Rose Annabella dijual oleh ayahnya untuk melancarkan bisnisnya dan Rose menjadi wanita simpanan seorang CEO yang tampan dan kaya raya bernama Jeno William. "Kenapa ayah begitu jahat padaku?" isak Rose. "Sudahlah. Kau jatuh ke tangan pria yang tepat seperti aku ini," ujar Jeno.
Lihat lebih banyakSean terus memantau Ryan dari jauh. Gerak-gerik yang mencurigakan dari Jeff pun bisa ditebak oleh Sean. Terlebih lagi Paul, Sean bisa membaca cara Paul memanipulasi Jeff. Seakan Paul sedang mengincar sesuatu dari Ryan melalui kelemahan Jeff, tapi apa yang diincar Paul? Sedangkan Sean sendiri belum begitu mengenal Ryan, tapi tuannya sudah menyuruhnya untuk melindungi Ryan. Paul mencengkeram tangan Jeff dengan kuat. Paul pun menggelengkan kepalanya, lalu dibalas dengan isyarat oleh Jeff. "Kalian berdua sedang apa?" tanya Ryan yang tiba-tiba membalikkan badannya dan mendapatkan Paul sedang memegang tangan Jeff. Melihat wajah Ryan, Jeff tidak bisa menahan amarahnya. Jeff merasa jika Ryan tengah bermain-main dengan dirinya. Jeff tidak bisa menahan diri, laki-laki itu mengibaskan tangannya untuk berusaha melepaskan genggaman tangan Paul. Jeff langsung mengarahkan bogem mentah di muka Ryan hingga Ryan tersungkur jatuh dan mulut Ryan mengeluarkan darah. Paul langsung menarik tubuh Jeff m
Setelah bercakap-cakap dengan calon kakak iparnya. Ryan merasa sangat lega, tapi ada satu hal yang membuat Ryan bingung karena sang kakak tidak pernah menjawab telepon darinya. Hal itu membuat Ryan terus bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah Ryan punya salah pada kakaknya?"Sudah 6 kali aku menghubungi kakak tapi tidak jua diangkat. Sebenarnya apa yang terjadi? Kak Rose tidak seperti ini biasanya." Ryan menatap layar ponselnya. "Apa aku harus menanyakan pada Kak Jeno?" lanjutnya.Berkali-kali Ryan memikirkan hal itu. Setiap dia ingin menghubungi Jeno selalu ada keraguan yang menghantui Ryan. Ryan paham jika Jeno adalah seorang yang sangat sibuk. Akhirnya Ryan memutuskan hanya mengirim pesan untuk Jeno.Secara diam-diam pun Jeno menyimpan nomor telepon milik Ryan. Itu semua Jeno lakukan karena syarat dari Rose.Ting!Jeno melirik saat mendengar bunyi suara dari ponselnya. Ryan menatap Rose yang tengah sibuk bermain dengan ponselnya. Jeno meletakkan ponselnya dan melangkah mendekati Rose
Rose sangat terkejut saat mendengar suara dari seberang sana. Bukan suara Ryan melainkan suara seorang wanita dan yang lebih membuat Rose takut adalah waktu menunjukkan pukul 21.30. Rose sudah berpikir negatif tentang Ryan sang adik. Dia ingin marah pada Ryan tapi berhubung tadi Rose terkejut dan langsung menutup sambungan telepon."Bodohnya aku," umpat Rose pada dirinya sendiri.Rose kembali mencoba menghubungi Ryan, akan tetapi tidak juga di angkat oleh Ryan. Itu berlaku sampai panggilan yang ke tujuh kalinya. Rose mulai murka pada Ryan. Rose tak habis pikir dengan adik satu-satunya itu. Padahal Rose paling tahu jika Ryan adalah anak yang baik dan patuh."Apa yang terjadi? Apakah dia——ah, tidak mungkin. Ryan tidak mungkin melakukan hal itu." Rose mulai mencemaskan adik satu-satunya. Pikiran Rose sudah memikirkan hal yang berbau negatif.Tidak ada respons lagi dari Ryan. Akhirnya Rose memilih untuk diam. Dia tidak akan menerima panggilan dari Ryan. Hati Rose sudah terlanjur kecewa p
"Aku punya dua syarat untukmu. Pertama, aku ingin ayahku nanti yang akan mendampingiku dan yang kedua, aku ingin adikku Ryan tinggal bersama dengan ku di sini."Dua syarat itu memang tidak berat, tapi tidak bagi Jeno. Jeno tidak setuju dengan syarat nomor satu, karena Jeno sendiri mulai membenci ayahnya Rose. Tanpa diketahui oleh Rose, Roland sering menghubungi Jeno untuk meminta uang.Jeno sama sekali belum memberitahukan hal itu pada Rose, karena Jeno tidak ingin Rose sedih atau kecewa. Di sisi lain mungkin Rose juga tidak akan mempercayainya."Aku tidak bisa mengabulkan semua syarat mu, aku hanya bisa mengabulkan salah satunya." Jeno menatap Rose tanpa ekspresi. "Aku akan memberimu waktu sehari untuk memikirkannya. Jika kau menyetujuinya aku akan langsung mengumumkan berita bahagia itu," lanjut Jeno. Lantas pria itu berlalu dari hadapan Rose. Damian yang berada di sana hanya bisa tersenyum dan membungkukkan kepalanya, lalu berlalu mengikuti Jeno di belakangnya.Sementara itu di tem
Rem diinjak mendadak oleh Jeno, tetapi semua bisa dikontrol dan tidak ada yang terluka. Untung saja Jeno hanya memacu mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Namun, tentu saja membuat Rose marah. Bahkan gadis itu sempat memarahi Jeno. Rem diinjak mendadak bukan karena terjadi kecelakaan, melainkan Jeno terkejut dengan pernyataan dari Rose.Beruntung mereka sedang tidak berada di jalan raya. Jeno menatap Rose dengan seksama seolah Jeno tidak menyangka akan hal itu."Tapi aku punya syarat untukmu," lanjut Rose."Apa syaratnya?" tanya Jeno."Kita bicarakan syarat itu jika kita sudah sampai di rumah," sahut Rose. Jeno pun mengikuti permintaan dari Rose. Jeno kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah. Sesampainya di rumah Jeno tidak langsung menagih ucapan Rose. Pria itu membiarkan Rose untuk beristirahat terlebih dahulu, karena dia pun harus segera ke kantor setelah menerima panggilan dari Damian.Empat jam kemudian saat menjelang petang Jeno pulang ke rumah. Rose pun sudah menyediakan men
Jeno melangkah mendekati salah satu pegawainya yang sedang membersihkan kaca. Jeno terus memperhatikannya. Pegawai itu tidak menyadari jika Jeno sedang memperhatikannya sedari tadi. Ada beberapa pegawai yang menyadari keberadaan Jeno di sana, mereka bekerja dengan perasaan takut."Se-sela-mat pa-gi, Pak Jeno," sapa mereka yang sadar akan keberadaan Jeno."Kenapa kalian seperti orang ketakutan?" tanya Jeno."Ti-tidak. Ma-maaf, tidak seperti biasanya Pak Jeno memantau kami bekerja. Apa salah seorang di antara kami ada yang melakukan kesalahan?"Jeno menarik napas, "Tidak ada. Kalian tidak ada yang membuat kesalahan. Apa kalian sudah sarapan?""Be-belum ...," ucap mereka."Turun lah kalian ke B1. Demian sudah menyiapkan sarapan untuk kalian dan kalian bisa kembali bekerja di jam 7." Jeno langsung berlalu dari sana."Terima kasih, Pak Jeno," ucap mereka sambil menunduk."Kok tumben sekali," celetuk seorang pegawai laki-laki."Hush, jangan bicara seperti itu. Pak Jeno sebenarnya orang bai
Teriakan erangan kesakitan terdengar memenuhi ruangan tersebut. Tangan Aurora sampai mencengkeram lengan Elvis hingga kemerahan. Proses yang cukup cepat tapi bagi Aurora hal itu seperti neraka. Bahkan wanita itu sempat menangis menahan kesakitan."Coba gerakan kaki anda memutar," perintah laki-laki itu. Aurora menurutinya. Wanita itu memutarkan kakinya. "Apa masih terasa sakit?" lanjutnya bertanya sambil menatap wajah Aurora. Aurora menatap laki-laki itu dan kemudian beralih menatap Elvis. "Tidak. Sama sekali tidak terasa sakit.""Baguslah. Itu berarti sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tapi aku sarankan untuk lebih berhati-hati. Jangan bergerak terlalu berlebihan. Lusa bengkak itu akan hilang. Rajin-rajinlah mengompres dengan air dingin," pesannya."Terima kasih atas bantuannya," tutur Aurora. Elvis tertawa mendengarnya. Aurora melirik dan menepuk lengan Elvis."Auw!" Elvis mengerang kesakitan karena tepukan tangan dari Aurora mengenai bekas cengkeraman Aurora."Hahaha ... k
Elvis merasa ada yang aneh saat melihat ibunya Aurora sama sekali tidak mengatakan sesuatu alias diam. Begitu juga dengan Aurora. Elvis memang sosok pria yang sangat peka dengan keadaan.Elvis berdeham agar suasana tidak canggung dan hening. "Bolehkah aku bertanya?" Aurora menatap Elvis, lalu tersenyum. "Kau pasti menanyakan suatu hal yang baru terjadi beberapa detik yang lalu?""Apa kau tidak begitu akrab dengan ibumu?" lanjut Elvis. Aurora menghela napas panjang, lalu mengangkat kepalanya ke atas. "Jika kau tidak ingin menceritakannya, tidak apa-apa. Aku yang sudah sangat lancang telah bertanya padamu.""Aku memang tidak akrab dengan ibuku sejak kejadian itu. Kau pasti kenal Jeno, kan?" Aurora menatap Elvis dan pria itu menganggukkan kepalanya."Memangnya——apa ada hubungannya dengan Jeno?" selidik Elvis. Pria itu begitu ingin tahu kejadian yang sebenarnya."Sebenarnya ibuku bekerja di rumah Jeno, tapi karena suatu hal ibuku dipecat dari pekerjaannya," terang Aurora.Elvis mengerutk
Aurora terkejut dan dia terlambat untuk menghindar. Hal itu mengakibatkan Aurora sedikit terserempet mobil yang lewat serta membuatnya jatuh di atas trotoar. Aurora meringis karena pantatnya mencium trotoar dengan keras.Mobil berhenti tidak jauh dari Aurora. Pintu terbuka dan keluarlah seorang pria dari dalam mobil."Nona, anda baik-baik saja? Apa ada yang terluka?" kata pria itu menghampiri Aurora.Aurora mengangkat kepalanya dan menatap pria tersebut. Mata Aurora tidak berkedip sama sekali saat melihat pemandangan di depannya. Aurora begitu sangat terkesima dengan pria yang sedang berdiri di depan Aurora."Nona ... nona, anda tidak apa-apa?" Pria itu membuat Aurora tersadar dari mimpinya yang mengagumi ketampanannya."A—ku ... aku hanya sedikit tergores," kata Aurora sambil memegangi lengannya dan benar saja kain yang menutupi lengannya robek.Lantas Aurora mencoba untuk berdiri, akan tetapi Aurora terjatuh lagi karena dia merasakan sakit dan nyeri pada bagian pergelangan kakinya.
PYAARR!Bunyi vas bunga yang baru saja jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. Pecahan kaca itu berserakan ke mana-mana. Rose kecil yang melihat kejadian tersebut hanya bisa diam dan menangis. Rose melihat sendiri dengan mata kepalanya saat sang ayah memukul ibunya.Roland mendorong Clara dengan sangat kasar hingga Clara terjatuh ke lantai dan tangan kirinya terkena pecahan vas bunga tersebut. Wanita itu hanya bisa menangis. Dia tidak mampu melawan Roland, karena jika semakin Clara melawan Roland, maka Roland akan semakin liar. Roland sama sekali tidak menganggap Clara sebagai istrinya.Bagaimana bisa Roland menganggap Clara seperti itu? Sedangkan jika Roland tidak menganggap Clara sebagai istrinya, tentu saja tidak akan ada Rose dan Ryan di dunia ini. Lalu Roland menganggap Clara itu apa?Setiap hari Clara diperlakukan seperti seorang pembantu di rumahnya sendiri. Baik Rose ataupun Ryan tidak bisa membantu sang ibu karena mereka masih sangat kecil. Mereka berdua hanya pasrah meli
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen