"Aduh! Kalau begini terus bagaimana aku bisa mendapat pacar yang kaya? Dan bisa menjadi orang kaya juga? Keluar dari rumah ini saja sulit rasanya. Tuan Adam hanya menyuruhku kerja, kerja, dan kerja. Kalo aku tau tuan Adam sangat kejam hanya menyuruhku kerja dan kerja. Kalau aku tau akan seperti ini jadinya aku tidak mungkin akan bekerja pada tuan Adam. Aku pasti akan menolak mentah-mentah rencana tuan Adam untuk mempekerjakanku sebagai pembantu di rumahnya. "batin Kirana dalam hati.
Tapi, aku penasaran juga dengan tuan Adam. Setiap hari banyak wanita yang menyatakan rasa sukanya pada tuan Adam tapi tuan Adam tidak bergeming sedikitpun. Apa tuan Adam itu tidak menyukai wanita ya? Jangan-jangan, dia gay? Karena tidak sedikit wanita yang datang untuk menyatakan rasa sukanya pada tuan Adam bahkan melamar tuan Adam. Dan, mereka juga dari kalangan orang terpandang. Beda dengan aku yang hanya seorang gadis miskin."batin Kirana dalam hati.
"Hei, gadis kecil! Sedang apa kau termenung saja di situ? Aku menggajimu untuk bekerja bukan untuk termenung seperti itu! Sebenarnya, apa yang ada dalam pikiranmu sih? Aku perhatikan kau suka sekali membuang-buang waktu dengan termenung. Apa kau itu pemimpin ya? " sembur tuan Adam tiba-tiba. Tuan Adam heran karena seringnya menangkap basah Kirana sedang termenung. Entah apa yang memenuhi benak pikirannya.
"Sepertinya gadis ini terlalu banyak berkhayal." batin tuan Adam dalam hati.
Suara keras tuan Adam Membuat Kirana terkejut dan mundur beberapa langkah ke belakang. Hampir saja, Kirana menjatuhkan keramik milik tuan Adam. Untungnya, tangan Kirana dengan cekatan menangkap vas keramik itu. Kalau tidak tentunya gajinya akan dipotong lagi oleh tuan Adam.
"Upps! Hampir saja kena marah lagi aku!" ucap Kirana pelan. Namun mata tuan Adam keburu menangkap pemandangan itu. Mata tuan Adam melotot, menatap tajam Kirana. Gadis itu menunduk. Pasrah.
"Kamu? Tidak bisa apa kerja dengan benar! Sekali kerja kamu hampir menghancurkan barang berharga milikku. Apa kamu tau berapa harga keramik itu? Kamu bekerja setahun pun di sini tidak bisa membeli barang itu! Jadi, berhati-hatilah. Sekali kamu menghancurkan barang berharga milikku. Kau harus bekerja seumur hidup padaku untuk membayarnya. Mengerti kamu?"hardik tuan Adam kesal.
"Baik, tuan. Saya akan hati-hati." ujar Kirana pelan. Dengan wajah menunduk. "Tunggu! Apa kata tuan Adam tadi? Aku harus bekerja seumur hidup? Lagi-lagi, dia seenaknya saja menambahkan point yang tidak menguntungkanku."batin Kirana dalam hati.
"Kamu ini, tidak bisa hati-hati apa? Setahun kamu kerja disini bisa-bisa seluruh isi rumahku hancur satu persatu karena kecerobohan kamu! Cepat kerja sana! Dan, hati-hati! " maki tuan Adam kesal. Sambil terus memperhatikan Kirana, gadis ceroboh itu. Tuan Adam kesal.
Kirana berhenti di depan satu benda cantik berbentuk komedi putar. Benda bisa berbunyi. Dan, Kirana memainkannya berulang kali.
" Hei! Jangan kau sentuh benda itu!" seru tuan Adam sambil berjalan menghampiri Kirana.
"Ah, kenapa sih tuan sangat pelit. Semua benda di sini tidak boleh di pegang dan disentuh. Aku tidak akan menghancurkannya aku janji. Aku hanya suka mendengarkan musiknya saja. Hanya itu." protes Kirana jengkel.
"Sudah bekerja saja sana! Dan, jangan sentuh barang-barangku. Terutama kotak musik itu. Awas kalau kau sentuh itu lagi!" pesan tuan Adam geram.
"Iya, tuan. Baik, aku akan bekerja. Biar tuan senang. " sahut Kirana tak berani membantah lagi. Kirana hanya berlalu sambil mengucapkan sumpah serapah.
Kirana segera membawa pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Dan membersihkan yang lainnya. Mencuci piring yang berserakan.
"Hei, gadis kecil. Tadi kau kena marah tuan Adam lagi, ya?" tanya Alex, asisten tuan Adam yang paling di percaya.
"Iya, tuan Adam memarahiku. Kok, tuan tau?" tanya Kirana bingung.
"Tadi, aku melihatnya. Ingat, jangan pernah kau memegang benda komedi putar itu lagi. Karena itu barang paling berharga milik tuan Adam. Itu adalah barang milik mantan pacarnya, Vania. Yang sekarang pergi entah kemana. Tuan Adam menyimpan barang itu karena tuan Adam sangat mencintai nona Vania itu. "tutur Alex panjang.
Kirana hanya mengangguk pelan dan berkata," Oh, ternyata benda itu milik mantan pacar tuan Adam. Pantas saja, saat aku sentuh tuan Adam marah besar padaku. Terima kasih, untuk penjelasannya tuan. "ucap Kirana pelan. Lalu, Kirana pun melanjutkan pekerjaan miliknya.
Kirana membersihkan meja dari debu-debu. Tiba-tiba, suara tuan Adam memanggilnya dengan suara keras. Membuat terkejut Kirana.
"Hei, gadis kecil! Nanti malam jam 7 malam datanglah ke kamarku." pesan tuan Adam lagi
"Ah, tuan ini bikin kaget aku saja. Apa tuan tidak bisa memanggilku dengan suara pelan? Nanti lama-lama aku bisa sakit jantung tuan." sahut Kirana jengkel.
"Kalau aku bersuara pelan kamu tidak akan mendengarku. Jadi, aku terpaksa bersuara keras. Dan, kamu tidak akan sakit jantung karena aku punya obatnya." ucap tuan Adam tenang.
"Memang apa obatnya tuan?" tanya Kirana penasaran.
"Obatnya adalah nanti malam kau datang ke kamarku jam 7. Dengan begitu, aku tidak akan meneriakimu dengan suara keras, kan?" ujar tuan Adam sambil tersenyum misterius.
"Pasti ada yang tuan Adam sembunyikan. Apa ya? Apa dia akan menyuruhku bekerja sampai tengah malam dan tidak membiarkanku istirahat sedikitpun?" batin Kirana dalam hati.
"Jam 7? Tapi, untuk apa tuan? Jam 7 bukannya itu waktunya saya istirahat? " tanya Kirana bingung sekaligus juga penasaran.
"Sudah jangan banyak tanya. Datang saja nanti. Aku akan menunggumu! Awas kalau kau tidak datang akan ku potong gajimu! Aku kan, sudah bilang berulang kali kalo hanya aku yang berhak menambahkan syarat-syarat yang hanya akan menguntungkanku.Jadi,janga pernah protes ataupun mengeluh! Apalagi mengatakan sumpah serapah. Awas, kalau aku sampai mendengar ketiga hal itu keluar dari mulutmu. Aku akan memotong gajimu dan menambah jam kerja u lebih lama lagi. " hardik tuan Adam. Kirana hanya bisa mengangguk pelan. Ia tidak bisa membantah lagi. Daripada potong gaji dan jam kerja ditambah lagi. Kirana hanya bisa menarik napas, pasrah.
"Baiklah, tuan. Nanti malam aku akan datang ke kamar tuan." jawab Kirana pelan. Sambil memasang wajah cemberut. Kirana pun berlalu dari hadapan tuan Adam.
"Ada apa ya tuan memanggilku datang ke kamarnya? Apa tuan ingin memecatku? Atau tuan ingin membuktikan jika dirinya itu laki-laki normal yang masih suka pada wanita?" batin Kirana dalam hati. Dan, tanpa sadar Kirana pun bergidik ngeri.
"Apalagi yang kau pikirkan disitu? Malah senyum-senyum sendiri. Cepat kerjakan sana!" bentak tuan Adam kesal.
Kirana pun terkejut. Hampir saja Kirana menabrak Alex yang berdiri di hadapannya itu. Kirana baru sadar ternyata tuan Adam masih memperhatikannya.
"Rasanya tadi, aku sudah pergi dari hadapan tuan. Tapi, tuan kenapa bisa ada di sini lagi?" tanya Kirana penasaran.
"Memangnya aku tidak boleh memperhatikanmu. Aku ini bos mu. Jadi, aku harus tau apa yang pembantuku kerjakan? Bukan begitu gadis kecil?" tanya tuan Adam kesal.
"Terserah tuan saja." sahut Kirana kesal.
*****
Tok! Tok!
"Tuan, ini aku Kirana." Seru Kirana dari luar ruangan.
"Cepat masuk!" sahut tuan Adam dari dalam kamar.
Kirana pun masuk ke dalam kamar. Dan, tampak tuan Adam sedang berbaring di tempat tidur dan di sisinya ada setumpuk buku. " Jangan bilang, kalau tuan Adam menyuruhku membaca setumpuk buku itu." batin Kirana dalam hati.
"Kau kesinilah! Ambil buku itu. Dan bacakan bukunya untukku." perintah tuan Adam kesal. Melihatku hanya berdiri mematung dari jauh.
"Apa? Buku? Ini kan, buku dongeng anak kecil tuan? Sedangkan tuan sudah dewasa sudah tidak cocok dengan buku dongeng ini. Kenapa tuan tidak baca novel saja, tuan. " ucap Kirana bingung.
"Cerewet sekali kamu! Sudah kubilang itu bukan urusanmu! Tugasmu adalah membacakannya untukku! Itu saja! Jangan banyak protes dan bacakan saja!" bentak tuan Adam jengkel.
"Hobi yang aneh." batin Kirana dalam hati. "Mana ada orang dewasa yang minta dibacakan cerita dongeng macam anak kecil saja," gumam Kirana pelan.
"Sudah kubilang jangan bicara di belakangku! Bicara di depanku. Atau kau mau kupotong gaji lagi?" sembur tuan Adam kesal.
"Baik, tuan. Maafkan saya." ucap Kirana pelan.
Kirana berjalan sambil membacakan buku dongeng itu di tepi tempat tidur tuan Adam. Sesekali, Kirana melirik tuan Adam yang tampak lebih tampan jika di lihat dari dekat.
"Fokus saja pada bukunya, Jangan fokus padaku. Atau kamu suka aku ya? Aku tampan, kan?" goda tuan Adam jengkel.
Sudah hampir satu jam, Kirana membacakan buku dongeng tersebut. Matanya sudah tak kuat lagi menatap buku dongeng itu lebih lama lagi. Kirana pun jatuh tertidur dengan buku sebagai tumpuan kepalanya.
"Heh...," tuan Adam memutus ucapannya sesaat. Baru saja, ia ingin membangunkan Kirana namun tuan Adam mengurungkan niatnya. Ia tidak tega melihat wajah Kirana yang tampak lelah.
Tuan Adam menyelimuti tubuh mungil Kirana. Dan membiarkannya tidur dikamarnya. Kirana terjaga ketika jam menunjukkan pukul 9 malam.
"Eng-aku dimana?" tanya Kirana kala terjaga dari tidurnya sambil menatap sekelilingnya. Dan, matanya berhenti pada sosok tuan Adam.
Kirana menatap sekelilingnya. Dan kedua matanya menangkap sosok tuan Adam yang tengah menatapnya dengan tatapan kesal.
"Sudah bangun? Enak tidurnya. Kenapa kamu disuruh membacakan buku dongeng malah tidur? Apa kamu tidak tidur semalaman? " bentak tuan Adam kesal.
"Eng-maaf, tuan. Saya ketiduran tadi. Saya sangat lelah. Saya tidak tahan lagi sangat mengantuk. " ucap Kirana merasa bersalah.
"Aku potong gajimu 2xlipat. Awas kalau kau tertidur lagi! Tidak akan ku maafkan. Aku tidak akan memberimu makan lagi." hardik tuan Adam jengkel.
****
"Kirana! Kirana! Buka pintunya!" seru seseorang dari luar pintu rumah tuan Adam.
Kirana berlari membuka pintu rumah tuan Adam. Dan diluar rumah ada sesosok kakaknya, Angel.
"Kakak? Ada apa datang kesini?" tanya Kirana heran.
"Kirana, aku disuruh ibu untuk memberitahukan padamu kalau ayah sedang sakit parah." ucap Angel kuatir.
"Ssstt! Pelankan suaramu! Nanti kedengaran tuan Adam aku bisa dimarahin." sela Kirana sambil menaruh jari telunjuknya di depan mulutnya.
"Ibu menyuruhmu pulang karena ayah ingin bertemu denganmu. Sekarang!" ucap Angel pelan.
"Tapi, aku tidak boleh pergi kemanapun. Kalau sampai ketahuan oleh tuan Adam aku bisa dihukum lagi dan gajiku dipotong 2x lipat." pungkas Kirana bingung.
"Tapi, ibu menyuruhmu pulang sekarang." sela Angel.
"Kau pulang saja dulu. Hal ini akan kupikir kan lagi. Aku akan mencari cara untuk keluar dari rumah ini nanti malam." ucap Kirana pelan.
"Baiklah, aku pulang dulu. Kau berhati-hatilah nanti malam. Jangan sampai kau ketahuan oleh tuan Adam." bisik Angel pelan.
Kirana hanya mengangguk pelan. Dan, ia menutup pintu pelan-pelan.
Sepanjang hari Kirana tidak bisa fokus bekerja. Pikiran Kirana terus tertuju pada sang ayah yang kabarnya sedang sakit disana.
Alhasil, pekerjaan Kirana selalu salah. Dan entah sudah keberapa kalinya ia kena marah tuan Adam. Kirana hanya bisa pasrah menerima semuanya saja dengan lapang dada. Tidak protes ataupun membantah.
*****
Malam pun tiba begitu cepat. Kirana pun mengendap-endap berjalan menuju pintu keluar rumah tuan Adam.
Ketika dilihat Kirana aman. Kirana segera berlari keluar dari rumah.
"Tuan, sepertinya saya melihat nona Kirana mengendap-endap keluar rumah. Entah mau kemana dia." ujar Alex pada tuan Adam.
"Mau kemana gadis kecil itu? Tampaknya, dia sudah berani melanggar perjanjian denganku. Ikuti saja dia Alex! Menurutku, dia tidak akan pergi jauh apalagi ini sudah malam hari." perintah tuan Adam pada Alex.
"Baik, tuan. Akan saya ikuti." sahut Alex dan segera pergi dari hadapan tuan Adam.
Kirana terus berjalan di dalam kegelapan. Mulutnya tak henti ya mengucapkan Sebaris doa agar tidak ada penjahat yang mengganggu perjalanannya.
*****
Tok! Tok!
"Ibu, buka pintunya! Ini aku Kirana, anakmu!" seru Kirana dari depan. Tak berapa lama, terdengar langkah kaki dari dalam datang tergopoh-gopoh membukakan pintu.
"Kirana? Apa kamu sudah minta ijin pada tuan Adam untuk datang kesini?" tanya ibu dengan nada kuatir.
Kirana menggeleng pelan. "Tidak bu. Kirana belum minta ijin pada tuan Adam. Kalau Kirana bilang pada tuan Adam, pasti tuan tidak akan mengijinkan Kirana datang kesini. Bagaimana kabar ayah bu?" tanya Kirana kuatir.
"Kondisi ayahmu, masih belum membaik Kirana.Ayo, masuk dulu nak." ajak ibu pada Kirana sambil membukakan pintu lebih lebar lagi.
"Tapi, bu. Kirana tidak bisa lama-lama disini. Kirana hanya punya waktu sebentar untuk menjenguk ayah. Kirana harus segera pulang kalau tidak nanti Kirana akan ketahuan oleh tuan Adam." ujar Kirana terus terang.
"Tidak apa, Kirana. Ibu mengerti kondisimu. Cepat temuilah ayahmu! Dan sesudah itu pulanglah kembali ke rumah tuan Adam sebelum pria berhati iblis itu menghukummu." pungkas ibu pelan.
Kirana mengangguk pelan. Ia menjenguk sang ayah sebentar. Dan segera kembali pulang ke rumah tuan Adam.
Kirana masuk mengendap-endap ke rumah tuan Adam.
"Darimana saja kamu malam-malam begini masih berkeliaran di luar rumah? Apa mengunjungi pacarmu?" tegur tuan Adam tiba-tiba. Hampir saja, Kirana terjatuh karena terkejut oleh suara keras tuan Adam.
"Eng-tuan belum tidur? Maaf, tuan. A-aku pergi diam-diam tapi bukan untuk bertemu pacarku, aku pergi keluar untuk menjenguk ayahku yang sedang sakit keras." tutur Kirana pelan.
"Aku tidak mau tahu alasanmu! Kau tetap harus dihukum karena telah melanggar perjanjian denganku. Aku sudah mengingatkan padamu kalau kau dilarang keluar apalagi tengah malam seperti ini! Mulai sekarang, ketika kamu mau pergi keluar kamu harus minta ijin dulu padaku. Kalau ada orang jahat, dan kamu dilukai tidak ada orang yang tahu. Aku bisa rugi kalo begini.Selama ini, aku sudah memberi kamu makan gratis bahkan tidur gratis. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa dan kau belum membayar lunas hutangmu padaku. Aku yang rugi! "sembur tuan Adam sambil menunjuk-nunjuk Kirana. Lagi-lagi, hutang, hutang, dan hutang. Tuan Adam selalu menyangkut pautkannya dengan hutang. Kirana jadi kesal dibuatnya " Kenapa sih, tuan selalu menyangkut pautkannya dengan hutang? Aku juga tau kalau hutangku banyak. Tidak perlu tuan ingatkan terus menerus." protes Kirana kesal.
"Apa? Kau sungguh tidak bisa di mengerti tuan Adam. Kenapa ketika Kirana pergi dengan orang lain dia tidak diizinkan? Tapi, ketika pergi denganmu diizinkan? Apa kau tidak percaya padaku tuan? Aku bisa menjaga Kirana dengan baik. Jadi, tolong sekali saja ijinkanlah Kirana besok pergi denganku. Aku ingin mengajaknya pergi ke gunung besar di pulau G. Apakah boleh?"tanya Edward Jengkel. Menurut Edward, tuan Adam itu terlalu overprotektif. Tuan Adam tidak mengijinkan Kirana pergi bersamanya. Melihat Kirana pergi bersama tuan Adam menimbulkan rasa cemburu pada hati Edward. Edward kesal setengah mati melihat pemandangan itu. Memang Kirana tidak bergandengan tangan atau bermesraan dengan tuan Adam. Tetapi, tetap menimbulkan rasa cemburu pada hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bagi Kirana mengetahui kalau Edward menyukainya. Hanya saja, Kirana mengacuhkannya. Kirana tidak mau jatuh cinta pada Edward, pria miskin dari kampungnya itu. Kalau Kirana menikah dengan Edward, mimpinya u
"Tuan, lapor kalau gadis kecil itu telah diculik oleh pria yang tuan temui di pasar malam." lapor Alex pada tuan Adam. "Apa? Jadi, pria itu yang menculik gadis kecil itu. Cari pria itu sampai ketemu dan bawa dia ke hadapanku. Kalo perlu secret dia." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu. "Baik, tuan. Kami akan segera mencarinya." ucap Alex. "Ayo, kita cari pria itu! Secret dia kalo dia membangkang!" perintah Alex pada para bawahannya itu. "Baik, pak. Akan kami cari." ujar mereka kompak. **** "Hei, jadi kamu sembunyi di gudang tua? Kamu takut sama saya. Kalo takut, kenapa kamu berani menculik gadis itu?" tanya tuan Adam kesal. "Kamu sepertinya panik sekali ya?
" Tralala...,lalala...,"nyanyi Kirana di perjalanan menuju rumah tuan Adam. "Nona, kelihatannya sangat senang sekali hari ini. Apa karena bisa liburan? Atau karena pria tampan tadi?" tanya Alex penasaran. "Kamu mau tau saja." ucap Kirana pelan. "Tidak mau tau. Tapi, cuma penasaran saja. Apa yang membuat nona sangat senang?" sahut Alex tenang. "Tentu saja karena keduanya. Pertama, aku sangat senang karena aku bisa liburan meskipun hanya 1 hari. Dan kedua, aku bisa bertemu dengan pria tampan tadi. Dan, aku juga sangat senang karena aku bisa membeli barang yang aku inginkan." tutur Kirana tampak bahagia. "Syukurlah, kalo nona senang. Berarti, saya bisa melaporkan hal yang baik pada tuan. Siapa tau, nanti tuan akan memberi nona liburan lagi?" ujar Alex pelan.
"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam. "Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan. Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati. Tok! Tok! "Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam. "Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan. "Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung. "Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Paket dari siapa itu?" tanya tuan Adam yang kebetulan lewat di depan Alex yang sedang membuka paket. "Ini buket bunga mawar, tuan. Tapi, saya juga tidak tahu siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ini ada selembar kertas tapi hanya tertulis kata-kata pendek yang sepertinya memang ditujukan untuk nona Kirana, tuan." tutur Alex heran. "Buket bunga? Untuk Kirana? Aneh, sebenarnya siapa yang mengirimnya? Hanya ada dua orang yang akan mengirim ini. Kalo bukan pria itu, lalu pasti satu lagi adalah Erik.Iya, mungkin Erik." ujar tuan Adam yakin. "Tidak, mungkin tuan. Pasti pengirimnya bukan tuan Erik. Kalo menurutku mungkin ini dari pria itu. Kemarin saat, dia datang dan tuan mengusirnya pria itu kelihatan tampak sangat putus asa." ucap Alex pada tuan Adam. "Bisa jadi. Buang saja buket b
"Siapa gadis kecil tamunya?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. "Bukan siapa-siapa tuan. Sepertinya, hanya orang iseng tuan." sahut Kirana dengan suara keras. "Oh ya, sudah. Sebaiknya kau masuk saja. Kalo cuma orang iseng. Jangan berlama-lama diam di luar." ucap tuan Adam lagi. "Baik, tuan. Ini aku juga mau masuk." sahut Kirana tak kalah keras. "Pulanglah. Dan, jangan datang lagi. Karena, aku tak mau bertemu lagi denganmu." usir Kirana kesal. "Sekali lagi, aku minta maaf, Kirana. Maaf, karena aku telah menyakitimu dan membuatmu terluka berkali-kali." ucap Edward penuh penyesalan. "Sudahlah, lupakan saja! Akan lebih baik bagi kita jika kita tidak bertemu lagi." ujar Kirana lagi. "Kau
"Sudah setengah tahun, aku bekerja di rumah tuan Adam. Tapi, hubunganku dengan tuan Adam belum juga mendapat kemajuan. Yang ada karena tuan Edo hubunganku jadi semakin jauh dengan tuan Edo." batin Kirana dalam hati. "Apa tuan Edo cinta atau tidak padaku ya?" gumam Kirana pelan. Kirana merasa pusing dibuatnya. Kisah cintanya yang tidak jelas entah akan dibawa kemana. Kirana merasa tak sanggup lagi tinggal di sini. Kirana ingin berhenti Kerja saja dari rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Ya, masuklah!" sahut tuan Adam dari dalam ruang kerjanya. "Kenapa kau berdiri saja di situ gadis kecil? Bukankah kau datang ke ruang kerjaku untuk menemuiku? Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya tuan Adam pelan. "Eng,.., aku rasa aku mau berhenti Kerja dari sini tuan "
"Baiklah, aku akan pulang. Asal kau janji akan datang ke rumahku. Kalau tidak aku akan datang lagi ke rumahmu. Dan, aku tidak peduli dengan ayahmu. Aku tetap akan datang ke sini." sahut Tuan Adam jengkel. "Iya, aku janji tuan. Tuan tidak perlu kuatir dengan itu. Terserah tuan saja, mau datang lagi atau tidak." sahut Kirana pelan. "Baiklah, akan kuingat itu. Kau janji ya akan datang ke rumahku. Akan kutunggu. Lebih baik kau cepat datang." ujar Tuan Adam pelan. "Iya, tuan. Aku janji akan datang je rumahmu. Hanya ke rumahmu saja, bukan?" tanya Kirana lagi penasaran. "Bukan hanya ke rumahku. Tapi, aku ingin kau bekerja kembali seperti dulu lagi. Bagaimana?" tanya Tuan Adam lagi. "Apa? Bekerja lagi? Kalau itu akan ku pikirkan lagi, Tuan
"Maksudmu, tuan Kenan? Dia bukan tamu ayah. Tapi, lebih tepatnya dia adalah jodoh dari Ayah untukmu." sahut Violet pelan."Apa kau bilang? Jodoh dari Ayah? Untukku? Tidak. Aku tidak mau menikah dengan tuan muda itu. Aku bisa mencari sendiri kekasihku nanti." tolak Kirana kesal."Apa kau masih mencintai tuan Adam?" tanya Violet penuh selidiki. "Tidak! Kata siapa aku masih mencintai Tuan Adam? Aku hanya bilang kalo aku bisa mencari sendiri kekasihku. Jadi, tidak perlu ayah membantu mencarikan pria lain. Aku bahkan tidak kenal dengan pria itu lantas kenapa aku harus menerima perjodohan ini?" bantah Kirana panjang lebar. "Yah, baiklah itu terserah padamu. Kalo itu menurutmu baik lakukanlah. Aku akan mencoba membujuk ayah agar berhenti menjodohkanmu dengan pria lain." jawab Violet bijak. Mata Kirana melongo lebar. Ia
"Biarkan saja, dia. Mungkin lagi kesal saja, nanti juga dia akan baik lagi. Dia hanya kesal padaku karena aku membela Kenan. Itu saja." ujar ayah pelan."Apa? Dia marah dengan Kenan? Hanya karena ayah membela Kenan? Lagipula, kenapa ayah membela pria lain di depan Kirana?" ucap ibu pelan."Lalu, aku harus membela siapa? Kirana? Gadis itu memang semakin sulit kumengerti. Banyak berubah." ucap ayah bingung."Sudahlah, Ayah mungkin Kirana hanya tertekan saja. Sejak berhenti Kerja dari rumah Tuan Adam Kirana menjadi lebih sensitif." ucap ibu kuatir."Mungkin, saja dia tertekan bu."timpal Violet pelan." Oh, apa kau kakaknya gadis tadi? "tanya Kenan penasaran." Iya, betul tuan. Saya Violet kakaknya Kirana. "sahut Violet sambil tersenyum manis.Ayah tiba - tiba beranjak dari ruang tamu. Meninggalkan ibu, Violet dan Kenan." Violet, tolong temani Kenan mengobrol dulu! Ayah mau k
"Tuan Adam?" sahut keduanya bersamaan. "Iya, saya ibu. Dan, anda pasti kakaknya Kirana bukan?" ucap tuan Adam pelan. "Iya, betul. Kirana, kembalilah bersamanya. Ibu mohon. Itu jalan satu-satunya untukmu. Agar hutangmu bisa cepat lunas." ujar ibu pelan. "Kalian kenapa sih? Dari kemarin kalian seperti memojokkanku terus menerus. Kalian seperti tidak senang kalau aku di sini. Dan, kalian lebih memilih aku bekerja lagi pada Tuan Ada. Apa alasannya?" sembur Kirana kesal. "Tidak, Kirana kami tentu saja senang kau di sini. Kami hanya berharap itu lebih baik untukmu karena dengan bekerja pada Tuan Adam. Separuh hutangmu bisa lunas. Dan, kau tidak perlu susah payah mencari uang untuk hanya untuk membayar hutang pada Tuan Adam. "ujar ibu panjang lebar. " Ah, sudahlah. Nanti aku pertimbangkan lagi. Sekarang lebih baik Tuan pulang saja. Nanti, akan aku kabari. "sahut Kirana kesal. " Benarkah? Aku harap kau
" Ayo, Violet. Keluar dari sini biarkan Kirana sendiri dan memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Dia butuh waktu untuk mempertimbangkan lagi semua ini. "ajak ibu pada Violet." Baik bu. Aku akan keluar dari sini. "sahut Violet lagi. Dan, meninggalkan Kirana sendirian yang tampak sedang memikirkan masalah ini sambil menatap cermin." Apa ini keputusan yang benar ya? Tapi, kenapa semua orang pada marah dengan keputusan yang ku ambil ini. Apa aku salah? Atau mereka mengharapkan lebih dariku?" batin Kirana dalam hati.Kirana memijat pelipisnya pusing. Dan, Kirana pun tertidur lelap.Tok! Tok!" Kirana, Kirana, bangun! Ayo, makan dulu! Nanti kamu sakit. "ujar ibu pelan.Kirana membuka matanya pelan. Mengembalikan kesadarannya perlahan. Dan, perlahan Kirana turun dari tepi tempat tidurnya."Iya, bu. Ada apa?" tanya Kirana bingung."Ada apa? Kamu tidak mau makan?" tanya ibu jengk
"Ini, coba kau lihat selebaran ini. Ada orang di kota yang sedang mencari asisten Rumah Tangga. Coba kau lihat gajinya sangat besar. Bisa untuk kita makan selama 5 bulan. Tapi, disini tidak ada kontak yang bisa di hubungi. Pelamar hanya diharuskan datang ke sebuah rumah. Nanti akan dipanggil untuk wawancara satu demi satu. Kalau majikannya cocok dengan kamu. Dia akan langsung memberi bonus sebesar 5 juta. Besar kan, bukankah kau punya banyak hutang dengan tuan Adam? Kalau kau diterima bekerja di tempat ini. Kau bisa langsung melunasi hutangmu. Bagaimana? Bukankah itu ide bagus? " tutur Angel sambil tersenyum bangga. "Betul juga, baiklah akan kucoba. Terima kasih, Angel. Aku akan datang kesana hari ini juga. Semoga saja aku di terima." ujar Kirana penuh harap. Kirana pun berganti pakaian. Dan, ia bersiap menuju rumah tersebut. Perjalanan
Sontak, mata Kirana melotot kesal. Sekaligus malu. Kirana sama sekali tidak menduga kalo tuan Adam akan berbuat seperti itu. Berlutut di hadapan Kirana. Selama ini, Kirana tahu betul kalo tuan Adam itu adalah pria kejam dan berhati iblis. Sekarang, tiba-tiba tuan Adam merendah di hadapan Kirana. Tuan Adam melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Wajah Kirana pun memerah. Tampak beberapa pasang mata sedang menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan. "Tuan, apa yang tuan sedang lakukan? Bangun tuan, tidak enak dilihat orang. Nanti, aku dipikir mereka melakukan sesuatu pada tuan." mohon Kirana merasa tidak enak hati. Kirana jadi serba salah dibuatnya. "Katakan dulu padaku, jika kau setuju ikut denganku. Dan, kembali bersamaku. Baru aku akan bangun. Kalau kau tidak bersedia, aku akan terus berlutut seper
Tuan Adam memaksa untuk masuk ke rumah gadis kecil. Sebenarnya, tuan Adam ingin mendorong ibu Kirana minggir dan tuan Adam ingin masuk. Melihat langsung apakah benar gadis kecil itu ada di dalam atau tidak. Tapi, tuan Adam takut kalau dirinya nanti di tuduh melakukan kekerasan pada wanita. Padahal, wanita itu jelas bukan siapa-siapa tuan Adam. Biar Bagaimana pun, tuan Adam tetap tidak pernah menyiksa kaum Hawa. Meskipun, ia dikenal sebagai pria berhati iblis. Namun, tetap berhati malaikat. Tuan Adam suka kasihan sendiri jika melihat wanita yang teraniaya."Kenapa anda sepertinya takut, bu? Kalau saya masuk ke rumah anda. Apa Anda menyembunyikan sesuatu di dalam rumah? Orang atau barang mungkin yang mencurigakan? Atau sebenarnya gadis kecil itu memang ada di dalam rumah anda. Tapi, anda sengaja tidak ingin dia kembali ke rumah saya. Karena mungkin anda kecewa mungkin takut anak anda terluka lagi. Jadi, anda ingin melindunginya mungkin. " tuduh
"Astaga, jadi itu penyebabnya kau kelihatan tersengal-sengal. Karena kau dikejar oleh tuan Adam. Kasihan sekali kau. Tapi, tuan Adam tidak tahu kan, kalau kau tinggal di sini?" tanya Alex sedikit kuatir. "Tidak, tuan. Aku sudah pastikan dia tidak mengikutiku kesini." ujar Kirana pelan. Kirana tidak yakin pada dirinya sendiri. Tidak yakin apakah tuan Adam benar tidak mengikutinya atau tidak? Tapi, setau Kirana tidak mengikutinya. "Uh, hampir saja jadi masalah. Kalo tuan Adam mengikutiku sampai kemari. Aku bisa kena marah oleh tuan Alex. Dan, pastinya aku akan merasa tidak enak karena susah menumpang di sini. Malah akan membawa mereka ke dalam masalah baru. Tuan Adam, tuan Adam memang pria yang satu itu sangat menyusahkan sekali. Jangan sampai aku berurusan dengan pria yang satu itu sekali lagi. "batin Kirana dalam hati.