Adrina menyerahkan draft miliknya yang sudah selesai ia susun. Ia masih terus terngiang perkataan dari wanita yang mengaku tunangan Dathan. Jika pria itu sudah memiliki wanita yang akan resmi diikat, lalu mengapa malah menjadikan dirinya kekasih palsu?“Pak Dathan, ini mungkin kesannya mencampuri urusan pribadi, tapi bolehkah saya bertanya?” Adrina mengatakan itu dengan perasaan waspada, khawatir Dathan tidak suka jika ia bertanya-tanya lebih hingga ke urusan pribadi.“Karena kamu sekarang udah sepakat jadi kekasih palsu saya, silakan tanya urusan pribadi.”“Cewek yang ketemu di basement kemarin, bukannya itu tunangan Bapak, kenapa Bapak malah jadiin saya kekasih palsu? Gimana respon dia nantinya? Apa Bapak nggak kasian, bukankah kalian saling mencintai? Apa kalian berniat saling menyakiti?”Mendengar kalimat demi kalimat dari sekretaris dan sekaligus kekasih palsuanya itu Dathan menghela nafas. Ia menaruh
Hotel milik King Of Store malam ini disulap menjadi sebuah istana persis Disney. Semua yang terlibat terlihat begitu antusias dan memastikan tidak akan ada kesalahan sedikit pun. Masing-masing staf dibagi dan bekerja sesuai tugasnya masing-masing. Satu persatu tamu undangan pun berdatangan. Bukan sembarang tamu undangan tentunya, tapi mereka adalah orang-orang yang datang dengan kepentingan dan harapan sepulang dari sana, sudah memiliki jaringan. Wajar saja, yang memiliki acara merupakan konglomerat yang memiliki banyak cabang perusahaan di bidang Teknologi, kemajuan dan kesuksesannya bahkan hampir sekelas perusahaan Samsung di Korea.Lain dengan Adrina, walau ia sendiri tidak ada kepentingan untuk dirinya, tapi kesepakatan kekasih palsu itu yang membuatnya seperti ini. Kini, ia tengah mematut wajahnya di cermin besar yang memperlihatkan tubuhnya dari atas hingga bawah. Dathan memintanya langsung untuk pergi ke salon kecantikan, lalu didandani seperti saat ini.
Alih-alih membawa Adrina ke rumah sakit, Dathan lebih memilih membawa sekretarisnya itu ke sebuah kamar hotel. Dua karyawan laki-laki mengikutinya, salah satunya sudah disuruhnya untuk menghubungi dokter perusahaan.“Apa katanya? Dia bisa datang?” Dathan bertanya dengan nafas yang belum stabil.“Iya Pak, sepuluh menit lagi, beliau tiba.”“Kalian boleh pergi dari sini, biar saya yang menangani. Oh ya, klien kita nggak menyewa wartawan ‘kan. Kalau kalian nemu wartawan, usir mereka. Aku tadi sempat melihat orang-orang dari OSS News.”“Baik Pak.”Dathan memijat keningnya, ia tidak habis pikir ada orang yang sengaja mengatur rencana agar ia dan Adrina terjatuh dan diambil gambarnya oleh wartawan, tentu saja ia tahu karena matanya sangat awas. Ia bisa melihat salah satu wartawan OSS yang persis seperti Dispatch di Korea. Mereka selalu bisa mecari-cari kesalahan para konglomerat dan membu
Keadaan kantor terlihat ramai dan hal itu tentu membuat Adrina semakin khawatir, jika semua orang mungkin kini telah tahu tentang berita CEO King Of Store. Dia merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan, biasanya ia tidak terlalu memperhatikan sekeliling, namun kali ini ia merasa seperti semua mata tertuju padanya.“Itu bukannya sekretaris baru ya? yang perekrutannya khusus oleh CEO?” Adrina mendengar salah satu karyawan wanita berbisik dengan karyawan yang lainnya.“Shuut, jangan keras-keras nanti dia denger. Usut punya usut, katanya dia masuk karena koneksi CEO, jadi ya wajarlah, ternyata emang ada hubungan gelap dibalik itu.”Langkah Adrina terhenti, ternyata sudah sejauh ini rumor tentang dirinya. Selama ini, ia tidak pernah memikirkan bahwa mungkin saja orang-orang diluar sana atau para karyawan tahu bagaimana awal mula perekrutannya. Setahunya memang posisi sekretaris itu tidak mudah, apalagi posisi sekretaris ekseku
Alih-alih menjawab pertanyaan dari HRD yang sudah kelewat batas itu, Dathan memilih diam dan menyeringai, ia menarik tangan Adrina dan segera keluar dari lift begitu pintunya terbuka. Sedangkan Adrina, tentu saja ia jengkel karena bukannya memberi klarifikasi kepada para pegawainya yang sok tahu itu, CEO-nya malah main pergi saja.“Pak, nggak harus begini, ini nggak bener.” Adrina menghempaskan genggaman Dathan, mereka kini turun dilantai tiga, hanya tinggal dua lantai untuk menuju ruangan CEO.“Kenapa malah diam aja saat mereka ngebully kamu? kamu harusnya bisa ngelawan Adrina,” ujar Dathan. Untunglah lantai tiga itu masih sepi dari kehadiran para karyawan.“Bukan itu yang penting Pak, tapi sekarang gimana dengan kita? Maksud saya ini semuanya lebih rumit dari yang saya pikirkan. Bayangkan, kalau saya bener jadi kekasih palsu Bapak, saya bisa terus-terusan di intimidasi, seperti di lift tadi. Lalu, tunangan Bapak gima
“Apa kamu bercanda Dathan? Kenapa sejak berita itu dirilis, sama sekali nggak ada klarifikasi?” Brenda secara langsung menemui Dathan di café. Hal itu sengaja dilakukan, karena Dathan tidak ingin rumornya yang berpacaran dengan putri CEO Winner Group kembali menguap. Pasalnya, rumor itu sudah ada sejak lama.“Nggak perlu, toh aku emang mau menyiarkan ke saentero Indonesia tentang hubunganku dengan dia,” jawab Dathan dengan santainya. Sesekali ia menghirup udara segar yang masuk melalui hidung mancungnya. Tersenyum tipis saat ia bisa melihat gedung pencakar langit dari tempatnya duduk. Sedangkan Brenda justru sebaliknya, wanita itu mendengus bekali-kali karena sikap calon tunangannya itu.“Kamu seperti yakin sekali dengan rencanamu. Saat ini, aku mungkin nggak bisa menghentikanmu. Tapi, tunggu aja tanggal mainnya. Kamu sudah diberi kemurahan hati oleh Ayahku, tapi apa yang kamu perbuat? Ini pengkhianatan Dathan
Berkali-kali Dathan mengirup udara seperti orang yang membutuhkan banyak pasokan oksigen. Walau ruang rapat dilengkapi dengan fentilasi udara tetap saja, suasanya membuat ia selain gerah tapi juga pusing. Apalagi dihadapkan pada orang-orang yang tidak semuanya suka padanya, tidak semua dari mereka memihaknya, jika pun ada beberapa itu hanya berpura-pura di depan saja, sebagai bentuk rasa hormat pada Kakeknya yang telah menunjuknya menjadi kandidat CEO.Cakra membuntuti dibelakangnya, asisten pribadinya itu berkali-kali menanyakan keadaannya, namun jelas sekali Dathan tidak benar baik-baik saja. Siapa yang bisa baik-baik saja saat harapan semua orang bergantung di pudanknya? Jika ia tidak mampu mewujudkannya, kemana integritasnya selama ini?“Cakra, apa kamu yakin aku bakal beneran jadi CEO di perusahaan ini?” tanya Dathan lirih sesaat setelah melempar pantatnya di sofa. Tangannya melonggarkan dasi yang terasa seperti mencekik dirinya.&
Akhir pekan Dathan pergi mengunjungi makam Ayah dan Ibunya. Ia hanya berkunjung seorang diri, karena membuatnya merasa lebih tenang saja. Juga memberikan kesempatan kepada asisten pribadinya untuk liburan dan tidak terus menerus mengurusi dirinya. Sebenarnya, tanpa Cakra disisinya ia merasa tidak lagi punya siapa-siapa. Kecuali, Tiffany yang kini sedang berusaha pulih pasca depresi berat yang melandanya karena ulah suaminya sendiri.Pekan ini, seharusnya ia berkunjung ke rumahnya dimana Ibu Jesika dan Tiffany tinggal. Tapi, ia sedang tidak ingin bertemu siapapun hari ini, hanya ingin mengadu nasib kepada orang tuanya di kuburan. Ia menaruh bunga di atas nisan, kemudian membaca sedikit yang ia ketahui bacaan untuk orang meninggal.“Ayah, setelah kepergianmu hidup menjadi terasa lebih berat. Bahkan, aku pikir aku nggak bisa lagi menanggungnya. Ini terlalu berat, banyak orang menghakimiku. Bahkan, orang-orang yang dulu kepercayaanmu, kini meragukanku. Apa yang harus aku lakukan?”Ia bera