" Tralala...,lalala...,"nyanyi Kirana di perjalanan menuju rumah tuan Adam.
"Nona, kelihatannya sangat senang sekali hari ini. Apa karena bisa liburan? Atau karena pria tampan tadi?" tanya Alex penasaran.
"Kamu mau tau saja." ucap Kirana pelan.
"Tidak mau tau. Tapi, cuma penasaran saja. Apa yang membuat nona sangat senang?" sahut Alex tenang.
"Tentu saja karena keduanya. Pertama, aku sangat senang karena aku bisa liburan meskipun hanya 1 hari. Dan kedua, aku bisa bertemu dengan pria tampan tadi. Dan, aku juga sangat senang karena aku bisa membeli barang yang aku inginkan." tutur Kirana tampak bahagia.
"Syukurlah, kalo nona senang. Berarti, saya bisa melaporkan hal yang baik pada tuan. Siapa tau, nanti tuan akan memberi nona liburan lagi?" ujar Alex pelan.
"Benar juga, apa yang dikatakan oleh Alex." batin Kirana dalam hati.
Tak terasa perjalanan dari pasar hingga rumah tuan Adam terasa lebih dekat. Karena percakapan yang terjadi di antara Alex dan Kirana.
"Wah, tidak terasa ya! Tau-tau kita sudah tiba saja di rumah tuan Adam." Seru Kirana takjub.
Tok! Tok!
"Tuan, ini aku Kirana! Tolong, buka pintunya." Seru Kirana dari depan pintu rumah tuan Adam.
"Iya, tunggu sebentar." sahut tuan Adam. Sambil berjalan menuju pintu depan rumahnya. Dan, membukakan pintu rumahnya.
Klik!
"Sudah pulang kamu? Bagaimana liburannya? Apa kau senang?" tanya tuan Adam sinis.
"Tentu saja sangat menyenangkan, tuan. Terima kasih untuk liburannya tuan dan terima kasih untuk hadiahnya juga." ucap Kirana dengan penuh rasa hormat.
"Ya, sudah. Cepat masuk sana! Dan, bawakan air teh ke dalam ruangan kerjaku. Kalau kau tidak tau ruangan kerjaku. Kau bisa tanya pada Alex." pesan tuan Adam pada Kirana.
"Baik, tuan. Akan segera aku bawakan ke ruang kerja tuan." jawab Kirana sambil tersenyum manis.
"Oh, iya. 2. Bawakan 2 ya." ucap tuan Adam lagi.
"2? Baiklah, tuan akan saya bawakan dua tapi tehnya tawar atau manis, tuan?" tanya Kirana lagi sekedar memastikan agar tidak salah dan terkena omelan tuan Adam lagi.
"Manis 2, ya. Tapi, jangan terlalu manis. Jangan pakai lama!" pesan tuan Adam. Lalu, segera masuk kembali ke dalam ruangan kerjanya.
Kirana melihat di meja ruang tamu. Tampak ada 2 gelas air putih.
"Sepertinya ada tamu? Tapi, siapa ya?" batin Kirana dalam hati.
Kirana tak ingin ambil pusing. Kirana segera membuatkan dua cangkir teh manis. Dan membawanya dengan hati-hati ke dalam ruang kerja tuan Adam.
Tok! Tok!
"Tuan, ini aku Kirana. Apakah aku boleh masuk? Aku membawakan teh manis yang tadi tuan pesan." seru Kirana dari luar pintu depan ruang kerja tuan Adam.
"Ya, masuklah. Buka saja pintunya tidak dikunci." sahut tuan Adam dari dalam ruangan.
Dengan susah payah, dan berhati-hati agar teh itu tidak jatuh. Akhirnya, Kirana berhasil juga membuka pintu ruang kerja tuan Adam.
Pada saat, Kirana sudah meletakkan 2 cangkir teh itu di meja tepat di depan tuan Adam dan sang tamu.
Mata Kirana melotot kala melihat tamu tuan Adam yang ternyata tak lain adalah pria tampan yang Kirana temui tadi di pasar.
"Kamu? Bukankah kamu pria yang tadi di pasar? Benarkan, itu kamu orang yang menemukan suvernir ku yang terjatuh pada saat kita bertabrakan tadi?" berondong Kirana tanpa peduli saat itu kalau tuan Adam tengah memandangnya tajam.
"Oh, iya, aku ingat. Kamu nona yang tadi bertemu denganku di pasar. Apakah kau tinggal di sini?" tanya pria itu penuh harap.
"Nona? Apa aku tidak salah dengar? Dia, bukan nona. Dia hanya pembantu di rumah ini." sela tuan Adam jengkel.
"Tuan, nggak perlu bongkar rahasiaku juga dong. Nanti jua pria ini tau kalo aku di sini hanya pembantu. Jangan bilang, tuan cemburu ya?" tuduh Kirana.
Sontak, wajah tuan Adam memerah. Bukan karena kesal ataupun menahan marah. Tapi, karena malu. Karena terkaan Kirana tepat. Langsung mengenai ke hatinya.
"Apa? Aku cemburu. Tentu tidak! Aku saja tidak menyukaimu bagaimana bisa aku cemburu padamu? Ingat, kau hanya seorang pembantu di sini. Jadi mana mungkin aku cemburu. Kita juga tidak punya hubungan apapun." sembur tuan Adam kesal.
"Iya, aku ini hanya seorang pembantu. Punya hak apa aku di rumah ini. Harusnya, aku ini tau diri." ucap Kirana terluka.
"Sudah sana keluar! Dan, ingat sebaiknya kamu jangan masuk ke sini lagi sampai pembicaraanku dengan dia selesai.Kau hanya mengganggu saja!" sembur tuan Adam jengkel.
"Kak, kurasa kau tidak perlu terlalu keras pada gadis itu. Kasihan, dia." saran pria tampan itu bijak.
"Wah, terima kasih sekali. Karena kau telah membelaku di depan tuan berhati kejam itu." batin Kirana dalam hati.
"Jadi, kau membela gadis itu? Apa kau suka padanya?" sindir tuan Adam.
"Tidak, kak. Apa setiap orang yang membelanya lantas kakak anggap orang tersebut suka padanya. Tidak semua seperti itu. Aku hanya kasihan padanya." sahut pria tampan itu.
"Sudahlah, kalau membahas masalah gadis itu akan panjang jadinya. Tidak akan ada habisnya. Kau jadi atau tidak membicarakan bisnis kita. Atau kau tidak tertarik lagi berbincang bisnis denganku tetapi malah tertarik dengan gadis itu?" Sindir tuan Adam
"Tentu saja, aku masih tertarik. Baiklah, ayo kita lanjutkan perbincangan kita." sahut pria tampan itu.
"Tunggu! Pria tampan itu memanggil kak, pada tuan Adam. Ada hubungan apa sebenarnya pria itu dengan tuan Adam? Kenapa dia memanggil kakak?" batin Kirana dalam hati.
"Eh, kau masih di situ juga! Belum pergi sejak tadi. Sudah kusuruh kau pergi dari sini." usir tuan Adam kesal melihat Kirana masih ada di situ.
"Baiklah, aku keluar dari sini! Tuan, pelit banget sih, aku juga tidak tertarik mendengarkan pembicaraan tuan dengan pria itu." ujar Kirana kesal. Kirana pun pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai karena kesal.
Setengah jam berlalu, Kirana penasaran apa yang mereka berdua tengah bicarakan sampai selama ini?
Kriet!
Tak lama, pintu ruang kerja tuan Adam pun terbuka. Pria itu keluar dan di ikuti oleh tuan Adam. Kirana bergegas akting bersih-bersih.
"Sedang apa kamu di sana? Baju sudah di cuci belum?" tanya tuan Adam jengkel.
"Astaga! Iya, aku lupa belum mengerjakan semuanya. Tapi, tuan hari ini kan, aku libur masa masih harus mencuci baju juga tuan?" protes Kirana pada tuan Adam.
"Tentu saja kau harus mencuci. Kalau bukan kau siapa lagi yang akan mencuci baju itu? Apa aku? Sudah bagus kau kuberi libur satu hari dan mengijinkanmu jalan-jalan dan membelikanmu banyak barang. Tapi, sekarang kau masih malas bekerja juga. Apa kau mau aku potong gaji lagi? Atau kau memang sudah bosan bekerja denganku? "sembur tuan Adam kesal.
"Baiklah, tuan. Aku akan bekerja. Dan, mengerjakan semuanya dengan rajin." ucap Kirana pelan.
****
Kirana pun mulai mengerjakan semua pekerjaannya hingga malam hari.
"Mau kubantu?" tanya pria tampan itu tiba-tiba.
Sontak, Kirana pun dibuatnya terkejut. Kirana sampai mengurut dadanya pelan.
"Ah, tidak usah. Biar aku saja yang mengerjakannya. Tuan kan, tamu di sini. Tidak sopan jika tuan yang mengerjakannya." sahut Kirana merasa tidak enak.
"Tidak apa. Tidak usah merasa tidak enak. Begini-begini aku cukup andal dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Oh ya, kau dibayar berapa oleh kakak Tiriku itu? Aku merasa dia tidak memperlakukanmu dengan baik. Bagaimana kalau kau bekerja denganku saja? Akan ku bayar kau 2xlipat dari gaji yang dibayarkan oleh kakak tiriku. Oh, ya. Aku lupa kita belum kenalan. Perkenalkan namaku Erik. Kau? "tanya Erik panjang.
"Namaku Kirana," sahut Kirana singkat.
"Oh, nama yang bagus. Dan, cantik seperti orangnya." puji Erik tulus. Sontak membuat hati Kirana berbunga-bunga.
"Terima kasih." sahut Kirana dengan wajah memerah karena malu.
"Erik, pergi dari sana! Jangan ganggu gadis kecil itu. Dia sedang bekerja. Kalo kamu di dekatnya terus pekerjaannya akan semakin lama dan jadi tidak beres." sembur tuan Adam.
"Dasar pria pencemburu! Bilang saja dia tidak senang kalo melihat ada pria lain di dekat ku. Cemburu." batin Kirana dalam hati. Sambil memasang wajah cemberut.
"Tidak apa, aku bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dengan baik, kok." sahut Erik pelan.
"Terserah kau saja, kalau kau memang bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah. Kerjakan semuanya sendirian. Dan kau, Kirana Istirahatlah. Biar Erik yang akan mengerjakan semuanya nanti." perintah tuan Adam kesal.
"Tapi..., tuan." protes Kirana merasa tidak enak.
"Sudah kubilang lakukan saja. Jangan membantah, kalau tidak mau kupotong gajimu!" bentak tuan Adam jengkel. Hari ini tepatnya sejak kedatangan Erik ke rumah ini semua tidak berjalan dengan lancar. Semua jadi kacau balau.
Tuan Adam pun memijat pelipisnya pelan untuk menghilangkan rasa pening dikepalanya.
" Sudahlah, pergi saja sana! Ikuti perintah kakakku saja. Biar aku saja yang mengerjakan semuanya. Aku sanggup, kok." ucap Erik pelan.
Sebenarnya, aku merasa kasihan dengan Erik. Tapi, aku lebih takut dengan tuan Adam yang menyeramkan itu kalo sudah marah.
"Baiklah, tapi apa tidak apa-apa jika tuan yang mengerjakan semuanya?" tanya Kirana masih merasa tidak enak.
"Tidak apa. Pergilah, sana!" usir Erik pelan.
"Baiklah, terima kasih tuan." sahut Kirana sambil berlalu menuju kamarnya diikuti oleh tatapan maut dari tuan Adam. Tatapan mata yang bisa membunuhnya.
****
Kirana tertidur lelap di kamarnya karena sangat lelah setelah seharian berjalan. Kirana baru terjaga dari tidurnya saat ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
Tok! Tok!
"Iya, sebentar!" sahut Kirana dari dalam kamar. Kirana menoleh sebentar untuk melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya. Pukul 9 malam.
"Siapa yang datang menemuiku malam hari begini?" batin Kirana dalam hati.
Tok! Tok!
"Iya, sebentar!" sahut Kirana pelan.
"Nggak sabaran banget sih, ini orang. Jangan - jangan tuan Adam lagi."batin Kirana dalam hati.
Klik!
Kirana pun segera membuka pintu kamarnya sebelum tamu itu kembali mengetuk pintu kamarnya untuk yang ketiga kalinya.
"Tuan Erik? Ada perlu apa menemui aku? Apa ada pekerjaan yang belum selesai?" tanya Kirana heran.
"Ah, tidak. Semua pekerjaan sudah selesai kukerjakan, kok." sahut Erik.
"Lalu, ada apa lagi sekarang?" tanya Kirana heran.
"Kau belum tidur bukan? Apa aku mengganggumu? Aku ingin bicara berdua denganmu. Apa kau bersedia? Kalau iya, kita bisa bicara di luar." ujar Erik merasa tidak enak.
"Tapi, bagaimana nanti kalo ketahuan tuan Adam? Aku bisa kena marah tuan Adam." sahut Kirana ragu.
"Tenang saja, kakakku sudah tidur. Jadi, dia tidak akan tahu." sahut Erik dengan yakin.
"Baiklah, tapi hanya sebentar ya? Karena aku takut ketahuan tuan Adam." ujar Kirana pelan.
"Baiklah, aku janji hanya sebentar." ucap Erik pelan.
Kirana pun dengan terpaksa mengikuti Erik keluar dari kamar Kirana. Menuju ruang tamu rumah tuan Adam. Dan, merek berdua duduk di tengah lampu yang remang.
"Tuan, maaf sebenarnya apa yang tuan ingin bicarakan dengan saya?" tanya Kirana penasaran sekaligus merasa tidak enak karena hanya berduaan dengan pria lain.
"Eng, Kirana. Apa kau sudah punya pacar?" tanya tuan Erik.
"Pacar? Kenapa tuan menanyakan itu pada saya?" tanya Kirana heran.
"Jawab saja, punya atau tidak?" tanya tuan Erik lagi.
Kirana menggeleng pelan dan berkata, "Tidak. Aku tidak punya pacar. Memangnya kenapa?" tanya Kirana tidak mengerti.
"Maukah kau jadi pacarku?" tanya Erik terus terang.
"Apa? Pacar? Maaf, tuan tapi aku tidak bisa menjadi pacar tuan." ucap Kirana dengan perasaan bersalah.
"Kenapa kau menolakku? Apa kau sudah punya pacar?" tanya Erik penasaran.
Kirana lagi-lagi hanya menggeleng pelan. "Tidak. Aku belum punya pacar. Tapi, aku terikat kontrak kerja pada tuan Adam jadi aku tidak bisa punya pacar dulu. Waktuku saja sudah habis untuk bekerja di rumah tuan Adam. Aku benar-benar tidak punya waktu untuk pacaran. Jadi, aku kasihan Dengan pria yang akan jadi pacarku sekarang. "ucap Kirana merasa bersalah.
"Jadi, kau menolakku sekarang. Apa tidak sebaiknya kau mempertimbangkanlebih dulu. Kau tidak perlu jawab sekarang. Aku beri kau waktu 4 hari untuk memikirkannya. Bagaimana?" tanya Erik penasaran.
Kirana tetap menggeleng pelan. Kirana tetap tidak mau mengubah keputusannya.
"Baiklah, kalau kau memang tidak menerimaku. Tidak apa. Aku akan menunggu sampai kau menerimaku." sahut Erik pelan. Dan, Erik pun beranjak dari ruang tamu dan kembali ke kamarnya.
Kirana pun kembali menuju kamarnya. Baru saja, Kirana berjalan menuju kamarnya.
"Sudah berduaan dengan Erik, dan duduk di ruang tamu yang lampunya remang-remang itu. Mulai hari ini kamu kularang berduaan dengan Erik. Berhati-hatilah, dia itu pria berbahaya. Aku sudah memperingatimu agar berhati-hati dari Erik. Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi seperti yang waktu itu kau alami. "pesan tuan Adam jengkel.
"Baik, tuan akan saya ingat pesan tuan." sahut Kirana pelan.
"Tunggu! Ada satu hal yang aku mau tanyakan padamu. Aku hanya penasaran. Tadi, aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan Erik. Apa benar kau belum punya pacar? Lalu, laki-laki yang menculikmu itu siapa? Apa dia bukan pacarmu?" tanya tuan Adam penasaran.
"Benar, tuan. Aku belum punya pacar. Oh, pria itu dia bukan pacarku. Kami tidak punya hubungan apapun." sahut Kirana jujur.
"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam. "Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan. Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati. Tok! Tok! "Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam. "Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan. "Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung. "Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Paket dari siapa itu?" tanya tuan Adam yang kebetulan lewat di depan Alex yang sedang membuka paket. "Ini buket bunga mawar, tuan. Tapi, saya juga tidak tahu siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ini ada selembar kertas tapi hanya tertulis kata-kata pendek yang sepertinya memang ditujukan untuk nona Kirana, tuan." tutur Alex heran. "Buket bunga? Untuk Kirana? Aneh, sebenarnya siapa yang mengirimnya? Hanya ada dua orang yang akan mengirim ini. Kalo bukan pria itu, lalu pasti satu lagi adalah Erik.Iya, mungkin Erik." ujar tuan Adam yakin. "Tidak, mungkin tuan. Pasti pengirimnya bukan tuan Erik. Kalo menurutku mungkin ini dari pria itu. Kemarin saat, dia datang dan tuan mengusirnya pria itu kelihatan tampak sangat putus asa." ucap Alex pada tuan Adam. "Bisa jadi. Buang saja buket b
"Siapa gadis kecil tamunya?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. "Bukan siapa-siapa tuan. Sepertinya, hanya orang iseng tuan." sahut Kirana dengan suara keras. "Oh ya, sudah. Sebaiknya kau masuk saja. Kalo cuma orang iseng. Jangan berlama-lama diam di luar." ucap tuan Adam lagi. "Baik, tuan. Ini aku juga mau masuk." sahut Kirana tak kalah keras. "Pulanglah. Dan, jangan datang lagi. Karena, aku tak mau bertemu lagi denganmu." usir Kirana kesal. "Sekali lagi, aku minta maaf, Kirana. Maaf, karena aku telah menyakitimu dan membuatmu terluka berkali-kali." ucap Edward penuh penyesalan. "Sudahlah, lupakan saja! Akan lebih baik bagi kita jika kita tidak bertemu lagi." ujar Kirana lagi. "Kau
"Sudah setengah tahun, aku bekerja di rumah tuan Adam. Tapi, hubunganku dengan tuan Adam belum juga mendapat kemajuan. Yang ada karena tuan Edo hubunganku jadi semakin jauh dengan tuan Edo." batin Kirana dalam hati. "Apa tuan Edo cinta atau tidak padaku ya?" gumam Kirana pelan. Kirana merasa pusing dibuatnya. Kisah cintanya yang tidak jelas entah akan dibawa kemana. Kirana merasa tak sanggup lagi tinggal di sini. Kirana ingin berhenti Kerja saja dari rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Ya, masuklah!" sahut tuan Adam dari dalam ruang kerjanya. "Kenapa kau berdiri saja di situ gadis kecil? Bukankah kau datang ke ruang kerjaku untuk menemuiku? Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya tuan Adam pelan. "Eng,.., aku rasa aku mau berhenti Kerja dari sini tuan "
"Ayo, kamu harus ikut aku ke RS gadis kecil! Kalau kamu sakit bisa repot aku. Tidak ada yang membantuku mengurus rumahku yang besar itu." ajak tuan Adam lagi. "Sudah kubilang tidak perlu tuan. Aku tidak perlu ke RS. Aku hanya perlu tidur dan mungkin juga harus menjauh dari tuan untuk sementara." sahut Kirana malas. "Menjauh dariku? Kenapa? Memangnya aku yang menularkan penyakit padamu?" tanya tuan Adam semakin bingung. "Bukan! Bukan tuan yang menyebabkan aku sakit. Tapi, perasaanku yang terlalu besar pada tuan. Aku sungguh tidak tahan lagi dengan perasaan ini. Aku merana tuan. Karena rasa cinta ini." ucap Kirana panjang. Kirana memberanikan dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya pada tuan Adam. Kirana sungguh tidak tahan lagi pada perasaannya. "Jadi, kau sakit karena kau memendam rasa c
"Maksudmu, majikanku kenapa?" tanya Kirana bingung. "Maksudku...," Alice memutus ucapannya sesaat karena terdengar suara ketukan lagi di pintu depan rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Gadis kecil! Itu ada siapa lagi. Cepat kau buka pintunya!" teriak tuan Adam dari dalam ruangan. "Baik, tuan. Akan aku bukakan pintunya. Tunggu, sebentar ya, Alice. Aku buka pintu dulu. Aduh, siapa lagi sih yang datang?" keluh Kirana jengkel. Klik! "Esti? Dan kau Rima bukan? Kenapa kalian semua malah datang ke sini? Aku jadi tak mengerti. Sebenarnya, siapa yang mengundang kalian semua?" tanya Kirana heran. "Sudah kubilang majikanmu." ujar Alice tenang. "Oh, ternyata kalian semua sudah datang
"Aduh, gimana ini? Kalo hitam begini aku kan, jadi malu kalo bertemu orang." jerit Kirana panik. "Kirana, tenang lah! Cara terbaik untuk menghilangkan hitam itu adalah tidur." saran tuan Adam. "Aduh, tuan bagaimana sih? Aku sedang panik karena warna hitam ini. Tuan malah menyuruh ku tidur." ujar Kirana jengkel. "Benar, Kirana percayalah padaku. Untuk menghilangkan warna hitam tidur adalah yang terbaik. Lebih baik, kau tidur sana!" perintah tuan Adam pada Kirana. "Baiklah, tuan aku akan tidur saja." sahut Kirana sambil berbalik masuk ke dalam kamarnya. Kirana menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. "Ayah, aku harus bagaimana ya? Apa tuan Adam tidak akan berubah? Kirana takut kalau tuan Adam beruba
"Apa tuan akan menikah? Dengan siapa? Tapi, kenapa tuan meminta aku untuk membaca ini?" tanya Kirana bingung. "Tentu saja, aku akan menikah. Tapi, tidak sekarang. Nanti. Dan, bukan dengan orang lain. Tapi, denganmu. Maka dari itu kau kuminta untuk membaca dulu syarat-syaratnya itu. Kalau ada yang tidak kau mengerti kau bisa tanyakan padaku. Aku dengan senang hati akan menjelaskannya padamu. " ucap tuan Adam yang membuat Kirana terheran-heran. " Menikah? Denganku? Bagaimana mungkin? Apa tuan Adam tidak salah bicara? " batin Kirana dalam hati. "Bagaimana? Apa kau akan mempelajari dulu syarat-syarat tersebut?" tanya tuan Adam lagi. "Baiklah, tuan. Aku akan mempelajarinya lebih dahulu." sahut Kirana sambil membawa selembar kertas itu keluar dari ruang kerja tuan Adam. 
"Baiklah, aku akan pulang. Asal kau janji akan datang ke rumahku. Kalau tidak aku akan datang lagi ke rumahmu. Dan, aku tidak peduli dengan ayahmu. Aku tetap akan datang ke sini." sahut Tuan Adam jengkel. "Iya, aku janji tuan. Tuan tidak perlu kuatir dengan itu. Terserah tuan saja, mau datang lagi atau tidak." sahut Kirana pelan. "Baiklah, akan kuingat itu. Kau janji ya akan datang ke rumahku. Akan kutunggu. Lebih baik kau cepat datang." ujar Tuan Adam pelan. "Iya, tuan. Aku janji akan datang je rumahmu. Hanya ke rumahmu saja, bukan?" tanya Kirana lagi penasaran. "Bukan hanya ke rumahku. Tapi, aku ingin kau bekerja kembali seperti dulu lagi. Bagaimana?" tanya Tuan Adam lagi. "Apa? Bekerja lagi? Kalau itu akan ku pikirkan lagi, Tuan
"Maksudmu, tuan Kenan? Dia bukan tamu ayah. Tapi, lebih tepatnya dia adalah jodoh dari Ayah untukmu." sahut Violet pelan."Apa kau bilang? Jodoh dari Ayah? Untukku? Tidak. Aku tidak mau menikah dengan tuan muda itu. Aku bisa mencari sendiri kekasihku nanti." tolak Kirana kesal."Apa kau masih mencintai tuan Adam?" tanya Violet penuh selidiki. "Tidak! Kata siapa aku masih mencintai Tuan Adam? Aku hanya bilang kalo aku bisa mencari sendiri kekasihku. Jadi, tidak perlu ayah membantu mencarikan pria lain. Aku bahkan tidak kenal dengan pria itu lantas kenapa aku harus menerima perjodohan ini?" bantah Kirana panjang lebar. "Yah, baiklah itu terserah padamu. Kalo itu menurutmu baik lakukanlah. Aku akan mencoba membujuk ayah agar berhenti menjodohkanmu dengan pria lain." jawab Violet bijak. Mata Kirana melongo lebar. Ia
"Biarkan saja, dia. Mungkin lagi kesal saja, nanti juga dia akan baik lagi. Dia hanya kesal padaku karena aku membela Kenan. Itu saja." ujar ayah pelan."Apa? Dia marah dengan Kenan? Hanya karena ayah membela Kenan? Lagipula, kenapa ayah membela pria lain di depan Kirana?" ucap ibu pelan."Lalu, aku harus membela siapa? Kirana? Gadis itu memang semakin sulit kumengerti. Banyak berubah." ucap ayah bingung."Sudahlah, Ayah mungkin Kirana hanya tertekan saja. Sejak berhenti Kerja dari rumah Tuan Adam Kirana menjadi lebih sensitif." ucap ibu kuatir."Mungkin, saja dia tertekan bu."timpal Violet pelan." Oh, apa kau kakaknya gadis tadi? "tanya Kenan penasaran." Iya, betul tuan. Saya Violet kakaknya Kirana. "sahut Violet sambil tersenyum manis.Ayah tiba - tiba beranjak dari ruang tamu. Meninggalkan ibu, Violet dan Kenan." Violet, tolong temani Kenan mengobrol dulu! Ayah mau k
"Tuan Adam?" sahut keduanya bersamaan. "Iya, saya ibu. Dan, anda pasti kakaknya Kirana bukan?" ucap tuan Adam pelan. "Iya, betul. Kirana, kembalilah bersamanya. Ibu mohon. Itu jalan satu-satunya untukmu. Agar hutangmu bisa cepat lunas." ujar ibu pelan. "Kalian kenapa sih? Dari kemarin kalian seperti memojokkanku terus menerus. Kalian seperti tidak senang kalau aku di sini. Dan, kalian lebih memilih aku bekerja lagi pada Tuan Ada. Apa alasannya?" sembur Kirana kesal. "Tidak, Kirana kami tentu saja senang kau di sini. Kami hanya berharap itu lebih baik untukmu karena dengan bekerja pada Tuan Adam. Separuh hutangmu bisa lunas. Dan, kau tidak perlu susah payah mencari uang untuk hanya untuk membayar hutang pada Tuan Adam. "ujar ibu panjang lebar. " Ah, sudahlah. Nanti aku pertimbangkan lagi. Sekarang lebih baik Tuan pulang saja. Nanti, akan aku kabari. "sahut Kirana kesal. " Benarkah? Aku harap kau
" Ayo, Violet. Keluar dari sini biarkan Kirana sendiri dan memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Dia butuh waktu untuk mempertimbangkan lagi semua ini. "ajak ibu pada Violet." Baik bu. Aku akan keluar dari sini. "sahut Violet lagi. Dan, meninggalkan Kirana sendirian yang tampak sedang memikirkan masalah ini sambil menatap cermin." Apa ini keputusan yang benar ya? Tapi, kenapa semua orang pada marah dengan keputusan yang ku ambil ini. Apa aku salah? Atau mereka mengharapkan lebih dariku?" batin Kirana dalam hati.Kirana memijat pelipisnya pusing. Dan, Kirana pun tertidur lelap.Tok! Tok!" Kirana, Kirana, bangun! Ayo, makan dulu! Nanti kamu sakit. "ujar ibu pelan.Kirana membuka matanya pelan. Mengembalikan kesadarannya perlahan. Dan, perlahan Kirana turun dari tepi tempat tidurnya."Iya, bu. Ada apa?" tanya Kirana bingung."Ada apa? Kamu tidak mau makan?" tanya ibu jengk
"Ini, coba kau lihat selebaran ini. Ada orang di kota yang sedang mencari asisten Rumah Tangga. Coba kau lihat gajinya sangat besar. Bisa untuk kita makan selama 5 bulan. Tapi, disini tidak ada kontak yang bisa di hubungi. Pelamar hanya diharuskan datang ke sebuah rumah. Nanti akan dipanggil untuk wawancara satu demi satu. Kalau majikannya cocok dengan kamu. Dia akan langsung memberi bonus sebesar 5 juta. Besar kan, bukankah kau punya banyak hutang dengan tuan Adam? Kalau kau diterima bekerja di tempat ini. Kau bisa langsung melunasi hutangmu. Bagaimana? Bukankah itu ide bagus? " tutur Angel sambil tersenyum bangga. "Betul juga, baiklah akan kucoba. Terima kasih, Angel. Aku akan datang kesana hari ini juga. Semoga saja aku di terima." ujar Kirana penuh harap. Kirana pun berganti pakaian. Dan, ia bersiap menuju rumah tersebut. Perjalanan
Sontak, mata Kirana melotot kesal. Sekaligus malu. Kirana sama sekali tidak menduga kalo tuan Adam akan berbuat seperti itu. Berlutut di hadapan Kirana. Selama ini, Kirana tahu betul kalo tuan Adam itu adalah pria kejam dan berhati iblis. Sekarang, tiba-tiba tuan Adam merendah di hadapan Kirana. Tuan Adam melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Wajah Kirana pun memerah. Tampak beberapa pasang mata sedang menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan. "Tuan, apa yang tuan sedang lakukan? Bangun tuan, tidak enak dilihat orang. Nanti, aku dipikir mereka melakukan sesuatu pada tuan." mohon Kirana merasa tidak enak hati. Kirana jadi serba salah dibuatnya. "Katakan dulu padaku, jika kau setuju ikut denganku. Dan, kembali bersamaku. Baru aku akan bangun. Kalau kau tidak bersedia, aku akan terus berlutut seper
Tuan Adam memaksa untuk masuk ke rumah gadis kecil. Sebenarnya, tuan Adam ingin mendorong ibu Kirana minggir dan tuan Adam ingin masuk. Melihat langsung apakah benar gadis kecil itu ada di dalam atau tidak. Tapi, tuan Adam takut kalau dirinya nanti di tuduh melakukan kekerasan pada wanita. Padahal, wanita itu jelas bukan siapa-siapa tuan Adam. Biar Bagaimana pun, tuan Adam tetap tidak pernah menyiksa kaum Hawa. Meskipun, ia dikenal sebagai pria berhati iblis. Namun, tetap berhati malaikat. Tuan Adam suka kasihan sendiri jika melihat wanita yang teraniaya."Kenapa anda sepertinya takut, bu? Kalau saya masuk ke rumah anda. Apa Anda menyembunyikan sesuatu di dalam rumah? Orang atau barang mungkin yang mencurigakan? Atau sebenarnya gadis kecil itu memang ada di dalam rumah anda. Tapi, anda sengaja tidak ingin dia kembali ke rumah saya. Karena mungkin anda kecewa mungkin takut anak anda terluka lagi. Jadi, anda ingin melindunginya mungkin. " tuduh
"Astaga, jadi itu penyebabnya kau kelihatan tersengal-sengal. Karena kau dikejar oleh tuan Adam. Kasihan sekali kau. Tapi, tuan Adam tidak tahu kan, kalau kau tinggal di sini?" tanya Alex sedikit kuatir. "Tidak, tuan. Aku sudah pastikan dia tidak mengikutiku kesini." ujar Kirana pelan. Kirana tidak yakin pada dirinya sendiri. Tidak yakin apakah tuan Adam benar tidak mengikutinya atau tidak? Tapi, setau Kirana tidak mengikutinya. "Uh, hampir saja jadi masalah. Kalo tuan Adam mengikutiku sampai kemari. Aku bisa kena marah oleh tuan Alex. Dan, pastinya aku akan merasa tidak enak karena susah menumpang di sini. Malah akan membawa mereka ke dalam masalah baru. Tuan Adam, tuan Adam memang pria yang satu itu sangat menyusahkan sekali. Jangan sampai aku berurusan dengan pria yang satu itu sekali lagi. "batin Kirana dalam hati.