Share

178

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ketika semua orang sudah pergi dari kediaman orangtuanya, Levi terduduk lemas di ruang tamu. Nina yang bingung dengan kericuhan tersebut segera bertanya, "Pak David kenapa?"

"Shock," jawab Levi singkat. Ia meremas rambutnya dan mengacak-acaknya frustrasi.

"Memangnya ada apa?"

"Hah... Sudahlah, ayo pulang," ujar lelaki itu langsung keluar dari rumah. Dengan langkah yang tertatih Nina masuk ke dalam mobil. Bibirnya manyun karena merasa diacuhkan oleh suaminya. Sedangkan Levi terlena dengan pikirannya sendiri.

"Aku harus mendapatkan uang secepat mungkin untuk mengganti semuanya," gumam lelaki itu yang tertangkap gendang telinga Nina. Suara berat itu membuat wajahnya semakin dongkol karena semalam mereka sudah menyerahkan beratus juta untuk Dea. Sampai sekarang Nina tak rela melakukannya.

Di sisi lain, Dea cemas dengan keadaan ayahnya yang tertidur lemas di ranjang rumah sakit. Sedari tadi Nala tak henti-hentinya menangis melihat suaminya.

"Ayah sudah tidak apa-apa Ma," tenang Dea mengel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   179

    Sesampainya di rumah, Dea langsung masuk ke dalam kamar tamu yang ia tempati beberapa hari ini. tubuhnya lemas karena mengalami hari yang menguras emosinya. Kevin mengikutinya dengan bisu."Mau tidur?" tanya Kevin karena mendapatkan sinyal hal yang dilakukan istrinya bertolak belakang dengan perintah Mamanya."Ya. Aku capek Mas." Dea bersiap merebahkan tubuhnya."Minum obat dulu Dik."Wanita itu nampak jengah dengan ucapan suaminya. "Mama bilang aku harus memastikan kamu minum obat dulu. Setelah itu boleh tidur."Dea menganggukkan kepala. "Aku boleh tidur sepuasku?""Ya. Tapi minum obat dulu.""Oke. Setelah itu Mas jangan ganggu aku," perintah Dea."Ya," setuju Kevin yang langsung keluar mengambil makanan yang sudah ia beli sebelum sampai di rumah. Dea menyantap sebagian makanan tersebut kemudian meminum semua obat yang diresepkan dokter."Aku tidur dulu. Mas bisa keluar sekarang?""Iya Sayang. Tidurlah yang nyenyak." Kevin menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh istrinya, tak

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   180

    Ekspresi congah kedua orang itu membuat Kevin bertanya-tanya, ‘apa maksudnya mereka menunjukkan logam mulia dan gepokan uang dalam koper itu?’Maya dan Seno saling melirik satu sama lain, mereka seakan puas membuat menantunya terperangah. Pameran yang membuat siapapun tergoda untuk menyentuhnya. Setitik ekspresi yang dikeluarkan Kevin sudah menumbuhkan kesombongan dan derajat mereka. Dengan begini Seno berpikir sudah mengembalikan posisinya yang ada di atas langit.“Ekhem!” deham Seno mencari perhatian semua orang. “Kita tunggu Icha dulu sebelum membahasnya.” Ia menatap menantunya ramah. Lubang hidungnya kembang kempis menyambar kesempatan untuk memperdaya Kevin. Lelaki yang lebih muda hanya menatapnya datar. Meskipun berkali-kali matanya menelisik jumlah uang yang ada di dalam koper.Tak berselang lama, Icha membawa nampan berisikan kopi dan jus.“Diminum Mas, aku sudah menyiapkan sesuai seleramu,” ucap Icha meminta suaminya agar menyesap minuman yang ia buat. Kevin menuruti perminta

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   181

    Kevin mencengkeram celananya sangat erat. Tawaran yang sangat menggiurkan,membuat hatinya bimbang. Di situasi yang tidak memegang uang sepeserpun, rasanya gila melihat nominal fantastis. Ia dibuat mabuk kepayang dengan pemandangan koper berwarna merah dan emas. Kilatan dari logam mulia menstimulus nafsu dalam dirinya.Bahkan ia harus menghela napas berkali-kali menjadikan lubang hidungnya kembang kempis, pundaknya naik turun, keringat dingin membasahi pelipisnya. Jantung berdebar hebat membuat tubuhnya semakin panas.“S-saya...” ia sedari tadi belum mampu melanjutkan ucapannya. Ternggorokannya seakan tercekat. Runtutan kata terjebak di epiglotis menyisakan udara tanpa suara.“Jawab Mas!” sentak Icha yang tak sabar. Ia gemas mendapati suaminya tergagap ketika ngobrol dengan Papanya.Seno menarik satu sudut bibirnya ke atas. Matanya menyala menatap menantunya yang tak berdaya. Istrinya pun bergeliat kesenangan karena sukses membuat Kevin bingung.“Saya menolak!” teriak Kevin. Ia berjuan

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   182

    “Bagaimana keadaan Dea? Apa dia sudah makan dan minum obat?” tanya Rita di seberang telepon. Kevin yang duduk di teras gemetar hebat karena mendapat panggilan dari mamanya. Apalagi di depan mertuanya yang congah.“Baik Ma. Tadi udah Kevin kasih makan sama obatnya. Sekarang dia sedang tidur.”“Coba liat.” Rita meminta untuk melakukan video call.“Mampus!” batin Kevin. Sekarang dia sedang di luar jadi bagaimana bisa menunjukkan istriya yang sedang tidur?“Kevin lagi di luar Ma.” Ia ingin sekali mengatakan itu, tapi rentetan pertanyaan dan amukan akan keluar dari mulut mamanya. Pada akhirnya ia memilih menekan mode pesawat agar internet terhenti sehingga panggilan telepon berakhir tanpa harus ia putuskan sepihak.Tanpa banyak ulah, ia kembali masuk. Seno, Maya, dan Icha yang melihatnya tergopoh-gopoh sontak penasaran.“Ada apa Mas?” tanya Icha.“Aku harus segera pulang. Mama sama papa mencariku,” jawab Kevin mengambil kunci mobil dan mencium kedua tangan mertuanya.“Maaf Pak Bu, saya h

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   183

    Kevin menelisik kotak itu dengan hati-hati. Ia berniat membukanya, tetapi terhalang gembok kecil. Tak ada celah untuk bisa mengintip isi kotak itu. Perlahan ia mengocok kotak berukuran 35cm x 25cm. Cukup besar sehingga memudahkannya memudah benda apa saja yang ada di dalam.“Seperti ada suara besi,” gumamnya dikocokan pertama, ia lanjut menggoyangkan benda tersebut. “Plastik?” tebaknya dengan alis berkerut. “Kertas?” Ia menatap kotak itu penasaran. “Wait...” ia mengocok lebih keras. “Ada suara berat di sana. Apa itu?” Rasa penasarannya semakin membuncah menerka barang atau sesuatu yang ada di dalamnya.“Besi, plastik, kertas, dan suara beda aneh. Sepertinya bukan hanya satu tapi banyak. Kenapa aku baru tau ada kotak ini di lemari?”Ia meletakkan kembali kotak itu di tempatnya. Helaan napas berat terdengar dari hidung Kevin. Tangannya mengelus gembok yang tergantung. “Aku harus mencari kunci gembok ini. Dengan begitu, aku bisa melihat isi di kotak ini.”Ia bertekad penuh keyakinan meme

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   184

    Rita yang baru saja masuk kamar mengelus pipi menantunya lembut. Gerakan kecil tersebut mengganggu tidur nyenyak Dea.“Mama?” panggil Dea dengan mata yang terkejap.Suara serak itu membuat Rita tersenyum. “Iya Sayang. Mama baru pulang.”“Bagaimana keadaan Ayah?”“Sekarang masih dalam masa pengawasan dokter. Besok kita akan tau hasilnya, jadi lanjutkan tidurmu. Mama mau mandi,” ucap wanita itu beranjak dari tempat tidur.Karena Dea masih berada dalam pengaruh, tak butuh waktu lama untuknya kembali terlelap.Di sisi lain, Kevin melanjutkan pekerjaannya mencari kunci lemari. Tekad lelaki itu sangat kuat untuk memusnahkan rasa penasarannya terhadap kotak hitam.“Sial! Di mana dia menyembunyikan kunci lemari ini!” kesal Kevin menghantamkan kepalanya di atas bantal.Keesokan pagi, semua anggota keluarga berkumpul menikmati sarapan. Dengan penuh perhatian Kevin melayani istrinya. Rita hari ini tidak turun tangan karena merasa perlu memberikan waktu berdua untuk putra dan menantunya.“Kevin,”

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   185

    "Mbak Dea. Semua baju sudah saya lipat. Apa perlu saya masukkan ke kamar utama?" tanya Lastri pada majikannya. Dea yang sedang mengoreksi hasil ulangan siswa siswinya segera menoleh. "Biar aku aja."Ia langsung beranjak dari tempat duduknya. Selama Lastri bekerja di rumahnya, dia tidak pernah mengizinkan wanita itu masuk ke kamar utama kecuali urgent seperti dia sakit, atau insiden tragis beberapa waktu lalu. Dea bisa menghitung jari berapa kali wanita itu masuk ke kamarnya.Karena baju yang terlipat bejibun, Lastri meletakkan di keranjang agar Dea bisa mudah membawanya."Makasih Mbok," ujar Dea mengangkat keranjang tersebut. Dengan langkah tertatih karena keranjangnya sangat berat, ia membuka pintu.Sejenak wanita itu merenung melihat kamarnya yang porak poranda. Handuk di atas kasur, beberapa gelas di atas nakas, plastik Snack yang berserakan."Astaghfirullahaladzim..." desis Dea. Perlahan ia masuk ke kamar yang tidak ia tempat berhari-hari. Ia mulai memasukkan semua baju ke dalam l

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   186

    "Aku akan menunggunya 15 menit lagi. Kalau Levi tidak muncul juga, lebih baik aku pulang," pasrah Gito yang kesabarannya menipis. Ia menyandarkan kepalanya dengan lemas. Matanya menerawang jauh mencari peluang yang bisa mendatangkan rezeki untuk anak besannya. "Alhamdulillah..." syukurnya setelah mendapat beberapa ide. "Ada beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan anak itu untuk menyelesaikan masalah ini." Gito menyeka wajahnya.Dari dalam rumah yang sedang diintai lelaki itu ada seseorang tergopoh-gopoh membuka gerbang. Sosoknya menjadi kelegaann untuk Gito. Dengan pakaian tidur, Levi berlari kecil ke arah mobil Gito. Dengan segera lelaki itu keluar menyambut seseorang yang ia cari."Maaf Pak Gito, saya baru bangun. Semalam saya lembur." Levi langsung menunduk, mencium tangan pria di depannya. Gito tersenyum simpul kemudian menepuk pundaknya lembut."Tidak apa-apa Levi. Untungnya saya belum pergi." Dengan mata yang berair karena merasa bersalah, Levi mempersilakan tamunya masuk ke da

Bab terbaru

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   337 END

    "Perutku sakit banget, Sayang. Seperti kontraksi," jawab Dea dengan suara gemetar.Andre segera memeriksa jam tangannya. "Tapi ini belum waktunya, kan? Masih beberapa minggu lagi!" Namun, melihat ekspresi Dea yang pucat, ia tak berani menunda. "Kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu sebentar, aku ambil kunci mobil."Dea mengangguk, meski tubuhnya terus menggeliat karena rasa sakit. Andre kembali dengan mantel dan payung, membantunya bangun dengan hati-hati.Di perjalanan menuju rumah sakit, Dea terus mencengkeram lengan suaminya. Pria itu pun dibuat kalap dengan satu tangan memegang kemudi. "Aduh, Mas sakit banget. Aku nggak kuat," keluhnya.Andre berusaha tetap tenang, meskipun dadanya terasa sesak melihat istrinya kesakitan. "Sayang, bertahan ya. Kita sebentar lagi sampai," katanya sambil mempercepat laju mobil.Setibanya di rumah sakit, para perawat langsung membawa Dea ke ruang bersalin. Andre mendampingi dengan wajah penuh kecemasan. Dokter masuk dan memeriksa kondisi Dea dengan ce

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   336

    “Waalaikumsalam,” jawab Icha cepat-cepat sambil membuka pintu. Berdiri di sana, Kevin dengan setelan kerjanya yang rapi, wajahnya tampak lelah, tetapi ada senyum tipis yang terukir.“Kamu baru pulang?” tanya Icha langsung, nada suaranya sedikit tajam meski ia mencoba menahannya. Evan yang masih dalam gendongannya mulai merengek lagi, membuatnya semakin frustasi.Kevin mengangguk sambil melepas sepatu. “Iya, maaf lama. Ada kerjaan tambahan tadi. Stok baju menumpuk dan harus di display. Ditambah, aku juga menambah manekin sesuai idemu. Aku sudah memasang banyak setelan yang kamu atur.” Ia mendekati mereka, mengusap kepala Evan yang langsung melenguh kecil, tetapi tetap rewel.“Aku hampir gila sendiri di rumah, tahu nggak?” keluh Icha sambil membawa Evan ke ruang tamu. Namun, ada kebahagiaan sendiri karena ide yang sempat ia katakan pada Kevin, sekarang telah teralisasikan. Dia yang dulunya suka shopping dan selalu memakai outfit kece, ternyata bisa merembak ke bisnis toko baju yang mere

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   335

    Beberapa hari setelah kabar kehamilan itu, Andre dan Dea memutuskan untuk mengundang kedua keluarga mereka untuk makan malam di rumah. Andre telah mengatur semuanya, dari makanan hingga dekorasi sederhana yang akan digunakan untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.Dea berdiri di depan cermin, mengenakan gaun longgar yang sengaja dipilih karena ia mulai merasa tak nyaman dengan pakaian yang ketat di perut. Ia menyentuh perutnya yang masih datar dengan perasaan takjub, seolah tak percaya bahwa kehidupan baru tengah tumbuh di dalamnya.“Kamu cantik,” komentar Andre yang muncul dari balik pintu kamar. Ia mendekat, melingkarkan lengannya di pinggang Dea.“Kamu yakin mereka akan senang?” tanya Dea sambil menatap Andre lewat pantulan cermin.Andre tertawa kecil, mencium kening Dea dengan lembut. “Ayah dan Mama pasti akan sangat senang. Apalagi Oma. Dia sudah lama menunggu kabar seperti ini.”Dea mengangguk, meski hatinya tetap berdebar. Ia masih merasa gugup untuk menyampaikan kabar terse

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   334

    Setelah hampir dua minggu menikmati bulan madu yang penuh kenangan di Maldives, Dea dan Andre akhirnya kembali ke rumah mereka yang megah. Malam itu, mereka tiba di bandara dengan suasana hati yang lelah tetapi bahagia.“Welcome home, Pak Andre, Bu Dea,” sapa seorang pelayan ketika mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Bagi Dea rumah itu terasa lebih besar dari tempat yang selama ini ia tinggali, tetapi kehangatan dari staf yang menyambut mereka membuat Dea merasa nyaman.“Terima kasih,” jawab Andre singkat. Ia menoleh ke arah Dea, yang terlihat sedikit pucat. “Kamu capek? Mau langsung istirahat?”Dea mengangguk sambil tersenyum kecil. “Sepertinya begitu. Perjalanan panjang tadi bikin aku sedikit mual.”Andre mengernyit, menunjukkan kekhawatirannya. “Kamu yakin cuma capek? Jangan-jangan kamu sakit.”Wanita itu hanya tertawa kecil. “Nggak kok, mungkin hanya masuk angin. Besok juga pasti sembuh.”Andre menghela napas, tapi akhirnya mengangguk. “Kalau gitu, ayo naik. Aku bawakan kopermu

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   333

    Tanpa menunggu lagi, sepasang pengantin yang baru saja melakukan malam pertama segera terbang ke luar negeri."Mas, kita mau ke mana?" tanya Dea. Ia sedari tadi hanya mengekori suaminya. Semua keperluan sudah diatur Andre dan staffnya. Jadi, wanita itu tidak tau mereka akan terbang ke mana. Suaminya pun hanya membalasnya dengan senyuman kecil. "Nanti juga tau," ujar lelaki itu sembari menoel hidung Dea.Namun, jawaban atas rasa penasaran wanita itu langsung terjawab ketika jet yang ia tumpangi landing di salah satu bandara yang ada di Maldives. Dea tak menyangka dan tak terpikirkan akan berada di negara ini. Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan sinar matahari lembut yang menerobos tirai kamar villa di atas laut. Dea membuka mata perlahan, menghirup aroma udara laut yang menyegarkan. Ia merasakan kain lembut selimut yang menyelimuti tubuhnya dan ketenang di sekitarnya.Ketika ia menoleh, Andre sudah duduk di teras luar, hanya memakai kemeja santai berwarna putih dan celana p

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   332

    Kevin kehilangan kata-kata. Zahra hanya berdiri di tempatnya, matanya kembali berkaca-kaca, tetapi tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun.Icha mengusap air matanya dengan kasar, sambil tetap memeluk Evan. Suaranya gemetar saat ia melanjutkan, “Aku meninggalkan keluargaku demi kamu, Kevin. Aku melawan dan menghadapi dunia sendirian, bahkan saat aku melahirkan anak ini. Apa balasanmu? Kamu bawa perempuan lain masuk ke rumah kita!”“Icha, aku tahu aku salah,” Kevin berkata dengan nada putus asa. “Tapi aku ingin memperbaikinya. Demi Evan. Tolong beri aku kesempatan-”Kata-kata itu seperti palu godam yang menghantam Icha. Tubuhnya terasa lemas, dan ia hanya terpaku. Suaminya hanya memikirkan putra mereka, bukan dirinya. Zahra yang tak sanggup melihat perseteruan mereka, berbalik dan melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.Icha menunduk, menatap bayi kecil di pelukannya yang akhirnya berhenti menangis. Ia mengusap lembut kepala Evan sambil berbisik, “Kita pergi dari sini, Nak. Kita tid

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   331

    Kevin berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Icha tadi seperti pisau yang terus-menerus mengirisnya. Ia ingin mengejar wanita itu, tetapi tubuhnya terasa kaku. Di sebelahnya, Zahra menggenggam tangan di depan dada, matanya berkaca-kaca, penuh rasa bersalah.“Mas, mungkin aku seharusnya tidak datang ke sini,” Zahra berbisik pelan. “Kehadiranku hanya memperburuk keadaan.”Kevin menoleh, pandangannya gelap. “Zahra, ini bukan salahmu. Semua ini salahku. Aku yang mengambil keputusan bodoh, dan sekarang aku harus menanggung akibatnya.”Sebelum Zahra bisa menjawab, suara pintu yang dibanting terdengar keras dari arah kamar. Icha muncul kembali dengan sebuah koper besar di tangannya. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kevin atau Zahra, ia berjalan cepat menuju pintu depan.“Cha, tunggu!” Kevin akhirnya bergerak, berusaha menghentikan istrinya. Ia memegang lengan Icha, tetapi wanita itu menepisnya dengan kasar.“Jangan sentuh aku, Kevin!” seru Icha dengan air mata yang masih me

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   330

    Kevin menatap Zahra sejenak. Pikirannya bergemuruh, tetapi bibirnya akhirnya lolos begitu saja mengungkapkan kenyataan yang selama ini dia sembunyikan. "Zahra adalah istriku, Cha. Dia madumu. Kami sudah menikah secara sah baik di mata hukum maupun agama."Pernyataan itu jatuh seperti petir di siang bolong. Icha menatap Kevin dengan mata membelalak, wajahnya memerah karena amarah yang langsung memuncak. Tubuhnya gemetar, hampir tak mampu berdiri.“Apa?!” jerit Icha dengan suara yang pecah. “Kamu bilang dia MADUKU?! Kamu sudah menikah lagi tanpa bilang apa-apa padaku?!”Pria itu menatap Icha selembut mungkin, berusaha menenangkan. Namun, kata-kata yang ia siapkan tak mampu menahan badai yang jelas sudah datang. “Cha, aku bisa jelaskan. Seharusnya bilang dari awal. Tapi-”“JELASKAN APA?!” potong Icha dengan teriakan melengking. “Kamu menikah lagi di belakangku, Kevin! Kamu mengkhianatiku! Kamu membawanya ke sini, dan kamu pikir aku akan menerima begitu saja?!”Zahra yang berdiri di sampi

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   329

    Di ruang tamu, seorang wanita bergamis duduk dengan tenang. Sosok itu membuat darah Icha mendidih seketika.“Kamu?!” seru Icha dengan nada tinggi, tanpa mencoba menyembunyikan kemarahannya.Zahra, yang mengenakan gamis hitam bangkit perlahan. Meski matanya tampak tenang, tubuhnya sedikit gemetar karena situasi yang ia tahu akan sulit.“Iya, Mbak Icha,” jawab Zahra pelan. “Saya diminta Mas Kevin datang.”"Dasar perempuan gatel! Apa-apaan kamu tiba-tiba nggak pake cadar gitu. Mau menggoda suami saya, ya!" Icha melirik Kevin dengan tatapan penuh emosi. “Mas, kamu tega banget bawa dia ke sini?! ngapain kamu suruh datang ke rumah kita?!”“Cha, tenang dulu. Aku cuma—”“Tenang?!” potong Icha tajam. “Kamu mau aku tenang sementara kamu bawa perempuan ini ke rumah kita?! Aku istrimu, Kevin! Dia itu cuma... cuma-”“Saya cuma apa, Mbak?” Zahra menyela lembut, tetapi nadanya tegas. “Kalau saya hanya dianggap sebagai masalah, saya mohon maaf. Tapi saya di sini untuk menyelesaikan semuanya, biar ng

DMCA.com Protection Status