"Tuan, lapor kalau gadis kecil itu telah diculik oleh pria yang tuan temui di pasar malam." lapor Alex pada tuan Adam.
"Apa? Jadi, pria itu yang menculik gadis kecil itu. Cari pria itu sampai ketemu dan bawa dia ke hadapanku. Kalo perlu secret dia." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu.
"Baik, tuan. Kami akan segera mencarinya." ucap Alex.
"Ayo, kita cari pria itu! Secret dia kalo dia membangkang!" perintah Alex pada para bawahannya itu.
"Baik, pak. Akan kami cari." ujar mereka kompak.
****
"Hei, jadi kamu sembunyi di gudang tua? Kamu takut sama saya. Kalo takut, kenapa kamu berani menculik gadis itu?" tanya tuan Adam kesal.
"Kamu sepertinya panik sekali ya? Kehilangan seorang gadis kecil seperti kehilangan hartamu saja, tuan." sindir Edward.
"Tutup mulutmu! Jawab saja pertanyaanku. Sekarang dimana kau sembunyikan gadis itu? Cepat katakan!" bentak tuan Adam tak sabar.
"Kau pikir aku akan mengatakannya padamu semudah itu, tuan? Tentu, tidak. Aku sudah menculiknya dengan susah payah. Sekarang, masa aku harus menyerahkannya kembali padamu. Jangan mimpi, tuan!" ejek Edward pelan.
"Dasar kurang ajar! Cepat, kau katakan atau tidak!" bentak tuan Adam sambil masih terus memaksa agar Edward membuka mulutnya dengan mengatakan tempat dimana Kirana disembunyikan.
Tapi, Edward tetap bersikeras tidak mau mengatakannya. Jadi, tuan Adam terpaksa memakai cara lain.
****
"Ampun, tuan! Tolong, jangan pukul saya lagi! Baiklah, saya akan mengatakan dimana saya menyembunyikan Kirana." ucap Edward setelah babak belur.
"Dimana? Cepat katakan! Jangan coba-coba membohongi ku atau kau akan menyesal nantinya!" hardik tuan Adam kesal.
"Kirana, aku sembunyikan di sebuah ruang di gudang tua itu. Aku tidak bohong. Itu benar." ujar Edward sambil berusaha meyakinkan tuan Adam dan anak buahnya.
"Cepat cari gadis itu di sana! Dan, segera laporkan padaku hasilnya." perintah tuan Adam lagi.
"Baik, bos. Akan kami periksa ke sana." ujar Alex segera pergi menuju gudang tua tempat di temukannya Edward di sana.
****
"Tolong aku! Siapapun, tolong keluarkan aku dari sini!" pinta Kirana lirih.
Tempat itu gelap. Tak ada orang. Hening. Kirana takut. Tubuhnya bergetar hebat.
****
"Cepat, cari di sekitar sini! Kalo menemukan gadis itu segera lapor padaku."perintah Alex.
"Baik, tuan." sahut anak buahnya itu.
Lalu, mereka pun berpencar mencari disekeliling gudang itu. Dan di sebuah ruangan di gudang itu.
Kriet!
"Bos, gadis itu ada di sini!" seru salah satu anak buahnya itu.
"Cepat bawa dia masuk ke dalam mobil! Kita harus segera melapor kepada tuan Adam." perintah Alex lagi.
"Halo."
"Halo, bos."
"Bagaimana? Apa gadis itu sudah kalian temukan?" tanya tuan Adam pelan.
"Sudah bos. Akan segera kami bawa ke hadapan bos." ujar Alex lagi.
"Baguslah, cepat bawa dia pulang." ujar tuan Adam pelan.
****
"Hei, gadis kecil sadarlah! Ayo, buka matamu! Kamu kenapa gadis kecil?" tanya tuan Adam tampak kuatir melihat Kirana tidak kunjung membuka matanya.
Wajahnya tampak kotor. Tubuhnya lemas dan bibirnya pucat. Entah kenapa.
"Alex, cepat kau panggilkan dokter ke sini! Dokter yang kompeten. Bukan seperti dokter yang tempo hari kau bawa ke sini." perintah tuan Adam lagi.
"Tapi, tuan. Di sini hanya ada satu dokter. Dan, dokter itu adalah dokter yang tuan sebut tidak kompeten itu. Jadi saya harus mencari dokter dimana lagi?" tanya Alex bingung.
"Cerewet kamu! Sudah panggil saja, dokter itu ke sini! Cepat sana." perintah tuan Adam kesal.
Makin lama tuan Adam makin kesal dengan Alex. Bawahannya itu tidak pernah sekali langsung melakukan perintahnya. Selalu pakai protes dulu. Lama-lama, Alex sama persis seperti gadis kecil itu.
"Lama-lama, dia makin mirip sama gadis kecil itu." batin tuan Adam dalam hati.
"Hei, gadis kecil! Sadarlah. Kau jangan seperti ini. Ingat hutangmu!" bisik tuan Adam pelan tepat di telinga Kirana.
Gadis kecil itu menggeliat pelan. Sambil merintih kesakitan.
"S..., sakittt!" rintih Kirana sambil merasakan seluruh tubuhnya yang terasa sakit.
"Apa? Kau kenapa gadis kecil? Bagian mana yang sakit?" tanya tuan Adam merasa kasihan.
Gadis kecil itu hanya menggeleng pelan.
"Kau sebaiknya tenang dulu, ya. Sebentar lagi, ada dokter yang datang untuk memeriksamu." ujar tuan Adam bingung.
Tok! Tok!
"Tuan, ini saya Alex. Saya sudah membawa dokter yang tuan inginkan. Apakah boleh saya masuk?" tanya Alex sopan.
"Cepat masuk!" perintah tuan Adam.
"Selamat sore, tuan. Kita bertemu lagi." ucap dokter itu.
"Tidak perlu basa-basi. Cepat periksa saja gadis itu!" sahut tuan Adam ketus.
"Baik, tuan. Akan segera saya periksa gadis ini." sahut Dokter itu segera memeriksa gadis kecil itu.
"Sakit apa dia?" tanya tuan Adam tampak tak sabar.
"Gadis ini hanya mengalami shock saja. Dia baru pertama kali mengalami ini. Dan, sepertinya dia mengalami trauma atas kejadian tadi. Ada baiknya, tuan membawanya ke RS yang lebih besar. Agar traumanya bisa ditangani lebih baik lagi." saran dokter tersebut.
"Sudah, sudah, aku mengerti. Tidak perlu kau mengoceh panjang lebar tentang masalah trauma di depan ku panjang lebar. Aku jadi muak mendengarnya. Antar dia keluar, Alex!" perintah tuan Adam dingin.
"Dasar dokter yang tidak kompeten!" gumam tuan Adam pelan.
"Gadis kecil, bangun lah! Sadarlah! Apa aku harus membawamu ke RS besar sesuai apa kata dokter itu?" tanya tuan Adam pelan.
Tangan Kirana tiba-tiba meraih tangan tuan Adam.
"Tunggu, tuan! Jangan bawa aku ke RS besar. Aku tidak mau ke sana. Aku benci RS. Aku tidak apa-apa. Aku hanya ketakutan karena baru pertama kali mengalaminya. Aku tidak yakin apakah aku akan sanggup melewati semua ini, tuan?" tanya Kirana lirih.
"Kau harus sanggup, gadis kecil. Ingat hutangmu!" ujar tuan Adam merusak suasana saja.
"Ah, tuan ini merusak suasana saja. Kenapa harus mengingatkan hutang ku di saat aku sedang tidak sanggup melewati ketakutan ini?" sahut Kirana kesal sambil memasang wajah cemberut.
"Memang sengaja. Supaya kau sanggup kala mengingat hutangmu yang banyak itu yang belum kau bayar." sahut tuan Adam asal yang tentu saja menuai protes dari Kirana.
"Dasar tuan ini, benar-benar tidak berprikemanusiaan. Masa pembantunya sedang sakit malah disinggung masalah hutang. Nanti, akan saya bayar hutang-hutang saya semuanya supaya tuan tidak lagi menyinggung masalah hutang saya." ujar Kirana kesal.
"Nah, itu lebih bagus gadis kecil. Aku juga lelah mengingatkan kau terus menerus masalah hutangmu." ujar tuan Adam pelan.
"Bagaimana saya bisa membayar semua hutang saya, tuan. Kalo setiap saat tuan memotong gaji saya. Gaji saya habis dipotong oleh tuan bukan untuk bayar hutang." protes Kirana jengkel.
"Dasar cerewet kamu! Makanya kerjakan saja tugasmu dengan baik dan gajimu tidak akan ku potong." sahut tuan Adam jengkel.
"Baiklah, tuan lain kali saya akan langsung mengerjakan pekerjaan saya dengan baik supaya tuan tidak memarahi saya dan tidak memotong gaji saya lagi." ucap Kirana pelan.
"Sebaiknya, sekarang kau istirahat supaya tubuhmu cepat pulih. Dan, kau bisa bekerja lagi. Sekarang tidurlah." ujar tuan Adam pelan. "Dan, aku pamit keluar ya, masih banyak pekerjaan yang harus kulakukan." pamit tuan Adam sambil bangkit dari kursi di sisi tempat tidur Kirana.
"Tunggu, tuan! Bisakah tuan tinggal di sini sampai aku tertidur. Nanti setelah aku tertidur tuan baru boleh pergi meninggalkanku dan kembali bekerja." pinta Kirana sambil memohon penuh harap.
"Ah, kau ini menyusahkan sekali. Baiklah, akan kutemani sampai kau tertidur. Baru setelah itu aku akan pergi bekerja." sahut tuan Adam kesal.
****
Tok! Tok!
"Tuan, ini aku Kirana. Apa boleh aku masuk?" tanya Kirana dari luar kamar tuan Adam.
"Masuklah." sahut tuan Adam dari dalam.
"Terima kasih, tuan." sahut Kirana pelan.
"Ada apa kau datang menemuiku? Apa ada hal penting yang ingin kau katakan padaku?" tanya tuan Adam lagi.
"Begini tuan, aku merasa tidak sanggup lagi bekerja pada tuan dan aku juga tidak sanggup membayar hutang-hutang ku pada tuan." ujar Kirana pelan.
"Sebaiknya, kau jangan bertele-tele. Katakan saja langsung intinya. Aku tidak punya waktu untuk mendengar ceritamu yang panjang itu. Apalagi keluhanmu." ucap tuan Adam kesal.
"Baiklah, tuan. Saya tidak akan bertele-tele. Dan, saya akan langsung ke intinya. Saya ingin berhenti Kerja, tuan. Apakah boleh?" tanya Kirana takut.
"Apa? Berhenti Kerja? Tidak boleh. Kalau kau berhenti kerja bagaimana kau membayar hutangmu padaku?" tanya tuan Adam kesal.
"Itu bisa kupikir kan nanti, tuan."sahut Kirana pelan.
"Kalau kau ingin berhenti tidak akan ku ijinkan. Tapi, aku akan memberimu liburan selama satu hari. Selama satu hari itu kau boleh keluar rumah kemanapun yang kau inginkan. Mencari udara segar supaya otakmu yang tidak waras itu menjadi waras." sindir tuan Adam.
"Tidak waras? Otakku? Bukannya tuan yang perlu liburan agar tidak marah-marah terus." balas Kirana jengkel .
"Kamu ini memang selalu bikin aku kesal, ya. Sudah sana keluar dari ruanganku! Mumpung aku masih baik padamu." usir tuan Adam pada Kirana.
Kirana tampak sangat senang. Kirana bahkan tak sabar esok tiba Kirana sudah memikirkan banyak hal menyenangkan yang akan di lakukannya esok.
****
"Wah, bagus banget benda itu. itu. Tapi, sayang aku tidak punya uang untuk membeli itu," gumam Kirana pelan.
Kirana pun terus berjalan menyusuri pasar itu. Kirana hanya bisa melihat tanpa bisa membeli satu barangpun karena Kirana tak memiliki uang sepeserpun.
"Percuma saja, aku liburan. Aku tidak bisa membeli apapun karena tidak mempunyai uang sepeserpun,"gumam Kirana pelan.
"Nona, apa nona mau benda ini?" tanya Alex sambil memberikan suvernir yang diinginkan oleh Kirana.
"Kamu? Kenapa kamu bisa tau aku ada di sini?" tanya Kirana heran.
"Tuan Adam yang mengutus saya untuk mengawal nona. Kata tuan Adam, nona harus pergi membeli satu gaun yang bagus. Karena kata tuan gaun nona sudah tidak ada yang bagus. Kata tuan, hari ini nona boleh membeli apapun yang nona inginkan." ujar Alex pelan.
"Tapi, dengan begitu apa hutang ku tidak akan bertambah banyak?" tanya Kirana ragu.
"Tidak, nona. Sebaiknya, nona tenang saja. Untuk hari ini tidak akan ditambahkan sebagai hutang kata tuan. Ini hadiah liburan untuk nona." ujar Alex lagi.
"Hadiah? Liburan? Tidakkah, kau merasa ada yang aneh dengan tuan Adam?" tanya Kirana ragu.
"Iya, betul nona. Memang, tuan aneh belakangan ini. Saya juga tidak mengerti apa yang membuat tuan berubah?" ujar Alex bingung.
Ternyata bukan hanya aku yang merasa tuan Adam berubah. Bahkan, Alex tangan kanan tuan Adam pun merasakan perubahan itu.
Kirana baru saja keluar dari toko baju dan membeli satu gaun yang sudah lama Kirana sukai.
"Eh, Kirana kau baru kelihatan. Kudengar kau sekarang bekerja di rumah tuan yang kaya raya?" tanya Alice penasaran.
"Wah, Kirana belanjaanmu banyak banget? Siapa nama majikanmu Kirana? Kamu sekarang punya banyak uang,ya?" tanya salah satu teman Alice.
"Nona, siapa mereka? Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Nanti, tuan akan marah besar kalau kita pulang terlambat. Lagi pula, hari sudah mulai gelap." ajak Alex yang di jawab oleh sebuah anggukan oleh Kirana.
"Akan ku jawab pertanyaan kalian lain kali. Aku harus segera pulang. Aku pamit dulu." pamit Kirana sambil berlalu pergi meninggalkan Alice dan temannya. Di ikuti oleh Alex dibelakang Kirana.
"Wah, sekarang Kirana sepertinya jadi sombong. Dia tidak mau lagi kenal dengan kita. Tidak seperti dulu. Dia sering kumpul bersama kita. Sekarang, baru bertemu di tengah jalan saja dia sudah tidak mau berlama-lama mengobrol dengan kita. Apalagi menjawab pertanyaan kita. "keluh Alice jengkel.
"Iya, yang membuatku penasaran. Sebenarnya, siapa majikannya? Seberapa kaya sih majikannya? Sampai Kirana bisa belanja sebanyak itu. Sepertinya, Kirana lebih dari seorang pembantu. Melihat uangnya yang banyak untuk belanja. Pasti majikannya orang yang kaya raya. "ucap salah seorang teman Alice.
*****
Brukk!
"Eng, maaf nona. Aku tidak melihatmu. Sekali lagi, maaf. Aku sedang terburu-buru." ujar pemuda tampan itu.
"Tidak apa, kali ini kumaafkan. Tapi, lain kali berhati-hatilah kalau kau jalan." pesan Kirana pada pria itu.
"Tunggu, nona! Kau menjatuhkan ini." Seru pria itu sambil mengangkat tinggi suvernir yang tadi di belikan oleh Alex.
"Hei, itu milikku!" seru Kirana kesal.
"Biar saya yang ambil, nona." sahut Alex. Dan, Kirana hanya berdiri menunggu Alex mengambil benda itu dari tangan pria itu.
"Berikan pada saya tuan, benda itu." pinta Alex sopan.
"Ini ambillah. Aku berbaik hati hanya karena aku sedang terburu-buru. Kalau tidak, aku pasti akan membuat perhitungan pada nona itu." ujar pria tampan itu
Alex hanya mendengus kesal Sepeninggal pria itu. Dan, Alex pun berbalik menemui nona Kirana sambil mengembalikan barang tersebut ke nona Kirana.
"Ini, nona. Milik nona. Sebaiknya, nona menjaganya dengan baik agar tidak jatuh lagi." pesan Alex jengkel.
"Baiklah, aku akan menjaga nya dengan baik. Agar tidak jatuh dan hilang lagi. Ayo, kita pulang Alex. Hari sudah mulai sore. Nanti, tuan Adam akan memarahi kita." Seru Kirana sambil berjalan dengan cepat.
"Nona, jalannya pelan-pelan saja. Nanti, nona jatuh." seru Alex sambil terpaksa juga berjalan cepat mengimbangi Kirana agar tak terlalu jauh jaraknya.
" Tralala...,lalala...,"nyanyi Kirana di perjalanan menuju rumah tuan Adam. "Nona, kelihatannya sangat senang sekali hari ini. Apa karena bisa liburan? Atau karena pria tampan tadi?" tanya Alex penasaran. "Kamu mau tau saja." ucap Kirana pelan. "Tidak mau tau. Tapi, cuma penasaran saja. Apa yang membuat nona sangat senang?" sahut Alex tenang. "Tentu saja karena keduanya. Pertama, aku sangat senang karena aku bisa liburan meskipun hanya 1 hari. Dan kedua, aku bisa bertemu dengan pria tampan tadi. Dan, aku juga sangat senang karena aku bisa membeli barang yang aku inginkan." tutur Kirana tampak bahagia. "Syukurlah, kalo nona senang. Berarti, saya bisa melaporkan hal yang baik pada tuan. Siapa tau, nanti tuan akan memberi nona liburan lagi?" ujar Alex pelan.
"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam. "Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan. Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati. Tok! Tok! "Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam. "Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan. "Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung. "Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Paket dari siapa itu?" tanya tuan Adam yang kebetulan lewat di depan Alex yang sedang membuka paket. "Ini buket bunga mawar, tuan. Tapi, saya juga tidak tahu siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ini ada selembar kertas tapi hanya tertulis kata-kata pendek yang sepertinya memang ditujukan untuk nona Kirana, tuan." tutur Alex heran. "Buket bunga? Untuk Kirana? Aneh, sebenarnya siapa yang mengirimnya? Hanya ada dua orang yang akan mengirim ini. Kalo bukan pria itu, lalu pasti satu lagi adalah Erik.Iya, mungkin Erik." ujar tuan Adam yakin. "Tidak, mungkin tuan. Pasti pengirimnya bukan tuan Erik. Kalo menurutku mungkin ini dari pria itu. Kemarin saat, dia datang dan tuan mengusirnya pria itu kelihatan tampak sangat putus asa." ucap Alex pada tuan Adam. "Bisa jadi. Buang saja buket b
"Siapa gadis kecil tamunya?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. "Bukan siapa-siapa tuan. Sepertinya, hanya orang iseng tuan." sahut Kirana dengan suara keras. "Oh ya, sudah. Sebaiknya kau masuk saja. Kalo cuma orang iseng. Jangan berlama-lama diam di luar." ucap tuan Adam lagi. "Baik, tuan. Ini aku juga mau masuk." sahut Kirana tak kalah keras. "Pulanglah. Dan, jangan datang lagi. Karena, aku tak mau bertemu lagi denganmu." usir Kirana kesal. "Sekali lagi, aku minta maaf, Kirana. Maaf, karena aku telah menyakitimu dan membuatmu terluka berkali-kali." ucap Edward penuh penyesalan. "Sudahlah, lupakan saja! Akan lebih baik bagi kita jika kita tidak bertemu lagi." ujar Kirana lagi. "Kau
"Sudah setengah tahun, aku bekerja di rumah tuan Adam. Tapi, hubunganku dengan tuan Adam belum juga mendapat kemajuan. Yang ada karena tuan Edo hubunganku jadi semakin jauh dengan tuan Edo." batin Kirana dalam hati. "Apa tuan Edo cinta atau tidak padaku ya?" gumam Kirana pelan. Kirana merasa pusing dibuatnya. Kisah cintanya yang tidak jelas entah akan dibawa kemana. Kirana merasa tak sanggup lagi tinggal di sini. Kirana ingin berhenti Kerja saja dari rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Ya, masuklah!" sahut tuan Adam dari dalam ruang kerjanya. "Kenapa kau berdiri saja di situ gadis kecil? Bukankah kau datang ke ruang kerjaku untuk menemuiku? Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya tuan Adam pelan. "Eng,.., aku rasa aku mau berhenti Kerja dari sini tuan "
"Ayo, kamu harus ikut aku ke RS gadis kecil! Kalau kamu sakit bisa repot aku. Tidak ada yang membantuku mengurus rumahku yang besar itu." ajak tuan Adam lagi. "Sudah kubilang tidak perlu tuan. Aku tidak perlu ke RS. Aku hanya perlu tidur dan mungkin juga harus menjauh dari tuan untuk sementara." sahut Kirana malas. "Menjauh dariku? Kenapa? Memangnya aku yang menularkan penyakit padamu?" tanya tuan Adam semakin bingung. "Bukan! Bukan tuan yang menyebabkan aku sakit. Tapi, perasaanku yang terlalu besar pada tuan. Aku sungguh tidak tahan lagi dengan perasaan ini. Aku merana tuan. Karena rasa cinta ini." ucap Kirana panjang. Kirana memberanikan dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya pada tuan Adam. Kirana sungguh tidak tahan lagi pada perasaannya. "Jadi, kau sakit karena kau memendam rasa c
"Maksudmu, majikanku kenapa?" tanya Kirana bingung. "Maksudku...," Alice memutus ucapannya sesaat karena terdengar suara ketukan lagi di pintu depan rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Gadis kecil! Itu ada siapa lagi. Cepat kau buka pintunya!" teriak tuan Adam dari dalam ruangan. "Baik, tuan. Akan aku bukakan pintunya. Tunggu, sebentar ya, Alice. Aku buka pintu dulu. Aduh, siapa lagi sih yang datang?" keluh Kirana jengkel. Klik! "Esti? Dan kau Rima bukan? Kenapa kalian semua malah datang ke sini? Aku jadi tak mengerti. Sebenarnya, siapa yang mengundang kalian semua?" tanya Kirana heran. "Sudah kubilang majikanmu." ujar Alice tenang. "Oh, ternyata kalian semua sudah datang
"Aduh, gimana ini? Kalo hitam begini aku kan, jadi malu kalo bertemu orang." jerit Kirana panik. "Kirana, tenang lah! Cara terbaik untuk menghilangkan hitam itu adalah tidur." saran tuan Adam. "Aduh, tuan bagaimana sih? Aku sedang panik karena warna hitam ini. Tuan malah menyuruh ku tidur." ujar Kirana jengkel. "Benar, Kirana percayalah padaku. Untuk menghilangkan warna hitam tidur adalah yang terbaik. Lebih baik, kau tidur sana!" perintah tuan Adam pada Kirana. "Baiklah, tuan aku akan tidur saja." sahut Kirana sambil berbalik masuk ke dalam kamarnya. Kirana menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. "Ayah, aku harus bagaimana ya? Apa tuan Adam tidak akan berubah? Kirana takut kalau tuan Adam beruba
"Baiklah, aku akan pulang. Asal kau janji akan datang ke rumahku. Kalau tidak aku akan datang lagi ke rumahmu. Dan, aku tidak peduli dengan ayahmu. Aku tetap akan datang ke sini." sahut Tuan Adam jengkel. "Iya, aku janji tuan. Tuan tidak perlu kuatir dengan itu. Terserah tuan saja, mau datang lagi atau tidak." sahut Kirana pelan. "Baiklah, akan kuingat itu. Kau janji ya akan datang ke rumahku. Akan kutunggu. Lebih baik kau cepat datang." ujar Tuan Adam pelan. "Iya, tuan. Aku janji akan datang je rumahmu. Hanya ke rumahmu saja, bukan?" tanya Kirana lagi penasaran. "Bukan hanya ke rumahku. Tapi, aku ingin kau bekerja kembali seperti dulu lagi. Bagaimana?" tanya Tuan Adam lagi. "Apa? Bekerja lagi? Kalau itu akan ku pikirkan lagi, Tuan
"Maksudmu, tuan Kenan? Dia bukan tamu ayah. Tapi, lebih tepatnya dia adalah jodoh dari Ayah untukmu." sahut Violet pelan."Apa kau bilang? Jodoh dari Ayah? Untukku? Tidak. Aku tidak mau menikah dengan tuan muda itu. Aku bisa mencari sendiri kekasihku nanti." tolak Kirana kesal."Apa kau masih mencintai tuan Adam?" tanya Violet penuh selidiki. "Tidak! Kata siapa aku masih mencintai Tuan Adam? Aku hanya bilang kalo aku bisa mencari sendiri kekasihku. Jadi, tidak perlu ayah membantu mencarikan pria lain. Aku bahkan tidak kenal dengan pria itu lantas kenapa aku harus menerima perjodohan ini?" bantah Kirana panjang lebar. "Yah, baiklah itu terserah padamu. Kalo itu menurutmu baik lakukanlah. Aku akan mencoba membujuk ayah agar berhenti menjodohkanmu dengan pria lain." jawab Violet bijak. Mata Kirana melongo lebar. Ia
"Biarkan saja, dia. Mungkin lagi kesal saja, nanti juga dia akan baik lagi. Dia hanya kesal padaku karena aku membela Kenan. Itu saja." ujar ayah pelan."Apa? Dia marah dengan Kenan? Hanya karena ayah membela Kenan? Lagipula, kenapa ayah membela pria lain di depan Kirana?" ucap ibu pelan."Lalu, aku harus membela siapa? Kirana? Gadis itu memang semakin sulit kumengerti. Banyak berubah." ucap ayah bingung."Sudahlah, Ayah mungkin Kirana hanya tertekan saja. Sejak berhenti Kerja dari rumah Tuan Adam Kirana menjadi lebih sensitif." ucap ibu kuatir."Mungkin, saja dia tertekan bu."timpal Violet pelan." Oh, apa kau kakaknya gadis tadi? "tanya Kenan penasaran." Iya, betul tuan. Saya Violet kakaknya Kirana. "sahut Violet sambil tersenyum manis.Ayah tiba - tiba beranjak dari ruang tamu. Meninggalkan ibu, Violet dan Kenan." Violet, tolong temani Kenan mengobrol dulu! Ayah mau k
"Tuan Adam?" sahut keduanya bersamaan. "Iya, saya ibu. Dan, anda pasti kakaknya Kirana bukan?" ucap tuan Adam pelan. "Iya, betul. Kirana, kembalilah bersamanya. Ibu mohon. Itu jalan satu-satunya untukmu. Agar hutangmu bisa cepat lunas." ujar ibu pelan. "Kalian kenapa sih? Dari kemarin kalian seperti memojokkanku terus menerus. Kalian seperti tidak senang kalau aku di sini. Dan, kalian lebih memilih aku bekerja lagi pada Tuan Ada. Apa alasannya?" sembur Kirana kesal. "Tidak, Kirana kami tentu saja senang kau di sini. Kami hanya berharap itu lebih baik untukmu karena dengan bekerja pada Tuan Adam. Separuh hutangmu bisa lunas. Dan, kau tidak perlu susah payah mencari uang untuk hanya untuk membayar hutang pada Tuan Adam. "ujar ibu panjang lebar. " Ah, sudahlah. Nanti aku pertimbangkan lagi. Sekarang lebih baik Tuan pulang saja. Nanti, akan aku kabari. "sahut Kirana kesal. " Benarkah? Aku harap kau
" Ayo, Violet. Keluar dari sini biarkan Kirana sendiri dan memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Dia butuh waktu untuk mempertimbangkan lagi semua ini. "ajak ibu pada Violet." Baik bu. Aku akan keluar dari sini. "sahut Violet lagi. Dan, meninggalkan Kirana sendirian yang tampak sedang memikirkan masalah ini sambil menatap cermin." Apa ini keputusan yang benar ya? Tapi, kenapa semua orang pada marah dengan keputusan yang ku ambil ini. Apa aku salah? Atau mereka mengharapkan lebih dariku?" batin Kirana dalam hati.Kirana memijat pelipisnya pusing. Dan, Kirana pun tertidur lelap.Tok! Tok!" Kirana, Kirana, bangun! Ayo, makan dulu! Nanti kamu sakit. "ujar ibu pelan.Kirana membuka matanya pelan. Mengembalikan kesadarannya perlahan. Dan, perlahan Kirana turun dari tepi tempat tidurnya."Iya, bu. Ada apa?" tanya Kirana bingung."Ada apa? Kamu tidak mau makan?" tanya ibu jengk
"Ini, coba kau lihat selebaran ini. Ada orang di kota yang sedang mencari asisten Rumah Tangga. Coba kau lihat gajinya sangat besar. Bisa untuk kita makan selama 5 bulan. Tapi, disini tidak ada kontak yang bisa di hubungi. Pelamar hanya diharuskan datang ke sebuah rumah. Nanti akan dipanggil untuk wawancara satu demi satu. Kalau majikannya cocok dengan kamu. Dia akan langsung memberi bonus sebesar 5 juta. Besar kan, bukankah kau punya banyak hutang dengan tuan Adam? Kalau kau diterima bekerja di tempat ini. Kau bisa langsung melunasi hutangmu. Bagaimana? Bukankah itu ide bagus? " tutur Angel sambil tersenyum bangga. "Betul juga, baiklah akan kucoba. Terima kasih, Angel. Aku akan datang kesana hari ini juga. Semoga saja aku di terima." ujar Kirana penuh harap. Kirana pun berganti pakaian. Dan, ia bersiap menuju rumah tersebut. Perjalanan
Sontak, mata Kirana melotot kesal. Sekaligus malu. Kirana sama sekali tidak menduga kalo tuan Adam akan berbuat seperti itu. Berlutut di hadapan Kirana. Selama ini, Kirana tahu betul kalo tuan Adam itu adalah pria kejam dan berhati iblis. Sekarang, tiba-tiba tuan Adam merendah di hadapan Kirana. Tuan Adam melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Wajah Kirana pun memerah. Tampak beberapa pasang mata sedang menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan. "Tuan, apa yang tuan sedang lakukan? Bangun tuan, tidak enak dilihat orang. Nanti, aku dipikir mereka melakukan sesuatu pada tuan." mohon Kirana merasa tidak enak hati. Kirana jadi serba salah dibuatnya. "Katakan dulu padaku, jika kau setuju ikut denganku. Dan, kembali bersamaku. Baru aku akan bangun. Kalau kau tidak bersedia, aku akan terus berlutut seper
Tuan Adam memaksa untuk masuk ke rumah gadis kecil. Sebenarnya, tuan Adam ingin mendorong ibu Kirana minggir dan tuan Adam ingin masuk. Melihat langsung apakah benar gadis kecil itu ada di dalam atau tidak. Tapi, tuan Adam takut kalau dirinya nanti di tuduh melakukan kekerasan pada wanita. Padahal, wanita itu jelas bukan siapa-siapa tuan Adam. Biar Bagaimana pun, tuan Adam tetap tidak pernah menyiksa kaum Hawa. Meskipun, ia dikenal sebagai pria berhati iblis. Namun, tetap berhati malaikat. Tuan Adam suka kasihan sendiri jika melihat wanita yang teraniaya."Kenapa anda sepertinya takut, bu? Kalau saya masuk ke rumah anda. Apa Anda menyembunyikan sesuatu di dalam rumah? Orang atau barang mungkin yang mencurigakan? Atau sebenarnya gadis kecil itu memang ada di dalam rumah anda. Tapi, anda sengaja tidak ingin dia kembali ke rumah saya. Karena mungkin anda kecewa mungkin takut anak anda terluka lagi. Jadi, anda ingin melindunginya mungkin. " tuduh
"Astaga, jadi itu penyebabnya kau kelihatan tersengal-sengal. Karena kau dikejar oleh tuan Adam. Kasihan sekali kau. Tapi, tuan Adam tidak tahu kan, kalau kau tinggal di sini?" tanya Alex sedikit kuatir. "Tidak, tuan. Aku sudah pastikan dia tidak mengikutiku kesini." ujar Kirana pelan. Kirana tidak yakin pada dirinya sendiri. Tidak yakin apakah tuan Adam benar tidak mengikutinya atau tidak? Tapi, setau Kirana tidak mengikutinya. "Uh, hampir saja jadi masalah. Kalo tuan Adam mengikutiku sampai kemari. Aku bisa kena marah oleh tuan Alex. Dan, pastinya aku akan merasa tidak enak karena susah menumpang di sini. Malah akan membawa mereka ke dalam masalah baru. Tuan Adam, tuan Adam memang pria yang satu itu sangat menyusahkan sekali. Jangan sampai aku berurusan dengan pria yang satu itu sekali lagi. "batin Kirana dalam hati.