"Kenapa kau gemetar seperti itu? Apa kau ketakutan? Dengar, gadis kecil dengan uangku tidak ada yang tidak bisa kubeli. Termasuk, kau bisa kubeli. Hahaha." tawa tuan Adam yang sangat menyebalkan itu meledak.
"Enak saja, memangnya kau pikir aku barang. Bisa kau beli begitu saja," sahut Kirana kesal. Sambil mengejek tuan Adam.
"Hah, beraninya kau memandang remeh diriku. Apa kau tidak tau siapa aku ini? Aku ini tuan Adam pria kaya raya di daerah ini. Dan, kau memang barang yang tidak ada gunanya. Selain hanya membuatku kesal." maki tuan Adam kesal.
"Kau ini, jangan kau pikir karena kau pria yang kaya. Dan, kau memandangku remeh. Enak saja! Tentu saja, aku ini berguna. Kau tidak tahu saja aku ini gadis seperti apa." ucap Kirana kesal.
"Nanti, kau akan meminta ampun padaku. Apalagi kalau seluruh keluargamu kutangkap dengan tuduhan memerasku. Tidak ada yang berani melawanku. Termasuk keluargamu." sahut tuan Adam jengkel.
"Tapi, tuan ampunilah aku. Aku hanya seorang gadis kecil. Di rumahku, masih ada 2 kakakku. Mungkin, tuan juga akan menyukai mereka setelah bertemu mereka." Kirana menggosok kedua telapak tangannya dan memohon ampun pada tuan Adam. Kirana berharap tuan Adam berubah pikiran. Dan akan mengampuninya. Dan tidak memperpanjang masalah ini. Dia benar-benar seperti tuan yang kejam.
Pria kejam itu hanya diam menatap tajam pada Kirana. Tuan Adam tampak sedang menimbang hal yang perlu dilakukannya pada gadis kecil ini.
"Baiklah, aku akan melepaskanmu. Tapi, dengan satu syarat. Apa kau sanggup memenuhinya?" tanya tuan Adam lagi. Tuan Adam tampak seperti pria lainnya. Tuan Adam berubah pikiran.
Kirana menarik napas lega. Karena tuan Adam tampak berubah pikiran.
"Akhirnya, dia berubah pikiran. Mungkin sekarang dia menganggapku berguna. Atau mungkin dia punya maksud lain." batin Kirana dalam hati.
"Baiklah, aku sanggup. Apa syaratnya tuan?" tanya Kirana lagi tampak tak sabar. Kirana ragu sekaligus juga penasaran dengan syarat yang di ajukan oleh tuan Adam.
Jantung Kirana berdegup kencang. Menantikan syarat apa yang akan di ucapkan oleh tuan Adam.
"Syaratnya, adalah kau harus bekerja padaku. Mulai besok. Malam ini, aku akan izinkan kau pulang untuk berpamitan dan membawa bajumu besok ke rumahku. Dan, wajahmu tidak perlu tegang seperti itu. Aku tidak akan membunuhmu. Jadi, kau tenang saja. Itu syarat yang ringan. Kau tidak akan rugi. Aku akan membayarmu dan kau hanya harus bekerja padaku.
Dan, ingat! Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri atau bersembunyi dariku!Atau kau akan tahu rasa akibatnya!"hardik tuan Adam. Sambil memandang Kirana dengan tatapan tajam. Kirana pun menunduk ketakutan.
"Memangnya, apa akibatnya?" tanya Kirana polos. Sekaligus penasaran. Jantungnya belum tenang. Masih berdetak tak karuan. Kali ini entah apa lagi yang akan dikatakan oleh tuan Adam.
"Akibatnya adalah tidak hanya kau tapi juga seluruh anggota keluargamu akan ku kirim ke penjara. Mereka akan menanggung perbuatan satu orang. Mengerti?" sahut tuan Adam lagi. Ia takjub pada gadis ini. Banyak orang lari ketakutan kala berhadapan dengan dirinya. Tapi, gadis ini tidak. Kirana tetap memberanikan diri menghadapi tuan Adam. Meski, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan. Tuan Adam dengan sorot mata tajam memang menyeramkan. Tapi, tidak bagi Kirana. Tuan Adam sama saja seperti kebanyakan pria lainnya.
"Mengerti, tuan." jawab Kirana pelan. Kirana menarik napas lega. Memang, ternyata tidak main-main berhadapan dengan pria satu ini. Dan tidak bisa di anggap remeh juga.
"Bagus, sekarang kau kuijinkan untuk pulang ke rumahmu. Dan bereskan barang-barang yang perlu kau bawa. Karena kau akan tinggal lama dirumahku. Bawa yang banyak bajumu.Atau apa perlu di antar. Aku akan perintahkan anak buahmu untuk mengawalmu. "perintah tuan Adam pada Kirana.
"Tidak. Tidak perlu, tuan. Saya akan pulang sendiri saja. Tuan, tidak perlu memerintahkan anak buah tuan untuk mengawal saya." tolak Kirana halus. Sebelum tuan Adam memaksa untuk dikawal. Kirana tidak mau seluruh keluarganya lari ketakutan dan mengunci rumahnya kala melihat anak buah tuan Adam mengawalnya.
Kirana juga takut ibunya akan berpikir yang tidak-tidak tentangnya kala pulang berramai-ramai seperti itu. Kirana mungkin akan dikira di culik atau bahkan dijual sebagai pembantu.
"Tunggu dulu! Ini ada surat kontrak yang harus kau beri stempel. Cepat stempel itu!." perintah tuan Adam tak sabar. Suara keras tuan Adam membuat Kirana kembali ke dunia nyata. Kirana terkejut. Hampir saja, Kirana terjatuh ke belakang kalau saja tangan kekar tuan Adam tidak sigap menangkap ya.
"Tapi, tuan aku tidak punya stempel. Aku ini hanya seorang gadis miskin. Jadi, tidak mungkin memiliki stempel." ujar Kirana panjang. Memang, Kirana tidak mempunyai stempel. Hanya sang ayah yang memiliki stempel.
"Dasar cerewet! Kalau kau tidak punya stempel. Ini aku punya peniti. Lukai jarimu dan tempelkan jarimu disini setelah darahnya keluar. Cepat lakukan! Atau perlu kubantu?" perintah tuan Adam jengkel. Tuan Adam tidak tahan lagi dengan Kirana. Entah gadis ini bodoh atau hanya pura-pura saja. Benar-benar menguji kesabarannya. Dan, tuan Adam tidak sabar lagi.
"Tapi, itu sakit tuan." protes Kirana pelan. Berharap, tuan Adam akan berbaik hati dan tidak jadi menempelkan stempel di kertas tersebut.
"Kau ini terlalu banyak omong. Sini biar kubantu biar lebih cepat!" sahut tuan Adam sambil menarik salah satu jari Kirana. Sedikit tak sabar, tuan Adam memegangi jari Kirana. Dan, tangan yang satunya lagi memegangi peniti. Siap menusuk jari Kirana.
"Kau tahan ya, karena ini akan sedikit sakit. Tapi, ini tidak akan membunuhmu, kok. Jadi, lebih baik kau tenang, jangan banyak bergerak. Atau kau akan terluka kalau banyak bergerak." ujar tuan Adam kesal.
"Ah, jangan tuan! Jangan! Sakit! Biar saya saja yang menusuknya." jerit Kirana ketakutan. Kirana memejamkan matanya. Tapi, tuan Adam tak menggubrisnya. Ia tetap melukai jari telunjuk Kirana dengan peniti. dan setelah keluar darah tuan Adam segera menempelkannya di atas kertas perjanjian tersebut. Tuan Adam tidak bisa percaya begitu saja pada Kirana. Sampai tuan Adam pergi pun Kirana tidak akan melukai jarinya dengan peniti.
"Gadis penakut." batin tuan Adam dalam hati.
"Selesai. Ini sebagai bukti bahwa kau sudah berjanji tidak akan melarikan diri dariku." ucap tuan Adam lagi sambil melambaikan selembar kertas putih dengan stempel berwarna merah yang berasal dari jari Kirana.
"Tapi, tuan bisakah saya memiliki juga kertas itu? Sebagai bukti bahwa saya dan tuan sudah melakukan perjanjian." tanya Kirana pelan. Suaranya masih bergetar.
" Tidak! Kau tidak bisa memiliki kertas perjanjian ini juga. Kertas ini, biar aku saja yang memilikinya. Stempel ini sudah cukup sebagai bukti bahwa kau dan aku sudah melakukan kerja sama. Sudah sana pulang! Aku pusing lama-lama mendengar pertanyaanmu. "usir tuan Adam kesal pada Kirana. Tuan Adam pun memijat pelipisnya, pusing.
*****
"Astaga, Kirana! Kamu kemana saja, nak? Kenapa baru pulang sekarang? Ayah dan ibu takut kalau terjadi sesuatu pada kamu." seru ibu dengan nada kuatir.
"Memang, sudah terjadi sesuatu. Tapi, ayah dan ibu tidak perlu tahu hal ini." batin Kirana dalam hati.
"Kirana baru pulang dari pasar, ibu, ayah. Kirana minta maaf pada ayah dan ibu kalau Kirana sudah membuat ayah dan ibu pusing memikirkan Kirana. Memangnya ada apa? Apa ayah dan ibu menungguku pulang? Atau ada yang ingin ayah dan ibu sampaikan padaku?" tanya Kirana heran. Tidak biasanya kedua orang tuanya itu menanyakan dirinya. Ayah dan ibunya biasanya hanya acuh tak acuh terhadap Kirana.
"Kirana, kamu sedang apa di pasar tadi? Berkelahi lagi?" tanya ibu heran. Dengan tatapan penuh selidiki.
"Tidak, bu. Kirana tidak berkelahi, kok. Tapi, Kirana bertemu dengan seorang pria kaya raya di pasar. Dan, Kirana mengadakan perjanjian dengannya." ucap Kirana ragu.
"Apa? Perjanjian? Dengan siapa? Dan, perjanjian macam apa yang kau lakukan dengan pria itu?" berondong ibu tak habis pikir dengan jalan pikiran anaknya ini.
"Kirana! Kamu papa hukum. Mulai hari ini kamu tidak boleh keluar rumah lagi! Mengerti kamu?" bentak ayah Kirana yang langsung emosi. Kala mendengar anak gadis ya itu melakukan perjanjian dengan pria lain.
Perjanjian macam apa yang dilakukan oleh sang putri? Apa Kirana telah di tipu oleh pria tersebut? Gadis lugu itu hanya akan berakhir di ranjang nantinya. Jika Kirana jatuh ke tangan pria berhati jahat yang bahkan nama dan asal usulnya saja tidak jelas. Pria itu tidak akan bertanggung jawab apalagi menikahi sang putri.
"Apa? Tidak boleh keluar rumah lagi? Tapi..., "Kirana memutus ucapanya sesaat. Kirana bingung. Nanti, bagaimana kalau tuan Adam dan anak buahnya datang ke rumahnya dan membuat keonaran. Bisa tambah rumit urusannya.
Kirana hanya bisa berharap agar pria itu tidak datang ke rumahnya. Cukup Kirana saja yang pusing memikirkan masalah ini.
"Tidak ada tapi-tapi, pokoknya kamu tidak boleh keluar rumah lagi! Titik! Setiap kali kamu keluar selalu saja ada masalah yang terjadi. Bikin pusing ayah dan ibu saja, kamu." bentak ayah Kirana kesal. Sepertinya kesabaran ayahnya sudah pada batasnya.
"Tapi, yah. Aku sudah janji pada tuan tersebut. Mulai besok aku harus bekerja di rumahnya." ucap Kirana pelan. Takut kemarahan ayahnya akan meledak lagi. Dan, hukuman Kirana bisa bertambah berat nantinya. Kirana memilih diam saja. Menunggu jawaban keluar dari mulut sang ayah.
"Apa? Maksudmu kau bekerja di rumah tuan yang kaya raya itu? Siapa namanya, pria berhati iblis itu?" tanya ibu tak percaya.
Kirana hanya mengangguk pelan. "Iya, bu. Aku tidak bisa melarikan diri, bu. Ada surat perjanjian yang sudah diberi stempel dengan memakai darah ku." tutur Kirana sambil menunduk takut. Kirana hanya diam membisu.
Mata ayah melotot. Menatap tajam kearahku. Mungkin berita ini baginya seperti disambar petir. Terlalu mengejutkan. Orang tua mana yang tega menjual anak gadisnya pada pria lain. Meskipun pria itu kaya raya.
"Dengar ya, Kirana! Sampai kapan pun ayah tidak rela melihat putri ayah bekerja dan tinggal dengan pria lain." ujar ayah pelan.
"Bagaimana, bu? Apa kita Ijinkan saja Kirana bekerja di rumah tuan Adam? Kita tidak mungkin bisa menyembunyikan Kirana terus menerus di rumah ini. Pria itu terkenal berhati iblis.
Bisa-bisa, rumah kita hancur di obrak-abrik oleh anak buahnya." tanya ibu Kirana pada ayah Kirana.
"Benar, bu. Kita tidak bisa menyembunyikan Kirana terus menerus disini. Meskipun berat untuk melepas Kirana bekerja di rumah tuan Adam. Tapi, kita tidak punya pilihan lagi." ucap ayah panjang.
Tok! Tok!
"Kirana, ini ibu. Buka pintunya, nak. Ibu mau bicara." panggil ibu dari depan pintu kamarnya.
"Ada apa bu?" tanya Kirana tepat setelah pintu terbuka.
"Kirana, ibu dan ayah sudah bicara tentang keinginanmu untuk bekerja dirumah tuan Adam. Kami akan mengizinkan kamu bekerja disana.
Tetapi, pesan ibu. Jaga dirimu, ya." pesan ibu pada Kirana. Kirana pun terharu. Ia memeluk ibu dan membisikkan sebuah kata.
"Terima kasih, bu." bisik Kirana pelan.
"Biarkan Kirana tinggal disini sehari lagi, bu. Nanti, biar Kirana yang urur dengan tuan Adam jika beliau datang ke rumah kita dengan anak buahnya itu. Boleh, kan bu?" tanya Kirana dengan nada memohon.
"Baiklah, tapi hanya untuk satu hari saja ya? Ibu tidak ingin tuan Adam datang bersama anak buahnya dan mengobrak-abrik rumah kita." pungkas ibu. Kirana mengangguk pelan sambil tersenyum manis.
****
"Kirana! Kirana! Cepat keluar kamu!" teriak tuan Adam.
Kirana segera berlari keluar dengan terburu-buru.
"Tuan Adam? Ada apa lagi?" tanya Kirana polos.
"Tentu saja untuk menjemputmu! Memangnya, mau apa lagi aku kesini? Cepat bawa barang-barangmu! Ikut aku. Atau kau mau kuseret seperti dulu?" perintah tuan Adam jengkel.
Kirana segera berlari menghampiri tuan Adam dan menutup mulut tuan Adam dengan telapak tangannya.
"Cuih! Angkat tanganmu dari mulutku sekarang! Cepat!" desis tuan Adam sambil menatap tajam Kirana.
"Eng, maaf, tuan. Tuan sih, kenapa pakai mengungkit cerita masa lalu pertemuan pertama kita. Nanti, kalo ada keluargaku yang dengar bisa bahaya tuan. Aku bisa di gantung di atas pohon beringin itu." ujar Kirana sambil menunduk takut.
"Tapi, nggak usah pakai menutup mulutku dengan tangan kotormu itu! Bau pula!" maki tuan Adam kesal.
"Maaf, tuan. Sekali lagi, aku minta maaf." ucap Kirana tulus.
"Tidak ada maaf-maaf! Kau harus kuberi hukuman. Cepat bereskan barang u sekarang! Ikut aku! Sebelum aku menghancurkan rumah orangtuamu dan seisi isinya." perintah tuan Adam tak sabar.
"Eh, jangan tuan. Baik aku akan membereskan barang-barangku dan segera ikut dengan tuan." sahutnya cepat.
Kirana bergegas berlari ke dalam rumah. Dan membereskan barang-barangnya. Lalu, berlari keluar kembali.
"Sekarang tuan, aku sudah siap. Kita berangkat sekarang." ucap Kirana dengan napas masih tersengar-sengal.
"Ayo, kita berangkat!" sahut tuan Adam tanpa belas kasihan.
"Tuan! Tuan! Apa kita bisa istirahat dulu? Saya tidak kuat lagi." ucap Kirana pelan.
"Apa? Istirahat? Tidak boleh!" sahut tuan Adam kesal.
****
"Kirana, cuci bajuku! Kirana, itu piring-piringnya kenapa belum juga di cuci? Kamu ngapain saja sih? Kerja tidak ada yang selesai!" bentak tuan Adam kesal.
"Baik tuan akan segera saya kerjakan! Maaf, tuan tadi saya kelelahan lalu saya ketiduran. Maaf." ucap Kirana takut.
"Apa? Ketiduran? Kau pikir aku membawamu ke rumahku dan memberikan kamu makan gratis hanya untuk santai-santai? Begitu?" bentak tuan Adam kesal. Kala melihat Kirana sedang duduk santai di atas sofa dan tengah menonton televisi. "Maaf, tuan. Saya tau tuan tidak memberikan saya makan dan tinggal disini hanya untuk tidur. Saya tau saya harus bekerja. Tapi, tubuh saya memang lemas. Jadi, bolehkah saya istirahat dulu. Siapa tau rasa lemasku bisa hilang, setelah istirahat. " pungkas Kirana dengan nada memohon. Meski, Kirana tau mata tuan Adam tengah menatap tajam Kirana. "Ah, alasan saja kamu! Jangan-jangan, kamu cuma berpura-pura lemas, ya. Supaya saya tidak menyuruhmu bekerja, bukan? Supaya kamu bisa santai berbaring di tempat tidur seharian. Dan tidak aku ganggu, iya kan? Atau nanti setelah aku pergi. Kau malah ngobrol di telepon dengan pacarmu atau mungkin
"Aduh! Kalau begini terus bagaimana aku bisa mendapat pacar yang kaya? Dan bisa menjadi orang kaya juga? Keluar dari rumah ini saja sulit rasanya. Tuan Adam hanya menyuruhku kerja, kerja, dan kerja. Kalo aku tau tuan Adam sangat kejam hanya menyuruhku kerja dan kerja. Kalau aku tau akan seperti ini jadinya aku tidak mungkin akan bekerja pada tuan Adam. Aku pasti akan menolak mentah-mentah rencana tuan Adam untuk mempekerjakanku sebagai pembantu di rumahnya. "batin Kirana dalam hati. Tapi, aku penasaran juga dengan tuan Adam. Setiap hari banyak wanita yang menyatakan rasa sukanya pada tuan Adam tapi tuan Adam tidak bergeming sedikitpun. Apa tuan Adam itu tidak menyukai wanita ya? Jangan-jangan, dia gay? Karena tidak sedikit wanita yang datang untuk menyatakan rasa sukanya pada tuan Adam bahkan melamar tuan Adam. Dan, mereka juga dari kalangan orang terpandang. Beda dengan aku yang hanya seorang gadis miskin."batin K
"Aku tidak mau tahu alasanmu! Kau tetap harus dihukum karena telah melanggar perjanjian denganku. Aku sudah mengingatkan padamu kalau kau dilarang keluar apalagi tengah malam seperti ini! Mulai sekarang, ketika kamu mau pergi keluar kamu harus minta ijin dulu padaku. Kalau ada orang jahat, dan kamu dilukai tidak ada orang yang tahu. Aku bisa rugi kalo begini.Selama ini, aku sudah memberi kamu makan gratis bahkan tidur gratis. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa dan kau belum membayar lunas hutangmu padaku. Aku yang rugi! "sembur tuan Adam sambil menunjuk-nunjuk Kirana. Lagi-lagi, hutang, hutang, dan hutang. Tuan Adam selalu menyangkut pautkannya dengan hutang. Kirana jadi kesal dibuatnya " Kenapa sih, tuan selalu menyangkut pautkannya dengan hutang? Aku juga tau kalau hutangku banyak. Tidak perlu tuan ingatkan terus menerus." protes Kirana kesal.
"Apa? Kau sungguh tidak bisa di mengerti tuan Adam. Kenapa ketika Kirana pergi dengan orang lain dia tidak diizinkan? Tapi, ketika pergi denganmu diizinkan? Apa kau tidak percaya padaku tuan? Aku bisa menjaga Kirana dengan baik. Jadi, tolong sekali saja ijinkanlah Kirana besok pergi denganku. Aku ingin mengajaknya pergi ke gunung besar di pulau G. Apakah boleh?"tanya Edward Jengkel. Menurut Edward, tuan Adam itu terlalu overprotektif. Tuan Adam tidak mengijinkan Kirana pergi bersamanya. Melihat Kirana pergi bersama tuan Adam menimbulkan rasa cemburu pada hati Edward. Edward kesal setengah mati melihat pemandangan itu. Memang Kirana tidak bergandengan tangan atau bermesraan dengan tuan Adam. Tetapi, tetap menimbulkan rasa cemburu pada hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bagi Kirana mengetahui kalau Edward menyukainya. Hanya saja, Kirana mengacuhkannya. Kirana tidak mau jatuh cinta pada Edward, pria miskin dari kampungnya itu. Kalau Kirana menikah dengan Edward, mimpinya u
"Tuan, lapor kalau gadis kecil itu telah diculik oleh pria yang tuan temui di pasar malam." lapor Alex pada tuan Adam. "Apa? Jadi, pria itu yang menculik gadis kecil itu. Cari pria itu sampai ketemu dan bawa dia ke hadapanku. Kalo perlu secret dia." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu. "Baik, tuan. Kami akan segera mencarinya." ucap Alex. "Ayo, kita cari pria itu! Secret dia kalo dia membangkang!" perintah Alex pada para bawahannya itu. "Baik, pak. Akan kami cari." ujar mereka kompak. **** "Hei, jadi kamu sembunyi di gudang tua? Kamu takut sama saya. Kalo takut, kenapa kamu berani menculik gadis itu?" tanya tuan Adam kesal. "Kamu sepertinya panik sekali ya?
" Tralala...,lalala...,"nyanyi Kirana di perjalanan menuju rumah tuan Adam. "Nona, kelihatannya sangat senang sekali hari ini. Apa karena bisa liburan? Atau karena pria tampan tadi?" tanya Alex penasaran. "Kamu mau tau saja." ucap Kirana pelan. "Tidak mau tau. Tapi, cuma penasaran saja. Apa yang membuat nona sangat senang?" sahut Alex tenang. "Tentu saja karena keduanya. Pertama, aku sangat senang karena aku bisa liburan meskipun hanya 1 hari. Dan kedua, aku bisa bertemu dengan pria tampan tadi. Dan, aku juga sangat senang karena aku bisa membeli barang yang aku inginkan." tutur Kirana tampak bahagia. "Syukurlah, kalo nona senang. Berarti, saya bisa melaporkan hal yang baik pada tuan. Siapa tau, nanti tuan akan memberi nona liburan lagi?" ujar Alex pelan.
"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam. "Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan. Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati. Tok! Tok! "Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam. "Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan. "Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung. "Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Paket dari siapa itu?" tanya tuan Adam yang kebetulan lewat di depan Alex yang sedang membuka paket. "Ini buket bunga mawar, tuan. Tapi, saya juga tidak tahu siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ini ada selembar kertas tapi hanya tertulis kata-kata pendek yang sepertinya memang ditujukan untuk nona Kirana, tuan." tutur Alex heran. "Buket bunga? Untuk Kirana? Aneh, sebenarnya siapa yang mengirimnya? Hanya ada dua orang yang akan mengirim ini. Kalo bukan pria itu, lalu pasti satu lagi adalah Erik.Iya, mungkin Erik." ujar tuan Adam yakin. "Tidak, mungkin tuan. Pasti pengirimnya bukan tuan Erik. Kalo menurutku mungkin ini dari pria itu. Kemarin saat, dia datang dan tuan mengusirnya pria itu kelihatan tampak sangat putus asa." ucap Alex pada tuan Adam. "Bisa jadi. Buang saja buket b
"Baiklah, aku akan pulang. Asal kau janji akan datang ke rumahku. Kalau tidak aku akan datang lagi ke rumahmu. Dan, aku tidak peduli dengan ayahmu. Aku tetap akan datang ke sini." sahut Tuan Adam jengkel. "Iya, aku janji tuan. Tuan tidak perlu kuatir dengan itu. Terserah tuan saja, mau datang lagi atau tidak." sahut Kirana pelan. "Baiklah, akan kuingat itu. Kau janji ya akan datang ke rumahku. Akan kutunggu. Lebih baik kau cepat datang." ujar Tuan Adam pelan. "Iya, tuan. Aku janji akan datang je rumahmu. Hanya ke rumahmu saja, bukan?" tanya Kirana lagi penasaran. "Bukan hanya ke rumahku. Tapi, aku ingin kau bekerja kembali seperti dulu lagi. Bagaimana?" tanya Tuan Adam lagi. "Apa? Bekerja lagi? Kalau itu akan ku pikirkan lagi, Tuan
"Maksudmu, tuan Kenan? Dia bukan tamu ayah. Tapi, lebih tepatnya dia adalah jodoh dari Ayah untukmu." sahut Violet pelan."Apa kau bilang? Jodoh dari Ayah? Untukku? Tidak. Aku tidak mau menikah dengan tuan muda itu. Aku bisa mencari sendiri kekasihku nanti." tolak Kirana kesal."Apa kau masih mencintai tuan Adam?" tanya Violet penuh selidiki. "Tidak! Kata siapa aku masih mencintai Tuan Adam? Aku hanya bilang kalo aku bisa mencari sendiri kekasihku. Jadi, tidak perlu ayah membantu mencarikan pria lain. Aku bahkan tidak kenal dengan pria itu lantas kenapa aku harus menerima perjodohan ini?" bantah Kirana panjang lebar. "Yah, baiklah itu terserah padamu. Kalo itu menurutmu baik lakukanlah. Aku akan mencoba membujuk ayah agar berhenti menjodohkanmu dengan pria lain." jawab Violet bijak. Mata Kirana melongo lebar. Ia
"Biarkan saja, dia. Mungkin lagi kesal saja, nanti juga dia akan baik lagi. Dia hanya kesal padaku karena aku membela Kenan. Itu saja." ujar ayah pelan."Apa? Dia marah dengan Kenan? Hanya karena ayah membela Kenan? Lagipula, kenapa ayah membela pria lain di depan Kirana?" ucap ibu pelan."Lalu, aku harus membela siapa? Kirana? Gadis itu memang semakin sulit kumengerti. Banyak berubah." ucap ayah bingung."Sudahlah, Ayah mungkin Kirana hanya tertekan saja. Sejak berhenti Kerja dari rumah Tuan Adam Kirana menjadi lebih sensitif." ucap ibu kuatir."Mungkin, saja dia tertekan bu."timpal Violet pelan." Oh, apa kau kakaknya gadis tadi? "tanya Kenan penasaran." Iya, betul tuan. Saya Violet kakaknya Kirana. "sahut Violet sambil tersenyum manis.Ayah tiba - tiba beranjak dari ruang tamu. Meninggalkan ibu, Violet dan Kenan." Violet, tolong temani Kenan mengobrol dulu! Ayah mau k
"Tuan Adam?" sahut keduanya bersamaan. "Iya, saya ibu. Dan, anda pasti kakaknya Kirana bukan?" ucap tuan Adam pelan. "Iya, betul. Kirana, kembalilah bersamanya. Ibu mohon. Itu jalan satu-satunya untukmu. Agar hutangmu bisa cepat lunas." ujar ibu pelan. "Kalian kenapa sih? Dari kemarin kalian seperti memojokkanku terus menerus. Kalian seperti tidak senang kalau aku di sini. Dan, kalian lebih memilih aku bekerja lagi pada Tuan Ada. Apa alasannya?" sembur Kirana kesal. "Tidak, Kirana kami tentu saja senang kau di sini. Kami hanya berharap itu lebih baik untukmu karena dengan bekerja pada Tuan Adam. Separuh hutangmu bisa lunas. Dan, kau tidak perlu susah payah mencari uang untuk hanya untuk membayar hutang pada Tuan Adam. "ujar ibu panjang lebar. " Ah, sudahlah. Nanti aku pertimbangkan lagi. Sekarang lebih baik Tuan pulang saja. Nanti, akan aku kabari. "sahut Kirana kesal. " Benarkah? Aku harap kau
" Ayo, Violet. Keluar dari sini biarkan Kirana sendiri dan memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Dia butuh waktu untuk mempertimbangkan lagi semua ini. "ajak ibu pada Violet." Baik bu. Aku akan keluar dari sini. "sahut Violet lagi. Dan, meninggalkan Kirana sendirian yang tampak sedang memikirkan masalah ini sambil menatap cermin." Apa ini keputusan yang benar ya? Tapi, kenapa semua orang pada marah dengan keputusan yang ku ambil ini. Apa aku salah? Atau mereka mengharapkan lebih dariku?" batin Kirana dalam hati.Kirana memijat pelipisnya pusing. Dan, Kirana pun tertidur lelap.Tok! Tok!" Kirana, Kirana, bangun! Ayo, makan dulu! Nanti kamu sakit. "ujar ibu pelan.Kirana membuka matanya pelan. Mengembalikan kesadarannya perlahan. Dan, perlahan Kirana turun dari tepi tempat tidurnya."Iya, bu. Ada apa?" tanya Kirana bingung."Ada apa? Kamu tidak mau makan?" tanya ibu jengk
"Ini, coba kau lihat selebaran ini. Ada orang di kota yang sedang mencari asisten Rumah Tangga. Coba kau lihat gajinya sangat besar. Bisa untuk kita makan selama 5 bulan. Tapi, disini tidak ada kontak yang bisa di hubungi. Pelamar hanya diharuskan datang ke sebuah rumah. Nanti akan dipanggil untuk wawancara satu demi satu. Kalau majikannya cocok dengan kamu. Dia akan langsung memberi bonus sebesar 5 juta. Besar kan, bukankah kau punya banyak hutang dengan tuan Adam? Kalau kau diterima bekerja di tempat ini. Kau bisa langsung melunasi hutangmu. Bagaimana? Bukankah itu ide bagus? " tutur Angel sambil tersenyum bangga. "Betul juga, baiklah akan kucoba. Terima kasih, Angel. Aku akan datang kesana hari ini juga. Semoga saja aku di terima." ujar Kirana penuh harap. Kirana pun berganti pakaian. Dan, ia bersiap menuju rumah tersebut. Perjalanan
Sontak, mata Kirana melotot kesal. Sekaligus malu. Kirana sama sekali tidak menduga kalo tuan Adam akan berbuat seperti itu. Berlutut di hadapan Kirana. Selama ini, Kirana tahu betul kalo tuan Adam itu adalah pria kejam dan berhati iblis. Sekarang, tiba-tiba tuan Adam merendah di hadapan Kirana. Tuan Adam melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Wajah Kirana pun memerah. Tampak beberapa pasang mata sedang menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan. "Tuan, apa yang tuan sedang lakukan? Bangun tuan, tidak enak dilihat orang. Nanti, aku dipikir mereka melakukan sesuatu pada tuan." mohon Kirana merasa tidak enak hati. Kirana jadi serba salah dibuatnya. "Katakan dulu padaku, jika kau setuju ikut denganku. Dan, kembali bersamaku. Baru aku akan bangun. Kalau kau tidak bersedia, aku akan terus berlutut seper
Tuan Adam memaksa untuk masuk ke rumah gadis kecil. Sebenarnya, tuan Adam ingin mendorong ibu Kirana minggir dan tuan Adam ingin masuk. Melihat langsung apakah benar gadis kecil itu ada di dalam atau tidak. Tapi, tuan Adam takut kalau dirinya nanti di tuduh melakukan kekerasan pada wanita. Padahal, wanita itu jelas bukan siapa-siapa tuan Adam. Biar Bagaimana pun, tuan Adam tetap tidak pernah menyiksa kaum Hawa. Meskipun, ia dikenal sebagai pria berhati iblis. Namun, tetap berhati malaikat. Tuan Adam suka kasihan sendiri jika melihat wanita yang teraniaya."Kenapa anda sepertinya takut, bu? Kalau saya masuk ke rumah anda. Apa Anda menyembunyikan sesuatu di dalam rumah? Orang atau barang mungkin yang mencurigakan? Atau sebenarnya gadis kecil itu memang ada di dalam rumah anda. Tapi, anda sengaja tidak ingin dia kembali ke rumah saya. Karena mungkin anda kecewa mungkin takut anak anda terluka lagi. Jadi, anda ingin melindunginya mungkin. " tuduh
"Astaga, jadi itu penyebabnya kau kelihatan tersengal-sengal. Karena kau dikejar oleh tuan Adam. Kasihan sekali kau. Tapi, tuan Adam tidak tahu kan, kalau kau tinggal di sini?" tanya Alex sedikit kuatir. "Tidak, tuan. Aku sudah pastikan dia tidak mengikutiku kesini." ujar Kirana pelan. Kirana tidak yakin pada dirinya sendiri. Tidak yakin apakah tuan Adam benar tidak mengikutinya atau tidak? Tapi, setau Kirana tidak mengikutinya. "Uh, hampir saja jadi masalah. Kalo tuan Adam mengikutiku sampai kemari. Aku bisa kena marah oleh tuan Alex. Dan, pastinya aku akan merasa tidak enak karena susah menumpang di sini. Malah akan membawa mereka ke dalam masalah baru. Tuan Adam, tuan Adam memang pria yang satu itu sangat menyusahkan sekali. Jangan sampai aku berurusan dengan pria yang satu itu sekali lagi. "batin Kirana dalam hati.