"Apa? Ketiduran? Kau pikir aku membawamu ke rumahku dan memberikan kamu makan gratis hanya untuk santai-santai? Begitu?" bentak tuan Adam kesal. Kala melihat Kirana sedang duduk santai di atas sofa dan tengah menonton televisi.
"Maaf, tuan. Saya tau tuan tidak memberikan saya makan dan tinggal disini hanya untuk tidur. Saya tau saya harus bekerja. Tapi, tubuh saya memang lemas. Jadi, bolehkah saya istirahat dulu. Siapa tau rasa lemasku bisa hilang, setelah istirahat. " pungkas Kirana dengan nada memohon. Meski, Kirana tau mata tuan Adam tengah menatap tajam Kirana.
"Ah, alasan saja kamu! Jangan-jangan, kamu cuma berpura-pura lemas, ya. Supaya saya tidak menyuruhmu bekerja, bukan? Supaya kamu bisa santai berbaring di tempat tidur seharian. Dan tidak aku ganggu, iya kan? Atau nanti setelah aku pergi. Kau malah ngobrol di telepon dengan pacarmu atau mungkin temanmu. Betul kan? " hardik tuan Adam kesal. Matanya melotot tajam menatap dalam ke arah Kirana.
Kirana hanya menunduk ketakutan. Ia tidak berani memandang tuan Adam. Mulutnya ingin mengutarakan protes pada tuan berhati iblis itu. Namun, mata tuan Adam yang tengah menatapnya tajam. Tak sedikitpun berpaling. Kirana jadi salah tingkah dibuatnya.
"Benar-benar bos yang tidak berkeprikemanusiaan!" batin Kirana dalam hati. "Masa pembantunya sakit saja tidak boleh istirahat meski hanya sebentar saja," gumam Kirana pelan.
"Eh, kamu itu kalo bicara jangan dibelakang orangnya. Bicara di depan. Kamu nggak senang aku marahin kamu dan juga larang kamu untuk santai. Hah?"maki tuan Adam kesal. Wajah tuan Adam memerah karena menahan amarah.
"Tapi, tuan aku benar sedang sakit. Aku tidak bohong, tuan" protes Kirana lagi pelan. Setengah memohon. Namun, tetap saja tuan Adam tak memberikan sedikit belas kasihan pada Kirana. Tidak peduli apapun yang Kirana alami. Kirana tetap harus bekerja.
"Aku tidak peduli apapun alasanmu. Kamu tetap harus bekerja! Dan, jangan berani membantahku! Aku ini bosmu! Atau kau mau kupecat dan membayar 2x lipat padaku! Kenapa kau yang mengaturku" hardik tuan Adam kesal.
Sebenarnya, tuan Adam kasihan dengan Kirana. Tapi, tuan Adam tetap harus berlaku keras pada Kirana. Semata-mata hanya supaya Kirana punya tanggung jawab.
"Apa? 2xlipat tuan? Itu namanya pemerasan tuan! Ini tidak ada di surat kontrak yang kemarin aku stempel. Kenapa sekarang ada syarat seperti itu? Tuan sengaja ya, memeras aku supaya aku terus bekerja di rumah tuan sampai aku tua. "protes Kirana lagi, kesal. Kirana memasang wajah cemberut.
"Jangan pasang wajah seperti itu, jelek tau! Kau lebih mirip makhluk hijau berlumut daripada seorang gadis kecil." ejek tuan Adam jengkel.
"Biar aja, wajahku ini. Bukan wajah tuan yang cemberut. Kalo wajah tuan mungkin....," Kirana memutus ucapannya sesaat karena ragu.
"Apa? Kalo wajahku mungkin apa? Kau ini memang ingin mengejekku saja kan?" sembur tuan Adam kesal.
"Aku tidak ingin mengejek tuan. Tuan saja yang menuduh aku. Aku ini tidak seperti tuan yang punya hobi marah-marah. Nanti, cepet tua loh tuan!" ujar Kirana kesal.
"Itu memang tidak ada disurat itu. Tapi, aku kan bosmu. Aku yang berhak menambahkan syarat-syarat itu. Aku hanya menambahkan yang menguntungkanku
Bukan yang menguntungkan. Apa aku harus melapor padamu setiap aku menambahkan syarat-syarat itu? " pungkas tuan Adam semakin jengkel.Tuan yang satu ini benar-benar menyebalkan. Seenaknya saja dia menambahkan syarat-syarat yang hanya menguntungkan dia. Dan merugikan aku.
"Dasar tuan curang! Mana bisa tuan seenaknya begitu menambahkan point yang hanya menguntungkan tuan dan merugikan aku." protes Kirana kesal. Rasanya, Kirana ingin merobek kertas itu menjadi seepihan kecil. Sampai tuan Adam tidak bisa mengambilnya kembali.
"Sudah sana kerja, itu piring belum kamu cuci. Pakaian juga belum kamu setrika!Mau sampai kapan kamu protes di depanku?" tanya tuan Adam kesal. Kala melihat Kirana masih memasang wajah cemberut.
"Baik, tuan akan saya kerjakan." jawab Kirana pelan. Meski wajahnya masih di tekuk dan mulutnya masih komat-kamit menyuarakan protes sekaligus juga sumpah serapah untuk tuan Adam.
Baru saja ia berdiri tubuhnya sudah oleng dan ia terjatuh. Sekelilingnya menjadi gelap. Keringat dingin mengalir membasahi wajah Kirana. Dan Kirana pun tak sadarkan diri. Bahkan kakinya saja sudah tidak kuat menahan beban tubuhnya. Kirana terjatuh ke lantai. Namun sebelum Kirana jatuh menyentuh lantai. Kedua tangan kekar milik tuan Adam dengan sigap menangkap tubuh kecil milik Kirana. Dan Kirana pun ada dalam dekapan tuan Adam.
"Tuan, sepertinya nona ini benar - benar sakit! Tubuhnya panas. Ia demam, tuan." ucap pria berotot itu.
Tuan Adam segera memegang kening Kirana. Rasa hangat berbaur dengan keringat dingin Kirana membasahi tangan tuan Adam.
Tuan Adam bergegas menggendong tubuh kecil Kirana masuk ke dalam kamar tidurnya. Di baringkannya tubuh Kirana di atasnya. Tuan Adam menyapu kening Kirana dengan sapu tangan miliknya.
"Cepat panggilkan dokter ke sini! Supaya dia bisa segera diperiksa." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu.
"Baik, tuan. Segera saya panggilan dokter ke sini." sahut pria berotot itu segera bergegas keluar. "Sepertinya, tuan Adam suka dengan gadis itu. Cara tuan Adam memperlakukan gadis itu berbeda dari caranya memperlakukan gadis-gadis sebelumnya." batin pria berotot itu yang di panggil Alex. Sambil tersenyum manis.
"Huh! Menyusahkan sekali gadis ini!" tuan Adam segera mencuci tangannya yang lengket terkena keringat Kirana.
"Kecil tapi berat juga gadis kecil ini." batin tuan Adam dalam hati. Tubuh Kirana memang kecil tapi terasa berat ketika tuan Adam menggendongnya menuju ke kamarnya.
Tok! Tok!
"Tuan, ini saya Alex. Saya sudah membawa dr Andi bersama saya." ucap Alex, pria berotot itu pelan. "Apa saya boleh masuk?" tanya Alex lagi hati-hati.
"Silahkan masuk." sahut tuan Adam ketus.
Dokter Andi pun segera memeriksa kondisi Kirana dengan teliti.
"Bagaimana kondisinya?" tanya tuan Adam ketus sekaligus penasaran. Karena tuan Adam melihat Dokter Andi hanya menggunakan stetoskopnya. Tuan Adam curiga jangan-jangan dokter Andi tidak tahu Kirana menderita penyakit apa.
"Dasar tidak kompeten!" batin tuan Adam dalam hati.
"Tidak apa-apa. Tidak ada yang serius. Gadis ini hanya kelelahan. Hanya perlu istirahat saja, besok juga pulih. Ini saya kasih Vitamin saja. Kasih dia minum 3 x sehari agar cepat sembuh." ujar dr Andi panjang. Tuan Adam hanya mengangguk pelan.
"Tunggu! Tapi, kenapa tubuhnya panas? Apa dia demam? Kalo dia kelelahan saja tidak mungkin demam, kan?" tanya tuan Adam lagi.
"Oh, demam. Tapi, dari hasil pemeriksaan saya. Gadis ini tidak menderita penyakit apapun. Dia hanya kelelahan saja. Mungkin saja, dia tidak terbiasa bekerja keras. Dan, sekali dia bekerja keras maka akan jadi seperti ini. Tubuhnya ambruk." tutur dokter Andi panjang.
"Baik, saya mengerti. Kalau sudah selesai silahkan Anda pergi dokter." usir tuan Adam kesal.
"Baik, tuan. Kalo begitu saya permisi dulu." sahut dr Andi sopan.
"Apa karena aku gadis ini jatuh sakit? Apa aku terlalu memaksa gadis ini untuk terus bekerja? Kalau saja, tadi aku mendengar keluhannya. Kalau tubuhnya lemas mungkin tidak akan jadi seperti ini," gumam tuan Adam pelan.
Tuan Adam pun memijat pelipisnya. Pusing. Semalaman, tuan Adam berjaga di dalam kamar Kirana. Tuan Adam kuatir Kirana akan mengigau atau mungkin Kirana akan demam lagi dan semakin tinggi.
"Huh! Gadis ini benar-benar menyusahkan saja. Bukannya, dia yang mengurusku. Malah aku yang mengurus dia. Sekarang, sudah tampak aku yang pembantu dan dia bos nya.
Alex, tolong Ambil kan sedikit nasi beserta lauknya. Dan bawa ke sini. Gadis ini harus makan walau sedikit." perintah tuan Adam pada Alex anak buahnya.
" Tapi, tuan gadis ini kan, belum siluman? Bagaimana mungkin tuan mau memberinya makan? Apa tuan akan memaksa gadis ini untuk makan. Meskipun, dia belum siluman. Sebaiknya, tuan jangan coba-coba menyuapi gadis ini saat dia belum siuman seperti ini. Nanti dia bisa tewas karena tersedak. "ujar Alex panjang.
" Kau bisa diam atau tidak? Atau aku perlu menutup mulutmu dengan kain kotor supaya kau diam. Atau kau yang mau kubuat tewas tersedak? Atau mungkin kau sudah bosan bekerja denganku dan minta di pecat? Baik, aku dengan senang hati akan memecatmu sekarang juga! hardik tuan Adam jengkel.
"Tidak, tuan! Maafkan, saya. Baiklah, saya akan bawakan nasi ya. Tapi, tolong jangan pecat saya, ya? Bukankah saya ini pengawal tuan yang paling bisa di andalkan daripada yang lain?" rayu Alex manis.
"Oh, ternyata kau takut juga yah dengan ancamanku. Ya, sudah kali ini aku ampun kau. Sudah sana, cepat ambil kan nasi beserta lauknya itu." perintah tuan Adam tak sabar.
"Baik, tuan. Akan segera saya ambilkan."sahut Alex anak buah andalannya itu. Segera bergegas menuju meja makan sebelum tuan Adam marah-marah lagi.
"Tuan, sepertinya kuatir sekali dengan gadis ini. Sampai semalaman tuan Adam menjaga gadis itu. Tuan takut gadis itu demam atau mengigau. Cara tuan memperlakukan gadis ini meski kesal tapi berbeda. Tuan kini penuh cinta. Itu tak bisa di sembunyikan lagi. Meskipun Tuan berusaha menyembunyikannya dari gadis itu juga dariku.
"Hmm..gadis ini sangat cantik kalo diperhatikan dari dekat. Bibirnya yang mungil, kulitnya juga putih bersih."batin tuan Adam dalam hati.
"Eh, apa yang sedang aku pikirkan? Kenapa aku malah melantur. Memikirkan sesuatu yang tidak penting." batin tuan Adam dalam hati.
Tok! Tok!
"Tuan ini saya Alex. Ini saya sudah membawa makanannya." ujar Alex sambil menyerahkan sepiring nasi lengkap dengan lauknya.
"Baik, terima kasih." sahut tuan Adam lagi. "Letakkan saja diatas meja itu! Dan, kau boleh pergi." usir tuan Adam kesal.
"Apa ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Alex pada tuan Adam dengan sopan. Sambil sesekali melirik tuan Adam dan gadis itu bergantian.
"Tidak!" jawab tuan Adam singkat. "Tunggu saja diluar! Nanti, kalau aku butuh bantuanmu baru akan kupanggil kau." ujar tuan Adam kesal.
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu tuan Adam," pamit Alex pada tuan Adam. Alex pun mundur ke belakang dan menutup pintu kamar Kirana dengan pelan
Tuan Adam hanya mengangguk pelan.
"Astaga! Apa yang aku pikirkan sebenarnya? Aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Dia hanya pembantuku bukan kekasihku. Kekasihku hanya satu Vania.
Vania, dimana kamu sebenarnya? Kenapa kamu pergi meninggalkanku? Karena kamu, aku jadi pria berhati iblis. Apa aku tidak cukup tampan untuk menjadi kekasihku? Aku menutup pintu hatiku selama 4 tahun untuk semua cinta. Tidak sedikit gadis-gadis diluar sana yang menyatakan cinta padaku namun pada akhirnya mereka lari ketakutan karena hati iblisku. Rumor itu menyebar begitu saja."batin tuan Adam dalam hati.
"Apa kau masih mengingatku Vania? Aku sungguh kehilangan dirimu," gumam tuan Adam pelan.
Tuan Adam pun menyendok satu suapan nasi dan menyuapi gadis itu sedikit demi sedikit.
"Aku tidak ingin makan, tuan. Mulutku pahit. Sayur nya jadi terasa hambar." tolak Kirana.
"Tapi, kau tetap harus makan. Karena kau harus minum vitamin. Tadi, aku sudah memanggil dokter dan memeriksamu. Kata dokter, kau kelelahan. Jadi, cepat makan jangan cerewet kau!" bentak tuan Adam kesal. Ia segera menyuapi nasi itu ke dalam mulut kecil Kirana.
"Pelan-pelan, tuan. Sedikit saja. Mulutku kecil tidak bisa menampung nasi dan sayur itu dalam jumlah yang banyak. Bisa-bisa, aku mati tersedak nantinya." sungut Kirana kesal.
"Dasar cerewet kamu! Sudah bagus aku suapi kamu." maki tuan Adam kesal.
"Tidak ada meminta pada tuan untuk menyuapiku. Sini aku yang makan sendiri saja!" ucap Kirana kesal.
Kirana segera merebut piring itu dari tangan tuan Adam.Mata tuan Adam melotot tajam ke arah Kirana. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk menarik piring itu dari tangan tuan Adam.
"Baiklah tuan saja yang menyuapiku." ujar Kirana pelan.
"Oh, jadi sekarang kau sudah berani memerintahku? Aku ini bosmu! Bukan kau tapi aku!" ucap tuan Adam dengan nada menyindir.
"Maaf, tuan saya tidak mungkin berani memerintah tuan. Saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Hanya itu tuan. Benar, saya tidak ada maksud untuk memerintah tuan kok." pungkas Kirana.
".Sudah! Sudah! Cepat kau habiskan saja makanmu. Aku masih banyak pekerjaan. Pekerjaanku bukan hanya untuk mengurusmu saja." ujar tuan Adam tak sabar.
"Baik, tuan ini juga sudah cepat. Aku tidak bisa makan lebih cepat lagi. Nanti tersedak." ucap Kirana kesal.
Tiba-tiba rasa mual menderanya. Dan, parahnya Kirana tidak sempat lari ke toilet.
Huek!
Kirana mengeluarkan semua isi perutnya bahkan menyemburkan makanan dari mulutnya itu tepat ke baju tuan Adam. Sontak tuan Adam marah dan menutup hidungnya dengan kedua tangannya.
Tuan Adam segera berlari keluar dan menuju kamar mandi di kamarnya. Dan mandi.
"Dasar brengsek! Beraninya gadis kecil ini menyemburkan isi mulutnya ke bajuku yang mahal ini! Awas saja dia! Akan ku potong gajinya." maki tuan Adam kesal.
Setelah selesai membersihkan seluruh tubuhnya. Tuan Adam pun kembali ke kamar Kirana.
"Hei, gadis kecil! Cepat bersihkan lantai itu. Bau sekali disini! Awas kalau tidak bersih akan kupotong gajimu 2x lipat." hardik tuan Adam kesal.
"Baik, tuan. Akan segera saya bersihkan." sahut Kirana pelan. Memang, sulit bekerja dengan pria kaya seperti tuan Adam suka memerintahkan seenaknya saja.
"Aduh! Kalau begini terus bagaimana aku bisa mendapat pacar yang kaya? Dan bisa menjadi orang kaya juga? Keluar dari rumah ini saja sulit rasanya. Tuan Adam hanya menyuruhku kerja, kerja, dan kerja. Kalo aku tau tuan Adam sangat kejam hanya menyuruhku kerja dan kerja. Kalau aku tau akan seperti ini jadinya aku tidak mungkin akan bekerja pada tuan Adam. Aku pasti akan menolak mentah-mentah rencana tuan Adam untuk mempekerjakanku sebagai pembantu di rumahnya. "batin Kirana dalam hati. Tapi, aku penasaran juga dengan tuan Adam. Setiap hari banyak wanita yang menyatakan rasa sukanya pada tuan Adam tapi tuan Adam tidak bergeming sedikitpun. Apa tuan Adam itu tidak menyukai wanita ya? Jangan-jangan, dia gay? Karena tidak sedikit wanita yang datang untuk menyatakan rasa sukanya pada tuan Adam bahkan melamar tuan Adam. Dan, mereka juga dari kalangan orang terpandang. Beda dengan aku yang hanya seorang gadis miskin."batin K
"Aku tidak mau tahu alasanmu! Kau tetap harus dihukum karena telah melanggar perjanjian denganku. Aku sudah mengingatkan padamu kalau kau dilarang keluar apalagi tengah malam seperti ini! Mulai sekarang, ketika kamu mau pergi keluar kamu harus minta ijin dulu padaku. Kalau ada orang jahat, dan kamu dilukai tidak ada orang yang tahu. Aku bisa rugi kalo begini.Selama ini, aku sudah memberi kamu makan gratis bahkan tidur gratis. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa dan kau belum membayar lunas hutangmu padaku. Aku yang rugi! "sembur tuan Adam sambil menunjuk-nunjuk Kirana. Lagi-lagi, hutang, hutang, dan hutang. Tuan Adam selalu menyangkut pautkannya dengan hutang. Kirana jadi kesal dibuatnya " Kenapa sih, tuan selalu menyangkut pautkannya dengan hutang? Aku juga tau kalau hutangku banyak. Tidak perlu tuan ingatkan terus menerus." protes Kirana kesal.
"Apa? Kau sungguh tidak bisa di mengerti tuan Adam. Kenapa ketika Kirana pergi dengan orang lain dia tidak diizinkan? Tapi, ketika pergi denganmu diizinkan? Apa kau tidak percaya padaku tuan? Aku bisa menjaga Kirana dengan baik. Jadi, tolong sekali saja ijinkanlah Kirana besok pergi denganku. Aku ingin mengajaknya pergi ke gunung besar di pulau G. Apakah boleh?"tanya Edward Jengkel. Menurut Edward, tuan Adam itu terlalu overprotektif. Tuan Adam tidak mengijinkan Kirana pergi bersamanya. Melihat Kirana pergi bersama tuan Adam menimbulkan rasa cemburu pada hati Edward. Edward kesal setengah mati melihat pemandangan itu. Memang Kirana tidak bergandengan tangan atau bermesraan dengan tuan Adam. Tetapi, tetap menimbulkan rasa cemburu pada hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bagi Kirana mengetahui kalau Edward menyukainya. Hanya saja, Kirana mengacuhkannya. Kirana tidak mau jatuh cinta pada Edward, pria miskin dari kampungnya itu. Kalau Kirana menikah dengan Edward, mimpinya u
"Tuan, lapor kalau gadis kecil itu telah diculik oleh pria yang tuan temui di pasar malam." lapor Alex pada tuan Adam. "Apa? Jadi, pria itu yang menculik gadis kecil itu. Cari pria itu sampai ketemu dan bawa dia ke hadapanku. Kalo perlu secret dia." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu. "Baik, tuan. Kami akan segera mencarinya." ucap Alex. "Ayo, kita cari pria itu! Secret dia kalo dia membangkang!" perintah Alex pada para bawahannya itu. "Baik, pak. Akan kami cari." ujar mereka kompak. **** "Hei, jadi kamu sembunyi di gudang tua? Kamu takut sama saya. Kalo takut, kenapa kamu berani menculik gadis itu?" tanya tuan Adam kesal. "Kamu sepertinya panik sekali ya?
" Tralala...,lalala...,"nyanyi Kirana di perjalanan menuju rumah tuan Adam. "Nona, kelihatannya sangat senang sekali hari ini. Apa karena bisa liburan? Atau karena pria tampan tadi?" tanya Alex penasaran. "Kamu mau tau saja." ucap Kirana pelan. "Tidak mau tau. Tapi, cuma penasaran saja. Apa yang membuat nona sangat senang?" sahut Alex tenang. "Tentu saja karena keduanya. Pertama, aku sangat senang karena aku bisa liburan meskipun hanya 1 hari. Dan kedua, aku bisa bertemu dengan pria tampan tadi. Dan, aku juga sangat senang karena aku bisa membeli barang yang aku inginkan." tutur Kirana tampak bahagia. "Syukurlah, kalo nona senang. Berarti, saya bisa melaporkan hal yang baik pada tuan. Siapa tau, nanti tuan akan memberi nona liburan lagi?" ujar Alex pelan.
"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam. "Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan. Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati. Tok! Tok! "Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam. "Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan. "Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung. "Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Paket dari siapa itu?" tanya tuan Adam yang kebetulan lewat di depan Alex yang sedang membuka paket. "Ini buket bunga mawar, tuan. Tapi, saya juga tidak tahu siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ini ada selembar kertas tapi hanya tertulis kata-kata pendek yang sepertinya memang ditujukan untuk nona Kirana, tuan." tutur Alex heran. "Buket bunga? Untuk Kirana? Aneh, sebenarnya siapa yang mengirimnya? Hanya ada dua orang yang akan mengirim ini. Kalo bukan pria itu, lalu pasti satu lagi adalah Erik.Iya, mungkin Erik." ujar tuan Adam yakin. "Tidak, mungkin tuan. Pasti pengirimnya bukan tuan Erik. Kalo menurutku mungkin ini dari pria itu. Kemarin saat, dia datang dan tuan mengusirnya pria itu kelihatan tampak sangat putus asa." ucap Alex pada tuan Adam. "Bisa jadi. Buang saja buket b
"Siapa gadis kecil tamunya?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. "Bukan siapa-siapa tuan. Sepertinya, hanya orang iseng tuan." sahut Kirana dengan suara keras. "Oh ya, sudah. Sebaiknya kau masuk saja. Kalo cuma orang iseng. Jangan berlama-lama diam di luar." ucap tuan Adam lagi. "Baik, tuan. Ini aku juga mau masuk." sahut Kirana tak kalah keras. "Pulanglah. Dan, jangan datang lagi. Karena, aku tak mau bertemu lagi denganmu." usir Kirana kesal. "Sekali lagi, aku minta maaf, Kirana. Maaf, karena aku telah menyakitimu dan membuatmu terluka berkali-kali." ucap Edward penuh penyesalan. "Sudahlah, lupakan saja! Akan lebih baik bagi kita jika kita tidak bertemu lagi." ujar Kirana lagi. "Kau
"Baiklah, aku akan pulang. Asal kau janji akan datang ke rumahku. Kalau tidak aku akan datang lagi ke rumahmu. Dan, aku tidak peduli dengan ayahmu. Aku tetap akan datang ke sini." sahut Tuan Adam jengkel. "Iya, aku janji tuan. Tuan tidak perlu kuatir dengan itu. Terserah tuan saja, mau datang lagi atau tidak." sahut Kirana pelan. "Baiklah, akan kuingat itu. Kau janji ya akan datang ke rumahku. Akan kutunggu. Lebih baik kau cepat datang." ujar Tuan Adam pelan. "Iya, tuan. Aku janji akan datang je rumahmu. Hanya ke rumahmu saja, bukan?" tanya Kirana lagi penasaran. "Bukan hanya ke rumahku. Tapi, aku ingin kau bekerja kembali seperti dulu lagi. Bagaimana?" tanya Tuan Adam lagi. "Apa? Bekerja lagi? Kalau itu akan ku pikirkan lagi, Tuan
"Maksudmu, tuan Kenan? Dia bukan tamu ayah. Tapi, lebih tepatnya dia adalah jodoh dari Ayah untukmu." sahut Violet pelan."Apa kau bilang? Jodoh dari Ayah? Untukku? Tidak. Aku tidak mau menikah dengan tuan muda itu. Aku bisa mencari sendiri kekasihku nanti." tolak Kirana kesal."Apa kau masih mencintai tuan Adam?" tanya Violet penuh selidiki. "Tidak! Kata siapa aku masih mencintai Tuan Adam? Aku hanya bilang kalo aku bisa mencari sendiri kekasihku. Jadi, tidak perlu ayah membantu mencarikan pria lain. Aku bahkan tidak kenal dengan pria itu lantas kenapa aku harus menerima perjodohan ini?" bantah Kirana panjang lebar. "Yah, baiklah itu terserah padamu. Kalo itu menurutmu baik lakukanlah. Aku akan mencoba membujuk ayah agar berhenti menjodohkanmu dengan pria lain." jawab Violet bijak. Mata Kirana melongo lebar. Ia
"Biarkan saja, dia. Mungkin lagi kesal saja, nanti juga dia akan baik lagi. Dia hanya kesal padaku karena aku membela Kenan. Itu saja." ujar ayah pelan."Apa? Dia marah dengan Kenan? Hanya karena ayah membela Kenan? Lagipula, kenapa ayah membela pria lain di depan Kirana?" ucap ibu pelan."Lalu, aku harus membela siapa? Kirana? Gadis itu memang semakin sulit kumengerti. Banyak berubah." ucap ayah bingung."Sudahlah, Ayah mungkin Kirana hanya tertekan saja. Sejak berhenti Kerja dari rumah Tuan Adam Kirana menjadi lebih sensitif." ucap ibu kuatir."Mungkin, saja dia tertekan bu."timpal Violet pelan." Oh, apa kau kakaknya gadis tadi? "tanya Kenan penasaran." Iya, betul tuan. Saya Violet kakaknya Kirana. "sahut Violet sambil tersenyum manis.Ayah tiba - tiba beranjak dari ruang tamu. Meninggalkan ibu, Violet dan Kenan." Violet, tolong temani Kenan mengobrol dulu! Ayah mau k
"Tuan Adam?" sahut keduanya bersamaan. "Iya, saya ibu. Dan, anda pasti kakaknya Kirana bukan?" ucap tuan Adam pelan. "Iya, betul. Kirana, kembalilah bersamanya. Ibu mohon. Itu jalan satu-satunya untukmu. Agar hutangmu bisa cepat lunas." ujar ibu pelan. "Kalian kenapa sih? Dari kemarin kalian seperti memojokkanku terus menerus. Kalian seperti tidak senang kalau aku di sini. Dan, kalian lebih memilih aku bekerja lagi pada Tuan Ada. Apa alasannya?" sembur Kirana kesal. "Tidak, Kirana kami tentu saja senang kau di sini. Kami hanya berharap itu lebih baik untukmu karena dengan bekerja pada Tuan Adam. Separuh hutangmu bisa lunas. Dan, kau tidak perlu susah payah mencari uang untuk hanya untuk membayar hutang pada Tuan Adam. "ujar ibu panjang lebar. " Ah, sudahlah. Nanti aku pertimbangkan lagi. Sekarang lebih baik Tuan pulang saja. Nanti, akan aku kabari. "sahut Kirana kesal. " Benarkah? Aku harap kau
" Ayo, Violet. Keluar dari sini biarkan Kirana sendiri dan memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Dia butuh waktu untuk mempertimbangkan lagi semua ini. "ajak ibu pada Violet." Baik bu. Aku akan keluar dari sini. "sahut Violet lagi. Dan, meninggalkan Kirana sendirian yang tampak sedang memikirkan masalah ini sambil menatap cermin." Apa ini keputusan yang benar ya? Tapi, kenapa semua orang pada marah dengan keputusan yang ku ambil ini. Apa aku salah? Atau mereka mengharapkan lebih dariku?" batin Kirana dalam hati.Kirana memijat pelipisnya pusing. Dan, Kirana pun tertidur lelap.Tok! Tok!" Kirana, Kirana, bangun! Ayo, makan dulu! Nanti kamu sakit. "ujar ibu pelan.Kirana membuka matanya pelan. Mengembalikan kesadarannya perlahan. Dan, perlahan Kirana turun dari tepi tempat tidurnya."Iya, bu. Ada apa?" tanya Kirana bingung."Ada apa? Kamu tidak mau makan?" tanya ibu jengk
"Ini, coba kau lihat selebaran ini. Ada orang di kota yang sedang mencari asisten Rumah Tangga. Coba kau lihat gajinya sangat besar. Bisa untuk kita makan selama 5 bulan. Tapi, disini tidak ada kontak yang bisa di hubungi. Pelamar hanya diharuskan datang ke sebuah rumah. Nanti akan dipanggil untuk wawancara satu demi satu. Kalau majikannya cocok dengan kamu. Dia akan langsung memberi bonus sebesar 5 juta. Besar kan, bukankah kau punya banyak hutang dengan tuan Adam? Kalau kau diterima bekerja di tempat ini. Kau bisa langsung melunasi hutangmu. Bagaimana? Bukankah itu ide bagus? " tutur Angel sambil tersenyum bangga. "Betul juga, baiklah akan kucoba. Terima kasih, Angel. Aku akan datang kesana hari ini juga. Semoga saja aku di terima." ujar Kirana penuh harap. Kirana pun berganti pakaian. Dan, ia bersiap menuju rumah tersebut. Perjalanan
Sontak, mata Kirana melotot kesal. Sekaligus malu. Kirana sama sekali tidak menduga kalo tuan Adam akan berbuat seperti itu. Berlutut di hadapan Kirana. Selama ini, Kirana tahu betul kalo tuan Adam itu adalah pria kejam dan berhati iblis. Sekarang, tiba-tiba tuan Adam merendah di hadapan Kirana. Tuan Adam melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Wajah Kirana pun memerah. Tampak beberapa pasang mata sedang menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan. "Tuan, apa yang tuan sedang lakukan? Bangun tuan, tidak enak dilihat orang. Nanti, aku dipikir mereka melakukan sesuatu pada tuan." mohon Kirana merasa tidak enak hati. Kirana jadi serba salah dibuatnya. "Katakan dulu padaku, jika kau setuju ikut denganku. Dan, kembali bersamaku. Baru aku akan bangun. Kalau kau tidak bersedia, aku akan terus berlutut seper
Tuan Adam memaksa untuk masuk ke rumah gadis kecil. Sebenarnya, tuan Adam ingin mendorong ibu Kirana minggir dan tuan Adam ingin masuk. Melihat langsung apakah benar gadis kecil itu ada di dalam atau tidak. Tapi, tuan Adam takut kalau dirinya nanti di tuduh melakukan kekerasan pada wanita. Padahal, wanita itu jelas bukan siapa-siapa tuan Adam. Biar Bagaimana pun, tuan Adam tetap tidak pernah menyiksa kaum Hawa. Meskipun, ia dikenal sebagai pria berhati iblis. Namun, tetap berhati malaikat. Tuan Adam suka kasihan sendiri jika melihat wanita yang teraniaya."Kenapa anda sepertinya takut, bu? Kalau saya masuk ke rumah anda. Apa Anda menyembunyikan sesuatu di dalam rumah? Orang atau barang mungkin yang mencurigakan? Atau sebenarnya gadis kecil itu memang ada di dalam rumah anda. Tapi, anda sengaja tidak ingin dia kembali ke rumah saya. Karena mungkin anda kecewa mungkin takut anak anda terluka lagi. Jadi, anda ingin melindunginya mungkin. " tuduh
"Astaga, jadi itu penyebabnya kau kelihatan tersengal-sengal. Karena kau dikejar oleh tuan Adam. Kasihan sekali kau. Tapi, tuan Adam tidak tahu kan, kalau kau tinggal di sini?" tanya Alex sedikit kuatir. "Tidak, tuan. Aku sudah pastikan dia tidak mengikutiku kesini." ujar Kirana pelan. Kirana tidak yakin pada dirinya sendiri. Tidak yakin apakah tuan Adam benar tidak mengikutinya atau tidak? Tapi, setau Kirana tidak mengikutinya. "Uh, hampir saja jadi masalah. Kalo tuan Adam mengikutiku sampai kemari. Aku bisa kena marah oleh tuan Alex. Dan, pastinya aku akan merasa tidak enak karena susah menumpang di sini. Malah akan membawa mereka ke dalam masalah baru. Tuan Adam, tuan Adam memang pria yang satu itu sangat menyusahkan sekali. Jangan sampai aku berurusan dengan pria yang satu itu sekali lagi. "batin Kirana dalam hati.