"Aku tidak mau tahu alasanmu! Kau tetap harus dihukum karena telah melanggar perjanjian denganku. Aku sudah mengingatkan padamu kalau kau dilarang keluar apalagi tengah malam seperti ini! Mulai sekarang, ketika kamu mau pergi keluar kamu harus minta ijin dulu padaku.
Kalau ada orang jahat, dan kamu dilukai tidak ada orang yang tahu. Aku bisa rugi kalo begini.Selama ini, aku sudah memberi kamu makan gratis bahkan tidur gratis. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa dan kau belum membayar lunas hutangmu padaku. Aku yang rugi! "sembur tuan Adam sambil menunjuk-nunjuk Kirana.
Lagi-lagi, hutang, hutang, dan hutang. Tuan Adam selalu menyangkut pautkannya dengan hutang. Kirana jadi kesal dibuatnya
" Kenapa sih, tuan selalu menyangkut pautkannya dengan hutang? Aku juga tau kalau hutangku banyak. Tidak perlu tuan ingatkan terus menerus." protes Kirana kesal.
"Maaf, tuan. Saya minta maaf. Saya mengerti saya salah karena telah keluar tanpa seijin tuan. Tapi, hanya sekali ini saja, kok. Ini karena ayahku sakit. Kalau tidak sakit juga aku tidak akan pulang ke rumahku. " ucap Kirana sambil menunduk sebagai tanda menyesal. Tuan Adam hanya menatap Kirana dengan kesal
"Sudah, sana sebaiknya kau mulai bekerja! Jangan membantah terus! Aku tidak mau dengar alasanmu lagi. " perintah tuan Adam kesal. Sambil membentak Kirana. Tubuh Kirana gemetar ketakutan. Karena baru kali ini Kirana melihat tuan Adam marah besar dan membentak Kirana. Tuan Adam melihat tubuh Kirana bergetar hebat. Dan, tuan Adam pun melunak.
"Maafkan, aku. Karena emosi aku jadi membentakmu." ujar tuan Adam merasa bersalah.
"Baik, tuan. Saya kedalam dulu." pamit Kirana pelan. Dengan suara lirih. Tubuhnya masih bergetar.
Kirana, hanya termenung.
Menatap dinding kamarnya kosong. Ia merasa mimpinya untuk mendapatkan hati tuan Adam semakin jauh. Tuan Adam benar-benar sosok lelaki yang sukar ditaklukkan. Kirana jadi semakin bingung. Apakah dirinya akan tetap bekerja di rumah tuan Adam atau berhenti saja? Tapi, hutangnya pada tuan Adam belum lunas.Tapi, Kirana tidak menyerah begitu saja. Kirana teringat pekerjaan yang masih menumpuk. Ia tidak berlama2 termenung. Kirana takut tuan Adam akan memotong gajinya lagi. Kirana mulai mencuci baju dan mencuci piring. Dan pekerjaan lainnya.
"Kirana, pakaian disitu udah dicuci belum? Itu jangan lupa piring-piringnya dicuci juga. Hati-hati! Awas, kalau sampai pecah! Akan ku potong gajimu lagi!" hardik tuan Adam jengkel.
"Sudah tuan, sudah saya bersihkan semuanya." sahut Kirana pelan.
"Ampun, tuan. Jangan dipotong lagi gaji saya. Lama-lama bisa habis kalo tuan potong terus." pinta Kirana dengan wajah memelas.
"Nah, begitu bagus itu. Kamu kerja yang rajin agar aku senang. Siapa tau aku berbaik hati dengan menaikkan gajimu." puji tuan Adam senang.
"Dan, satu lagi. Kenapa kamu yang mengatur? Aku kan, bosnya disini! Jadi aku yang atur semuanya. Mau aku potong atau tidak gajimu itu urusanku. Tugasmu, hanya bekerja saja! Yang rajin. " maki tuan Adam kesal. Tuan Adam paling tidak suka kalau ada yang mengaturnya sekalipun itu pembantunya.
"Maaf, tuan. Besok-besok, saya akan bekerja dan menyelesaikan semuanya sesegera mungkin. Biar gaji saya bisa naik. " ucap Kirana pelan. Dan penuh harap.
****
Tok! Tok!
Pagi-pagi, Kirana sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuk tuan Adam. Namun, baru saja Kirana menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak. Tiba-tiba, terdengar ketukan dari pintu depan rumah tuan Adam.
"Sebentar." Seru Kirana dari dalam rumah. "Siapa sih yang datang bertamu pagi-pagi begini? Apa tuan Adam ada janji dengan seseorang ya?" batin Kirana dalam hati.
Klik!
Kirana terkejut ketika pintu terbuka dan di depan intu rumah tuan Adam tengah berdiri Edward. Temannya. Sudah bukan rahasia lagi kalo Edward itu menyimpan rasa pada Kirana. Namun, Kirana tidak menanggapinya.
"Edward? Kok kamu tau aku bekerja disini? Dari siapa?" tanya Kirana heran. Kirana terkejut. Darimana Edward tau jika Kirana bekerja di rumah tuan Adam. Pasti ada orang yang memberitahunya.
"Dari kakakmu, Angel." sahut Edward singkat.
"Sudah kuduga, si mulut ember itu Angel yang memberitahu Edward. Awas saja, dia nanti kalo ketemu akan kumarahi dia nanti.." batin Kirana dalam hati.
"Ooh, terus ada urusan apa kamu mencariku?" tanya Kirana malas. Kirana enggan berlama-lama melayani Edward. Edward hanya pria miskin dari kampung tempat Kirana tinggal. Tidak lebih. Kalau Kirana menikah dengan Edward dia tidak akan bisa meraih mimpinya itu. Menikahi pria tampan dan kaya. Kirana juga sudah pasti akan dicemooh oleh teman-temannya itu.
"Kirana, nanti malam ada pasar malam di jalan D. Apa kau mau pergi kesana bersamaku?" ujar Edward terus terang. Kirana termenung sesaat.
"Pasar malam, sampai hari ini aku belum pernah datang ke sana. Aku bahkan tak tahu seperti apa pasar malam itu?" batin Kirana dalam hati.
"Pasar malam? Nanti malam? Aku tidak tau. Tapi, akan kuusahakan. Aku sebenarnya sangat ingin melihat pasar malam. Tapi, majikanku mungkin tidak akan mengijinkanku pergi." ucap Kirana sedih. Sesaat Kirana tampak senang. Namun, mengingat tuan Adam. Seketika lenyaplah keinginannya itu.
"Sesuatu yang tidak mungkin." batin Kirana dalam hati. Kirana menggeleng pelan.
"Sepertinya, aku tidak bisa Edward. Maaf, karena majikanku mungkin tidak mengijinkanku pergi ke pasar malam." ujar Kirana lirih.
"Baiklah, nanti malam aku akan datang lagi kesini. Aku akan tunggu jawaban pastinya. Bisa atau tidak. " jawab Edward tenang.
"Terserah kau saja, Edward. Tapi, sebaiknya kau tidak usah datang lagi ke sini nanti malam. Karena kalau majikanku sampai tau aku bisa repot nanti. Bisa di potong lagi gajimu nantinya." sahut Kirana pelan.
"Masa sih, majikanmu sekejam itu. Tapi, kenapa kau masih bekerja di sini? Kenapa kau tidak berhenti saja?" tanya Edward tak percaya.
"Lalu, kalau aku berhenti dari sini. Siapa yang akan menerimaku bekerja kembali? Apa kau mau menggajiku? Masalahnya, hutangku banyak pada majikanku. Apa kau mau membayarkannya?" tanya Kirana pelan.
Edward tidak mungkin dan tidak akan membayarkan hutang Kirana. Karena Edward saja bekerja keras mengumpulkan uang hanya untuk jadi pria kaya yang mungkin akan dilirik Kirana. Padahal tidak usah susah payah seperti itupun Kirana tidak akan melirik Edward.
"Berhenti atau tidak. Itu bukan urusanmu! Sudah lebih baik, pergi saja sana! Nanti majikanku melihatmu. Aku akan dimarahin lagi olehnya. Majikanku tidak suka melihatku ada di luar apalagi sepagi ini bersama seorang pria pula." usir Kirana jengkel. Kirana sangat takut kalau-kalau tuan Adam melihat dirinya sedang berduaan sepagi ini dengan pria lain selain dirinya. Kirana pasti akan kena marah lagi. Dan yang paling Kirana Takutkan adalah potong gaji.
"Apa? Kau akan datang lagi ke sini? Tidak! Tidak! Kita ketemu di ujung jalan saja nanti malam." tolak Kirana buru-buru. Kirana lebih takut di pecat dan di potong gaji oleh tuan Adam.
Bisa makin runyam urusannya kalau sampai Edward datang lagi dan tuan Adam menangkap basah diriku sedang bertemu dengannya.
"Baiklah, kalau begitu. Aku pulang dulu, ya Kirana. Sampai ketemu nanti malam.Aku akan tetap menunggumu. Kuharap kamu bisa datang. " ujar Edward sambil melambaikan tangannya. Kirana hanya diam dan melangkah masuk ke dalam rumah sebelum tuan Adam marah karena sarapan pagi belum tersedia.
" Kirana, tunggu! "teriak Edward. Membuat Kirana terpaksa menoleh lagi.
"Ada apa lagi sih?" tanya Kirana kesal.
"Tidak, hanya ingin melihat wajahmu saja." ucap Edward tidak penting.
"Astaga, iya. Sarapan pagi? Bisa gawat nih! Apalagi kalo tuan Adam sudah bangun. Bisa potong gaji lagi, nih! Ah, gara-gara Edward. Untuk apa sih, pria miskin itu datang menemuiku pagi-pagi? Awas saja Angel yang membocorkan tempatku bekerja pada Edward. Dasar tidak bisa menjaga rahasia! Padahal sudah kupesan agar jangan memberitahu siapapun. "batin Kirana dalam hati.
"Iya, sudah sana cepat pergi!" usir Kirana kuatir kalau-kalau tuan Adam mengetahuinya.
Namun, Kirana tidak menyadari dari dalam sana. Tepatnya dari balik gorden abu- abunya. Ada sepasang mata yang sedang mengamatinya dari sana.
"Gadis kecil ini benar-benar susah diberitahunya. Sarapan pagi belum disiapkan, sekarang pagi hari sudah berduaan bersama pria pula. Bisik-bisik dan berdekatan. Sedang membicarakan apa sih mereka? Sangat mencurigakan?" batin tuan Adam dalam hati. Tuan Adam semakin penasaran. Tuan Adam tak bisa lagi menahan kesabarannya. Tuan Adam pun berteriak marah, memanggil Kirana karena perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi minta untuk diisi sesuatu yang mengenyangkan. Namun, sarapan belum tersedia.
"Siapa laki-laki itu? Untuk apa dia menemui Kirana?" batin tuan Adam dalam hati. Tuan Adam semakin penasaran. Tapi, betapa kesalnya tuan Adam karena dari tempatnya bersembunyi tuan Adam tak bisa mendengar apapun yang dibicarakan oleh Kirana dan pria itu.
"Tidak akan kubiarkan ia, pergi dengan pria itu," gumam tuan Adam pelan. "Apapun yang mereka bicarakan. Aku tidak akan membiarkan Kirana dekat dengan pria itu." batin tuan Adam pelan.
"Pagi, tuan. Tuan sedang apa di sini? Maksud saya sedang mengintip siapa?" tanya Alex penasaran. Alex melihat sekilas dari balik gorden. Dan, tampak Kirana, gadis kecil itu sedang bersama seorang pria. Entah siapa.
"Bukan urusanmu! Kerjakan saja tugasmu atau kau mau kupecat? Tampaknya, kau sudah bosan bekerja denganku, ya?" sembur tuan Adam kesal.
Alex mengerti keinginan tuannya. Alex pun segera ambil langkah seribu sebelum tuan Adam semakin marah padanya.
"Kirana! Kirana! Dimana kau? Mana makanan hari ini?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. Karena tuan Adam melihat Kirana sedang berdua dengan pria lain di depan rumahnya.
"Iya, tuan sebentar! Aku akan masak dulu makanannya." sahut Kirana sambil berlari kecil dari luar. Kirana mengatur napasnya lebih dahulu.
"Darimana saja kamu? Pagi-pagi begini, kau sudah ada diluar! Mana makananku aku lapar!" tanya tuan Adam heran.
"Maaf, tuan. Makanan tuan belum saya masak. Tunggu sebentar, saya akan masak dulu ya, tuan?"ucap Kirana pelan.
"Ya, sudah! Cepat masak sana!" usir tuan Adam kesal.
****
Malam pun tiba, jantung Kirana semakin tak karuan. Ia sibuk membongkar satu persatu bajunya memilih mana yang bagus yang bisa dipakai untuk bertemu dengan Edward malam ini.
"Tidak ada yang bagus. Apa pakai yang ini saja yah?" pikir Kirana dalam hati.
Kirana pun segera mengganti bajunya dengan dress satu-satunya yang ia miliki.
Tok! Tok!
"Iya, masuk." sahut Kirana pelan.
"Kamu sedang apa gadis kecil? Kenapa semua bajumu diberantakin seperti itu?" tanya tuan Adam sambil mendelik kesal.
"E-eng, itu tuan. Apa boleh malam ini aku keluar tuan? Katanya di jalan D ada pasar malam. Aku ingin melihatnya tuan. Aku belum pernah melihat pasar malam seumur hidupku. Boleh ya, tuan?" tanya Kirana hati-hati.
"Pasar malam? Kau mau pergi dengan siapa? Kau mau pergi dengan pria yang datang menemuimu tadi pagi ya?" Selidik tuan Adam dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Hah? Kok, tuan bisa tau kalau aku akan pergi ke pasar malam bersama cowok itu?" tanya Kirana heran.
"Jadi, bagaimana boleh ya tuan?" tanya Kirana lagi.
"Tidak! Kau tidak boleh pergi ke pasar malam dengan pria lain. Kau harus bekerja!" sahut tuan Adam kesal.
"Baiklah, terserah tuan saja." sahut Kirana pasrah.
Kirana sudah terlanjur memakai baju bagus. Akhirnya, Kirana pun memoles wajahnya dengan bedak dan sedikit pewarna bibir.
Wajah Kirana tampak cantik. Tuan Adam diam-diam memperhatikannya. Tuan Adam terpukau dengan pesona kecantikan Kirana. Namun, tuan Adam menyembunyikan rasa sukanya itu.
"Aku cantik juga,ternyata."batin Kirana dalam hati.
"Dasar jelek! Sudah kerja sana! Untuk apa kau berlama-lama di depan cermin. Mau satu jam kau didepan cermin pun wajahmu tidak akan berubah. Tetap jelek!" ejek tuan Adam jengkel.
"Baik, baik, aku akan bekerja. Tunggu sebentar, aku akan menghapus makeup ku dulu." sahut Kirana sambil mengambil sehelai tissu dan bersiap untuk menghapus makeup nya.
"Sudah, tidak perlu kau hapus makeupmu. Biarkan saja seperti itu. Ayo, kita pergi ke pasar malam!" ajak tuan Adam.
Mata Kirana melotot. Dan mulutnya menganga lebar. Tak percaya pada apa yang ia dengar baru saja.
"Tuan bilang apa tadi?" tanya Kirana penasaran. Sekedar memastikan.
"Aku bilang, tidak usah menghapus makeupmu. Kalau kau mau pergi ke pasar malam. Ayo, pergi bersamaku!" ulang tuan Adam.
"Apa kau sudah mendengarnya dengan jelas? Atau perlu kuulangi lagi?"tanya tuan Adam dengan ketus.
****
"Wah, indahnya lampu-lampu itu!" celetuk Kirana sambil menatap keatas melihat lampu-lampu jalanan yang gemerlap.
"Dasar norak! Ayo kesini! Kita beli makanan dulu. Perutku sudah berbunyi minta diisi."tarik tuan Adam. Kirana terpaksa mengikuti tarikan tangan tuan Adam.
"Aduh, pelan-pelan tuan! Sakit tanganku." keluh Kirana sambil mengusap pelan pergelangan tangannya yang memerah.
Tuan Adam pun melonggarkan cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Kirana.
"Maaf, aku terlalu keras mencengkeramnya." ucap tuan Adam untuk pertama kalinya dalam seumur hidupnya.
"Tidak apa." sahut Kirana pelan. Sambil tersenyum senang.
*****
"Kirana? Kok, kamu ada disini? Katanya kamu tidak boleh pergi oleh majikanmu." tanya Edward heran.
"Eh, iya, itu aku memang tidak boleh pergi." sahut Kirana gugup.
"Tapi, kenapa kamu sekarang ada disini?" tanya Edward jengkel
"Iya, dia memang tidak boleh pergi dengan pria lain. Tapi, karena dia pergi denganku jadi kuijinkan. Mengerti?" jawab tuan Adam kesal.
"Apa? Kau sungguh tidak bisa di mengerti tuan Adam. Kenapa ketika Kirana pergi dengan orang lain dia tidak diizinkan? Tapi, ketika pergi denganmu diizinkan? Apa kau tidak percaya padaku tuan? Aku bisa menjaga Kirana dengan baik. Jadi, tolong sekali saja ijinkanlah Kirana besok pergi denganku. Aku ingin mengajaknya pergi ke gunung besar di pulau G. Apakah boleh?"tanya Edward Jengkel. Menurut Edward, tuan Adam itu terlalu overprotektif. Tuan Adam tidak mengijinkan Kirana pergi bersamanya. Melihat Kirana pergi bersama tuan Adam menimbulkan rasa cemburu pada hati Edward. Edward kesal setengah mati melihat pemandangan itu. Memang Kirana tidak bergandengan tangan atau bermesraan dengan tuan Adam. Tetapi, tetap menimbulkan rasa cemburu pada hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bagi Kirana mengetahui kalau Edward menyukainya. Hanya saja, Kirana mengacuhkannya. Kirana tidak mau jatuh cinta pada Edward, pria miskin dari kampungnya itu. Kalau Kirana menikah dengan Edward, mimpinya u
"Tuan, lapor kalau gadis kecil itu telah diculik oleh pria yang tuan temui di pasar malam." lapor Alex pada tuan Adam. "Apa? Jadi, pria itu yang menculik gadis kecil itu. Cari pria itu sampai ketemu dan bawa dia ke hadapanku. Kalo perlu secret dia." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu. "Baik, tuan. Kami akan segera mencarinya." ucap Alex. "Ayo, kita cari pria itu! Secret dia kalo dia membangkang!" perintah Alex pada para bawahannya itu. "Baik, pak. Akan kami cari." ujar mereka kompak. **** "Hei, jadi kamu sembunyi di gudang tua? Kamu takut sama saya. Kalo takut, kenapa kamu berani menculik gadis itu?" tanya tuan Adam kesal. "Kamu sepertinya panik sekali ya?
" Tralala...,lalala...,"nyanyi Kirana di perjalanan menuju rumah tuan Adam. "Nona, kelihatannya sangat senang sekali hari ini. Apa karena bisa liburan? Atau karena pria tampan tadi?" tanya Alex penasaran. "Kamu mau tau saja." ucap Kirana pelan. "Tidak mau tau. Tapi, cuma penasaran saja. Apa yang membuat nona sangat senang?" sahut Alex tenang. "Tentu saja karena keduanya. Pertama, aku sangat senang karena aku bisa liburan meskipun hanya 1 hari. Dan kedua, aku bisa bertemu dengan pria tampan tadi. Dan, aku juga sangat senang karena aku bisa membeli barang yang aku inginkan." tutur Kirana tampak bahagia. "Syukurlah, kalo nona senang. Berarti, saya bisa melaporkan hal yang baik pada tuan. Siapa tau, nanti tuan akan memberi nona liburan lagi?" ujar Alex pelan.
"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam. "Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan. Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati. Tok! Tok! "Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam. "Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan. "Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung. "Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Paket dari siapa itu?" tanya tuan Adam yang kebetulan lewat di depan Alex yang sedang membuka paket. "Ini buket bunga mawar, tuan. Tapi, saya juga tidak tahu siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ini ada selembar kertas tapi hanya tertulis kata-kata pendek yang sepertinya memang ditujukan untuk nona Kirana, tuan." tutur Alex heran. "Buket bunga? Untuk Kirana? Aneh, sebenarnya siapa yang mengirimnya? Hanya ada dua orang yang akan mengirim ini. Kalo bukan pria itu, lalu pasti satu lagi adalah Erik.Iya, mungkin Erik." ujar tuan Adam yakin. "Tidak, mungkin tuan. Pasti pengirimnya bukan tuan Erik. Kalo menurutku mungkin ini dari pria itu. Kemarin saat, dia datang dan tuan mengusirnya pria itu kelihatan tampak sangat putus asa." ucap Alex pada tuan Adam. "Bisa jadi. Buang saja buket b
"Siapa gadis kecil tamunya?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. "Bukan siapa-siapa tuan. Sepertinya, hanya orang iseng tuan." sahut Kirana dengan suara keras. "Oh ya, sudah. Sebaiknya kau masuk saja. Kalo cuma orang iseng. Jangan berlama-lama diam di luar." ucap tuan Adam lagi. "Baik, tuan. Ini aku juga mau masuk." sahut Kirana tak kalah keras. "Pulanglah. Dan, jangan datang lagi. Karena, aku tak mau bertemu lagi denganmu." usir Kirana kesal. "Sekali lagi, aku minta maaf, Kirana. Maaf, karena aku telah menyakitimu dan membuatmu terluka berkali-kali." ucap Edward penuh penyesalan. "Sudahlah, lupakan saja! Akan lebih baik bagi kita jika kita tidak bertemu lagi." ujar Kirana lagi. "Kau
"Sudah setengah tahun, aku bekerja di rumah tuan Adam. Tapi, hubunganku dengan tuan Adam belum juga mendapat kemajuan. Yang ada karena tuan Edo hubunganku jadi semakin jauh dengan tuan Edo." batin Kirana dalam hati. "Apa tuan Edo cinta atau tidak padaku ya?" gumam Kirana pelan. Kirana merasa pusing dibuatnya. Kisah cintanya yang tidak jelas entah akan dibawa kemana. Kirana merasa tak sanggup lagi tinggal di sini. Kirana ingin berhenti Kerja saja dari rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Ya, masuklah!" sahut tuan Adam dari dalam ruang kerjanya. "Kenapa kau berdiri saja di situ gadis kecil? Bukankah kau datang ke ruang kerjaku untuk menemuiku? Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya tuan Adam pelan. "Eng,.., aku rasa aku mau berhenti Kerja dari sini tuan "
"Ayo, kamu harus ikut aku ke RS gadis kecil! Kalau kamu sakit bisa repot aku. Tidak ada yang membantuku mengurus rumahku yang besar itu." ajak tuan Adam lagi. "Sudah kubilang tidak perlu tuan. Aku tidak perlu ke RS. Aku hanya perlu tidur dan mungkin juga harus menjauh dari tuan untuk sementara." sahut Kirana malas. "Menjauh dariku? Kenapa? Memangnya aku yang menularkan penyakit padamu?" tanya tuan Adam semakin bingung. "Bukan! Bukan tuan yang menyebabkan aku sakit. Tapi, perasaanku yang terlalu besar pada tuan. Aku sungguh tidak tahan lagi dengan perasaan ini. Aku merana tuan. Karena rasa cinta ini." ucap Kirana panjang. Kirana memberanikan dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya pada tuan Adam. Kirana sungguh tidak tahan lagi pada perasaannya. "Jadi, kau sakit karena kau memendam rasa c
"Baiklah, aku akan pulang. Asal kau janji akan datang ke rumahku. Kalau tidak aku akan datang lagi ke rumahmu. Dan, aku tidak peduli dengan ayahmu. Aku tetap akan datang ke sini." sahut Tuan Adam jengkel. "Iya, aku janji tuan. Tuan tidak perlu kuatir dengan itu. Terserah tuan saja, mau datang lagi atau tidak." sahut Kirana pelan. "Baiklah, akan kuingat itu. Kau janji ya akan datang ke rumahku. Akan kutunggu. Lebih baik kau cepat datang." ujar Tuan Adam pelan. "Iya, tuan. Aku janji akan datang je rumahmu. Hanya ke rumahmu saja, bukan?" tanya Kirana lagi penasaran. "Bukan hanya ke rumahku. Tapi, aku ingin kau bekerja kembali seperti dulu lagi. Bagaimana?" tanya Tuan Adam lagi. "Apa? Bekerja lagi? Kalau itu akan ku pikirkan lagi, Tuan
"Maksudmu, tuan Kenan? Dia bukan tamu ayah. Tapi, lebih tepatnya dia adalah jodoh dari Ayah untukmu." sahut Violet pelan."Apa kau bilang? Jodoh dari Ayah? Untukku? Tidak. Aku tidak mau menikah dengan tuan muda itu. Aku bisa mencari sendiri kekasihku nanti." tolak Kirana kesal."Apa kau masih mencintai tuan Adam?" tanya Violet penuh selidiki. "Tidak! Kata siapa aku masih mencintai Tuan Adam? Aku hanya bilang kalo aku bisa mencari sendiri kekasihku. Jadi, tidak perlu ayah membantu mencarikan pria lain. Aku bahkan tidak kenal dengan pria itu lantas kenapa aku harus menerima perjodohan ini?" bantah Kirana panjang lebar. "Yah, baiklah itu terserah padamu. Kalo itu menurutmu baik lakukanlah. Aku akan mencoba membujuk ayah agar berhenti menjodohkanmu dengan pria lain." jawab Violet bijak. Mata Kirana melongo lebar. Ia
"Biarkan saja, dia. Mungkin lagi kesal saja, nanti juga dia akan baik lagi. Dia hanya kesal padaku karena aku membela Kenan. Itu saja." ujar ayah pelan."Apa? Dia marah dengan Kenan? Hanya karena ayah membela Kenan? Lagipula, kenapa ayah membela pria lain di depan Kirana?" ucap ibu pelan."Lalu, aku harus membela siapa? Kirana? Gadis itu memang semakin sulit kumengerti. Banyak berubah." ucap ayah bingung."Sudahlah, Ayah mungkin Kirana hanya tertekan saja. Sejak berhenti Kerja dari rumah Tuan Adam Kirana menjadi lebih sensitif." ucap ibu kuatir."Mungkin, saja dia tertekan bu."timpal Violet pelan." Oh, apa kau kakaknya gadis tadi? "tanya Kenan penasaran." Iya, betul tuan. Saya Violet kakaknya Kirana. "sahut Violet sambil tersenyum manis.Ayah tiba - tiba beranjak dari ruang tamu. Meninggalkan ibu, Violet dan Kenan." Violet, tolong temani Kenan mengobrol dulu! Ayah mau k
"Tuan Adam?" sahut keduanya bersamaan. "Iya, saya ibu. Dan, anda pasti kakaknya Kirana bukan?" ucap tuan Adam pelan. "Iya, betul. Kirana, kembalilah bersamanya. Ibu mohon. Itu jalan satu-satunya untukmu. Agar hutangmu bisa cepat lunas." ujar ibu pelan. "Kalian kenapa sih? Dari kemarin kalian seperti memojokkanku terus menerus. Kalian seperti tidak senang kalau aku di sini. Dan, kalian lebih memilih aku bekerja lagi pada Tuan Ada. Apa alasannya?" sembur Kirana kesal. "Tidak, Kirana kami tentu saja senang kau di sini. Kami hanya berharap itu lebih baik untukmu karena dengan bekerja pada Tuan Adam. Separuh hutangmu bisa lunas. Dan, kau tidak perlu susah payah mencari uang untuk hanya untuk membayar hutang pada Tuan Adam. "ujar ibu panjang lebar. " Ah, sudahlah. Nanti aku pertimbangkan lagi. Sekarang lebih baik Tuan pulang saja. Nanti, akan aku kabari. "sahut Kirana kesal. " Benarkah? Aku harap kau
" Ayo, Violet. Keluar dari sini biarkan Kirana sendiri dan memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Dia butuh waktu untuk mempertimbangkan lagi semua ini. "ajak ibu pada Violet." Baik bu. Aku akan keluar dari sini. "sahut Violet lagi. Dan, meninggalkan Kirana sendirian yang tampak sedang memikirkan masalah ini sambil menatap cermin." Apa ini keputusan yang benar ya? Tapi, kenapa semua orang pada marah dengan keputusan yang ku ambil ini. Apa aku salah? Atau mereka mengharapkan lebih dariku?" batin Kirana dalam hati.Kirana memijat pelipisnya pusing. Dan, Kirana pun tertidur lelap.Tok! Tok!" Kirana, Kirana, bangun! Ayo, makan dulu! Nanti kamu sakit. "ujar ibu pelan.Kirana membuka matanya pelan. Mengembalikan kesadarannya perlahan. Dan, perlahan Kirana turun dari tepi tempat tidurnya."Iya, bu. Ada apa?" tanya Kirana bingung."Ada apa? Kamu tidak mau makan?" tanya ibu jengk
"Ini, coba kau lihat selebaran ini. Ada orang di kota yang sedang mencari asisten Rumah Tangga. Coba kau lihat gajinya sangat besar. Bisa untuk kita makan selama 5 bulan. Tapi, disini tidak ada kontak yang bisa di hubungi. Pelamar hanya diharuskan datang ke sebuah rumah. Nanti akan dipanggil untuk wawancara satu demi satu. Kalau majikannya cocok dengan kamu. Dia akan langsung memberi bonus sebesar 5 juta. Besar kan, bukankah kau punya banyak hutang dengan tuan Adam? Kalau kau diterima bekerja di tempat ini. Kau bisa langsung melunasi hutangmu. Bagaimana? Bukankah itu ide bagus? " tutur Angel sambil tersenyum bangga. "Betul juga, baiklah akan kucoba. Terima kasih, Angel. Aku akan datang kesana hari ini juga. Semoga saja aku di terima." ujar Kirana penuh harap. Kirana pun berganti pakaian. Dan, ia bersiap menuju rumah tersebut. Perjalanan
Sontak, mata Kirana melotot kesal. Sekaligus malu. Kirana sama sekali tidak menduga kalo tuan Adam akan berbuat seperti itu. Berlutut di hadapan Kirana. Selama ini, Kirana tahu betul kalo tuan Adam itu adalah pria kejam dan berhati iblis. Sekarang, tiba-tiba tuan Adam merendah di hadapan Kirana. Tuan Adam melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Wajah Kirana pun memerah. Tampak beberapa pasang mata sedang menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan. "Tuan, apa yang tuan sedang lakukan? Bangun tuan, tidak enak dilihat orang. Nanti, aku dipikir mereka melakukan sesuatu pada tuan." mohon Kirana merasa tidak enak hati. Kirana jadi serba salah dibuatnya. "Katakan dulu padaku, jika kau setuju ikut denganku. Dan, kembali bersamaku. Baru aku akan bangun. Kalau kau tidak bersedia, aku akan terus berlutut seper
Tuan Adam memaksa untuk masuk ke rumah gadis kecil. Sebenarnya, tuan Adam ingin mendorong ibu Kirana minggir dan tuan Adam ingin masuk. Melihat langsung apakah benar gadis kecil itu ada di dalam atau tidak. Tapi, tuan Adam takut kalau dirinya nanti di tuduh melakukan kekerasan pada wanita. Padahal, wanita itu jelas bukan siapa-siapa tuan Adam. Biar Bagaimana pun, tuan Adam tetap tidak pernah menyiksa kaum Hawa. Meskipun, ia dikenal sebagai pria berhati iblis. Namun, tetap berhati malaikat. Tuan Adam suka kasihan sendiri jika melihat wanita yang teraniaya."Kenapa anda sepertinya takut, bu? Kalau saya masuk ke rumah anda. Apa Anda menyembunyikan sesuatu di dalam rumah? Orang atau barang mungkin yang mencurigakan? Atau sebenarnya gadis kecil itu memang ada di dalam rumah anda. Tapi, anda sengaja tidak ingin dia kembali ke rumah saya. Karena mungkin anda kecewa mungkin takut anak anda terluka lagi. Jadi, anda ingin melindunginya mungkin. " tuduh
"Astaga, jadi itu penyebabnya kau kelihatan tersengal-sengal. Karena kau dikejar oleh tuan Adam. Kasihan sekali kau. Tapi, tuan Adam tidak tahu kan, kalau kau tinggal di sini?" tanya Alex sedikit kuatir. "Tidak, tuan. Aku sudah pastikan dia tidak mengikutiku kesini." ujar Kirana pelan. Kirana tidak yakin pada dirinya sendiri. Tidak yakin apakah tuan Adam benar tidak mengikutinya atau tidak? Tapi, setau Kirana tidak mengikutinya. "Uh, hampir saja jadi masalah. Kalo tuan Adam mengikutiku sampai kemari. Aku bisa kena marah oleh tuan Alex. Dan, pastinya aku akan merasa tidak enak karena susah menumpang di sini. Malah akan membawa mereka ke dalam masalah baru. Tuan Adam, tuan Adam memang pria yang satu itu sangat menyusahkan sekali. Jangan sampai aku berurusan dengan pria yang satu itu sekali lagi. "batin Kirana dalam hati.