Ia menghirup dan n mengeluarkan udara dari hidung ke mulut berkali-kali. Nama Seno sudah memporak-poranda perasaannya menjadi panas. Entah apa yang akan dikatakan lelaki itu, tetapi Kevin berasumsi jika Seno akan memberikan berita tak menyenangkan.โHallo. Assalamualaikum,โ salam Kevin.โWaalaikumsalam. Bagaimana Papamu? Khehehe...โKevin memutar bola matanya dengan jengah. Belum apa-apa, Pak tua itu langsung to the point. Ia langsung tau apa yang dimaksud Seno pada papanya. Namun kali ini ia memilih bersikap polos seakan tidak tau apa-apa.โMaksudnya Pak?โโBisnis Papamu. Bagaimana dia sekarang? Apa dia stress karena semua koleganya lari padaku?โ tanya Seno dengan penuh percaya diri.โOh bisnis. Tidak tau Pak. Tapi....โ Ia menggantungkan kalimatnya.โTapi apa?โ Seno sangat penasaran dengan ucapan menantunya.โEm... tadi Papa kelihatan murung.โโHahaha!โ Gelak tawa menggelegar di sound ponsel Kevin. Lelaki itu
Dea yang menyelesaikan kan hajatnya langsung terduduk lemas di kursi kemudi. Jantung Kevin berdegup kencang karena takut ketahuan telah mengambil satu barang dari tas istrinya. Wanita itu melirik suaminya jengah, helaan kasar terdengar dari hidungnya. Mendengar itu Kevin salah tingkah."Ada yang salah?" tanya Kevin berusaha mencairkan suasana yang tegang."Tidak. Ayo." Dea meminta suaminya melanjutkan perjalanan yang tertunda. Bukannya sampai di sekolahan, mobil mereka justru tertahan di supermarket."Wait. Mas mau beli rokok dulu." Kevin langsung keluar tanpa menunggu jawaban istrinya. Dea hanya pasrah tak menggerutu sedikitpun karena tubuh bagian bawahnya terasa nyeri. Bibirnya meringis, kemudian matanya mulai berair."Kenapa aku datang bulan di pagi hari begini. Biasanya ketahuan kalau udah malam." Ia menyeka air di ujung matanya."Nih Dik. Minum dulu." Kevin langsung menyodorkan obat pereda nyeri haid dan beberapa snack kesukaan istrinya. Setidaknya ini sebagai antisipasi moodswin
Kevin yang baru saja mengantar istrinya, kini sudah tiba di sekolahan tempatnya mengajar. Ia melihat siluet Nino yang baru masuk ke ruang kantor. Dengan langkah cepat ia menghampiri sahabat karibnya. "Hei No," sapa Kevin dengan senyum lebar. Ekspresinya sangat bertolak belakang dengan Nino. "Hm?" hanya dehaman itu yang menjadi balasan."Kenapa Lu?" "Gapapa." Jawaban yang singkat itu menunjukkan seberapa parah masalah yang dilalui sahabatnya."Sini cerita," celetuk Kevin mengambil perhatian Nino. Namun hanya gelengan halus yang ia terima. "Masalah Adik lu?" Kevin tak berputus asa dengan sikap sahabatnya.Nino yang sangat mengenal Kevin hanya bisa menghela napas pasrah. Kegigihan lelaki itu tak bisa digunakan oleh siapapun, jadi pilihan terbaik adalah dengan menuruti kemuannya. Setidaknya setelah Kevin puas, tidak ada penggangu di hari yang melelahkan ini."Ya," jawab Nino singkat. "Emang Adik lu ngapain sih No?" Kali ini Kevin. entahlah dengan sedikit emosi karena tak habis fikir d
"Perutku sakit banget, Sayang. Seperti kontraksi," jawab Dea dengan suara gemetar.Andre segera memeriksa jam tangannya. "Tapi ini belum waktunya, kan? Masih beberapa minggu lagi!" Namun, melihat ekspresi Dea yang pucat, ia tak berani menunda. "Kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu sebentar, aku ambil kunci mobil."Dea mengangguk, meski tubuhnya terus menggeliat karena rasa sakit. Andre kembali dengan mantel dan payung, membantunya bangun dengan hati-hati.Di perjalanan menuju rumah sakit, Dea terus mencengkeram lengan suaminya. Pria itu pun dibuat kalap dengan satu tangan memegang kemudi. "Aduh, Mas sakit banget. Aku nggak kuat," keluhnya.Andre berusaha tetap tenang, meskipun dadanya terasa sesak melihat istrinya kesakitan. "Sayang, bertahan ya. Kita sebentar lagi sampai," katanya sambil mempercepat laju mobil.Setibanya di rumah sakit, para perawat langsung membawa Dea ke ruang bersalin. Andre mendampingi dengan wajah penuh kecemasan. Dokter masuk dan memeriksa kondisi Dea dengan ce
โWaalaikumsalam,โ jawab Icha cepat-cepat sambil membuka pintu. Berdiri di sana, Kevin dengan setelan kerjanya yang rapi, wajahnya tampak lelah, tetapi ada senyum tipis yang terukir.โKamu baru pulang?โ tanya Icha langsung, nada suaranya sedikit tajam meski ia mencoba menahannya. Evan yang masih dalam gendongannya mulai merengek lagi, membuatnya semakin frustasi.Kevin mengangguk sambil melepas sepatu. โIya, maaf lama. Ada kerjaan tambahan tadi. Stok baju menumpuk dan harus di display. Ditambah, aku juga menambah manekin sesuai idemu. Aku sudah memasang banyak setelan yang kamu atur.โ Ia mendekati mereka, mengusap kepala Evan yang langsung melenguh kecil, tetapi tetap rewel.โAku hampir gila sendiri di rumah, tahu nggak?โ keluh Icha sambil membawa Evan ke ruang tamu. Namun, ada kebahagiaan sendiri karena ide yang sempat ia katakan pada Kevin, sekarang telah teralisasikan. Dia yang dulunya suka shopping dan selalu memakai outfit kece, ternyata bisa merembak ke bisnis toko baju yang mere
Beberapa hari setelah kabar kehamilan itu, Andre dan Dea memutuskan untuk mengundang kedua keluarga mereka untuk makan malam di rumah. Andre telah mengatur semuanya, dari makanan hingga dekorasi sederhana yang akan digunakan untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.Dea berdiri di depan cermin, mengenakan gaun longgar yang sengaja dipilih karena ia mulai merasa tak nyaman dengan pakaian yang ketat di perut. Ia menyentuh perutnya yang masih datar dengan perasaan takjub, seolah tak percaya bahwa kehidupan baru tengah tumbuh di dalamnya.โKamu cantik,โ komentar Andre yang muncul dari balik pintu kamar. Ia mendekat, melingkarkan lengannya di pinggang Dea.โKamu yakin mereka akan senang?โ tanya Dea sambil menatap Andre lewat pantulan cermin.Andre tertawa kecil, mencium kening Dea dengan lembut. โAyah dan Mama pasti akan sangat senang. Apalagi Oma. Dia sudah lama menunggu kabar seperti ini.โDea mengangguk, meski hatinya tetap berdebar. Ia masih merasa gugup untuk menyampaikan kabar terse
Setelah hampir dua minggu menikmati bulan madu yang penuh kenangan di Maldives, Dea dan Andre akhirnya kembali ke rumah mereka yang megah. Malam itu, mereka tiba di bandara dengan suasana hati yang lelah tetapi bahagia.โWelcome home, Pak Andre, Bu Dea,โ sapa seorang pelayan ketika mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Bagi Dea rumah itu terasa lebih besar dari tempat yang selama ini ia tinggali, tetapi kehangatan dari staf yang menyambut mereka membuat Dea merasa nyaman.โTerima kasih,โ jawab Andre singkat. Ia menoleh ke arah Dea, yang terlihat sedikit pucat. โKamu capek? Mau langsung istirahat?โDea mengangguk sambil tersenyum kecil. โSepertinya begitu. Perjalanan panjang tadi bikin aku sedikit mual.โAndre mengernyit, menunjukkan kekhawatirannya. โKamu yakin cuma capek? Jangan-jangan kamu sakit.โWanita itu hanya tertawa kecil. โNggak kok, mungkin hanya masuk angin. Besok juga pasti sembuh.โAndre menghela napas, tapi akhirnya mengangguk. โKalau gitu, ayo naik. Aku bawakan kopermu
Tanpa menunggu lagi, sepasang pengantin yang baru saja melakukan malam pertama segera terbang ke luar negeri."Mas, kita mau ke mana?" tanya Dea. Ia sedari tadi hanya mengekori suaminya. Semua keperluan sudah diatur Andre dan staffnya. Jadi, wanita itu tidak tau mereka akan terbang ke mana. Suaminya pun hanya membalasnya dengan senyuman kecil. "Nanti juga tau," ujar lelaki itu sembari menoel hidung Dea.Namun, jawaban atas rasa penasaran wanita itu langsung terjawab ketika jet yang ia tumpangi landing di salah satu bandara yang ada di Maldives. Dea tak menyangka dan tak terpikirkan akan berada di negara ini. Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan sinar matahari lembut yang menerobos tirai kamar villa di atas laut. Dea membuka mata perlahan, menghirup aroma udara laut yang menyegarkan. Ia merasakan kain lembut selimut yang menyelimuti tubuhnya dan ketenang di sekitarnya.Ketika ia menoleh, Andre sudah duduk di teras luar, hanya memakai kemeja santai berwarna putih dan celana p
Kevin kehilangan kata-kata. Zahra hanya berdiri di tempatnya, matanya kembali berkaca-kaca, tetapi tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun.Icha mengusap air matanya dengan kasar, sambil tetap memeluk Evan. Suaranya gemetar saat ia melanjutkan, โAku meninggalkan keluargaku demi kamu, Kevin. Aku melawan dan menghadapi dunia sendirian, bahkan saat aku melahirkan anak ini. Apa balasanmu? Kamu bawa perempuan lain masuk ke rumah kita!โโIcha, aku tahu aku salah,โ Kevin berkata dengan nada putus asa. โTapi aku ingin memperbaikinya. Demi Evan. Tolong beri aku kesempatan-โKata-kata itu seperti palu godam yang menghantam Icha. Tubuhnya terasa lemas, dan ia hanya terpaku. Suaminya hanya memikirkan putra mereka, bukan dirinya. Zahra yang tak sanggup melihat perseteruan mereka, berbalik dan melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.Icha menunduk, menatap bayi kecil di pelukannya yang akhirnya berhenti menangis. Ia mengusap lembut kepala Evan sambil berbisik, โKita pergi dari sini, Nak. Kita tid
Kevin berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Icha tadi seperti pisau yang terus-menerus mengirisnya. Ia ingin mengejar wanita itu, tetapi tubuhnya terasa kaku. Di sebelahnya, Zahra menggenggam tangan di depan dada, matanya berkaca-kaca, penuh rasa bersalah.โMas, mungkin aku seharusnya tidak datang ke sini,โ Zahra berbisik pelan. โKehadiranku hanya memperburuk keadaan.โKevin menoleh, pandangannya gelap. โZahra, ini bukan salahmu. Semua ini salahku. Aku yang mengambil keputusan bodoh, dan sekarang aku harus menanggung akibatnya.โSebelum Zahra bisa menjawab, suara pintu yang dibanting terdengar keras dari arah kamar. Icha muncul kembali dengan sebuah koper besar di tangannya. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kevin atau Zahra, ia berjalan cepat menuju pintu depan.โCha, tunggu!โ Kevin akhirnya bergerak, berusaha menghentikan istrinya. Ia memegang lengan Icha, tetapi wanita itu menepisnya dengan kasar.โJangan sentuh aku, Kevin!โ seru Icha dengan air mata yang masih me
Kevin menatap Zahra sejenak. Pikirannya bergemuruh, tetapi bibirnya akhirnya lolos begitu saja mengungkapkan kenyataan yang selama ini dia sembunyikan. "Zahra adalah istriku, Cha. Dia madumu. Kami sudah menikah secara sah baik di mata hukum maupun agama."Pernyataan itu jatuh seperti petir di siang bolong. Icha menatap Kevin dengan mata membelalak, wajahnya memerah karena amarah yang langsung memuncak. Tubuhnya gemetar, hampir tak mampu berdiri.โApa?!โ jerit Icha dengan suara yang pecah. โKamu bilang dia MADUKU?! Kamu sudah menikah lagi tanpa bilang apa-apa padaku?!โPria itu menatap Icha selembut mungkin, berusaha menenangkan. Namun, kata-kata yang ia siapkan tak mampu menahan badai yang jelas sudah datang. โCha, aku bisa jelaskan. Seharusnya bilang dari awal. Tapi-โโJELASKAN APA?!โ potong Icha dengan teriakan melengking. โKamu menikah lagi di belakangku, Kevin! Kamu mengkhianatiku! Kamu membawanya ke sini, dan kamu pikir aku akan menerima begitu saja?!โZahra yang berdiri di sampi
Di ruang tamu, seorang wanita bergamis duduk dengan tenang. Sosok itu membuat darah Icha mendidih seketika.โKamu?!โ seru Icha dengan nada tinggi, tanpa mencoba menyembunyikan kemarahannya.Zahra, yang mengenakan gamis hitam bangkit perlahan. Meski matanya tampak tenang, tubuhnya sedikit gemetar karena situasi yang ia tahu akan sulit.โIya, Mbak Icha,โ jawab Zahra pelan. โSaya diminta Mas Kevin datang.โ"Dasar perempuan gatel! Apa-apaan kamu tiba-tiba nggak pake cadar gitu. Mau menggoda suami saya, ya!" Icha melirik Kevin dengan tatapan penuh emosi. โMas, kamu tega banget bawa dia ke sini?! ngapain kamu suruh datang ke rumah kita?!โโCha, tenang dulu. Aku cumaโโโTenang?!โ potong Icha tajam. โKamu mau aku tenang sementara kamu bawa perempuan ini ke rumah kita?! Aku istrimu, Kevin! Dia itu cuma... cuma-โโSaya cuma apa, Mbak?โ Zahra menyela lembut, tetapi nadanya tegas. โKalau saya hanya dianggap sebagai masalah, saya mohon maaf. Tapi saya di sini untuk menyelesaikan semuanya, biar ng