Brukk!!
"Aduh, sakit!" jerit Kirana sambil meringis kesakitan.Kirana mengusap sikutnya yang memerah.
"Hei, kalo jalan lihat ke depan, dong!" sembur Kirana kesal. Ia meniup pelan luka di sikutnya itu. Kirana tidak tahu siapa yang telah menabraknya. Kirana terlalu fokus pada luka di sikutnya. Tiba-tiba, di hadapannya ada sebuah bayangan gelap menutupi tubuh mungilnya. Kirana ketakutan. Dan terkejut. Dengan ketakutan yang tidak ada duanya Kirana memberanikan diri untuk menatap siapa gerangan orang yang tengah berdiri di hadapannya.
"Apa dia itu hantu atau orang? Tapi, kenapa tinggi besar?" batin Kirana dalam hati.
"Hei, anak kecil! Beraninya kamu memakiku? Apa kamu tidak tau siapa aku? Selama ini belum pernah ada orang yang berani memarahiku. Apalagi anak kecil sepertimu!" hardik pria tampan itu tak mau kalah. Sambil memasang wajah kesal.
Baru saja, Kirana ingin membuka mulutnya dan memaki kembali pria itu.
"Heh, kau ini pria yang tidak sopan yah? Sudah nabrak orang bukannya minta maaf malah marah-marah. Harusnya aku yang marah karena aku yang terluka. Aku tidak peduli siapa kamu. Mau kamu itu tuan muda atau presiden sekalipun aku tidak peduli! Salah tetap saja salah. Dan harus minta maaf! "maki Kirana kesal.
Namun, pria itu sudah menghilang dari hadapannya. Hilang lenyap seperti di telan angin. Kirana hanya bisa bengong, tidak percaya. Kirana pun mencari, menatap sekelilingnya untuk mencari dimana pria itu bersembunyi. Namun, nihil. Mata Kirana sudah lelah dan lehernya sudah pegal karena beberapa kali menoleh, mencari sosok pria tinggi yang bahkan tidak jelas wajahnya.
"Ah, dasar brengsek! Kemana pria itu pergi? Apa dia takut aku minta uang ganti rugi karena sudah membuat sikutku yang putih mulus ini jadi terluka? Lalu, diam-diam dia menghilang. Lari, bersembunyi sebelum aku menyadarinya. Dasar cowok licik!" batin Kirana dalam hati.
Kirana pun sangat kesal dan hanya bisa menghentak-hentakkan kakinya di tanah." Dasar cowok brengsek! Kalo sampai ketemu lagi aku tidak akan memaafkannya. Aku akan menuntut ganti rugi padanya. Ke ujung dunia pun akan ku kejar pria itu," gumam Kirana kesal.
"Awas, saja kalau ketemu lagi pria itu! Aku akan membuat perhitungan padanya." pungkas Kirana geram.
"Hei! Kenapa kau masih pagi sudah marah-marah begitu? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Edward tiba-tiba.
"Ah, kau ini bikin aku kaget saja! Kupikir pria yang tadi. Baru saja akan ku hajar kau. Untung kau belum kuhajar. Kalau tidak wajah tampanmu itu aku jamin pasti akan babak belur tidak tampan lagi." ucap Kirana kesal.
"Ah, kau ini Kirana kau kesal dengan pria lain tapi jangan wajahku kau jadikan taruhan, dong!" ujar Edward sambil mengusap wajah tampannya. Edward pun bergidik ngeri membayangkan wajah tampannya akan babak belur di tangan Kirana.
"Sudah, aku lebih baik pulang saja. Terlalu lama mengobrol denganmu, nanti kedua orangtuaku akan bingung mencariku." ujar Kirana sambil berjalan pulang menuju rumahnya.
Kirana pun, berjalan pulang dengan wajah cemberut. Dan, mendapati semua anggota keluarganya tengah berkumpul di meja makan. Tepat sekali, waktunya karena cacing di perut Kirana sudah demo dari sejak tadi. Menuntut minta diisi sesuatu yang mengenyangkan.
"Astaga! Kirana kotor sekali kau. Apa kau habis berkelahi dengan orang? Bajumu kotor. Dan, coba lihat itu sikutmu! Sikutmu berdarah. Pasti tidak salah lagi kau tadi berkelahi dengan orang kan? Sampai kapan kau akan terus berkelahi? Kirana, kau ini anak perempuan bukan laki-laki. Jadi, tidak perlu berkelahi dengan orang.Pergi mandi sana! Lalu, baru makan. "perintah ibu Kirana jengkel. Kedua saudaranya pun memandang Kirana dengan tatapan jijik sekaligus juga merendahkan.
Bau harum masakan membuat Kirana tidak tahan untuk tidak ikut duduk di meja makan. Baru saja, Kirana menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi makan. Tapi, tiba-tiba ibunya menjewer telinga Kirana dengan keras.
"Mandi dulu sana! Tubuhku kotor dan bau. Kamu membuat selera makan kami hilang." perintah ibu jengkel.
"Auww! Sakit bu! Tolong lepaskan dulu telingaku. Iya, aku akan pergi mandi." sahut Kirana sambil meringis kesakitan. Dan, mengusap telinganya yang meninggalkan bekas kemerahan.
"Makanya, kamu itu nurut kalo dikasih tau orang dewasa. Kalo ibu suruh mandi ya, mandi sana! Terus, jangan lupa cuci tanganmu yang bersih. Setelah itu, baru kamu boleh duduk di sini untuk makan bersama kami. Kalo tidak bersih, kau akan makan di gudang bersama para tikus kotor itu. "hardik ibu kesal.
"Iya, iya, iya, aku akan mandi dan mencuci tanganku hingga tidak ada lagi noda tanah yang ibu temukan." sungut Kirana kesal. Sambil memasang wajah cemberut.
"Sudah sana, mandi dan cuci tanganmu dulu! Tanganmu itu kotor. Berdarah lagi. Cepat, bersihkan dulu sana!" perintah ibu pada Kirana.
"Anak itu, ibu benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengasuhnya. Kirana sangat sulit di atur. Kirana lebih suka kebebasan dan Kirana itu tomboy seperti laki-laki. Dan, Kirana juga punya hobi yang tidak biasa yaitu, berkelahi." tutur ibu sambil menarik napas pendek.
Dengan kesal, Kirana pun segera membersihkan luka sekaligus tangannya dan mandi sampai bersih. . Kirana meringis kesakitan saat butiran air beradu pada kulit sikutnya yang tergores. Rasanya sangat perih.
"Aduh, sakit banget! Padahal, luka ini hanya goresan aspal saja. Tapi, kenapa bisa sangat sakit?" batin Kirana dalam hati.
Siraman air demi air. Membuat semua beban di pundak Kirana terasa lebih ringan. Kirana kembali teringat mimpinya untuk menikah dengan pria kaya. Kirana harus mewujudkannya. Kalo perlu, Kirana akan keliling dunia mencari pria tampan dan kaya yang akan Kirana jadikan suaminya nanti. Kirana tersenyum sendiri. Hanya membayangkannya saja sudah sangat membuatnya senang. Apalagi kalau mimpi itu menjadi kenyataan. Mungkin Kirana akan menjadi wanita paling beruntung.
Tok! Tok!
"Kirana! Kirana! Apa kau belum selesai mandinya? Ibu menunggu kau di meja makan. Cepatlah, Kirana! Kami sudah lapar. Gara-gara, kau kami tidak boleh makan lebih dulu. Kami harus menunggumu. Memangnya, kau ini siapa? Kau hanya adik yang selalu menyusahkan."maki Violet, kakak tertua Kirana yang memang sejak lama sudah membenci Kirana.
"Sudah, bersih.",ucap Kirana singkat. "Sebentar, kak. Aku hampir selesai." sahut Kirana pelan.
Kirana pun cepat-cepat mengeringkan tubuhnya dan memakai bajunya. Lalu, keluar kamarnya. Di depan pintu kamarnya, Violet sedang berdiri dengan wajah kesal.
"Kau ini, mandi atau tidur sih? Aku sudah daritadi teriak memanggilmu sampai suaraku serak dan tenggorokanku sakit. Kau tidak mendengar juga. Baru aku akan melapor pada ayah kalau kau tidak mendengarku. Dan aku, akan meminta ayah untuk mendobrak pintu kamarmu jika kau tidak menjawab lagi. "maki Violet jengkel.
"Maafkan, aku kak. Tadi, aku terlalu asik mandi. Sampai aku tidak mendengar teriakanmu. Sekarang, ayo kita makan. Katanya, kakak sudah lapar." sindir ku jengkel.
"Kau ini, memang yang paling pintar merusak suasana hati orang lain." sindir Violet. Kirana hanya Dian membisu. Kirana tak pernah ambil pusing dengan perkataan kasar yang kerap dilontarkan Violet, pada dirinya. Tak terasa, mereka pun tiba di meja makan.
"Menu hari ini, sayur kacang lagi? Setiap hari sayur kacang terus. Apa tidak ada yang lain? Apa kalian tidak bosan?" gerutu Kirana bosan. Melihat sayur kacang dengan semangkok nasi yang tersaji di depannya. Rasanya perut Kirana enggan untuk menampung sayur kacang itu lagi.
"Sudah bagus masih bisa makan, kamu! Kalau kamu mau makan enak menikahlah dengan pria kaya, sana!" sahut ibu kesal.
"Baik, aku akan menikah dengan pria kaya yang hartanya tidak akan habis untuk tujuh turunan. Jadi, aku tidak akan makan nasi dan sayur kacang lagi." pungkas Kirana santai sambil memasukkan suapan demi suapan nasi ke dalam mulutnya yang kecil. Meskipun begitu, Kirana tetap memakannya karena perutnya yang menuntutnya minta diisi atau Kirana tidak bisa tidur nantinya.
"Dasar pemimpi!" ejek Violet sambil tertawa mengejek. Menurut, Violet mimpi itu tidak masuk diakal.
"Mana mungkin gadis miskin seperti dia akan menikahi pria kaya. Kalo pun iya, itu hanya seorang pria bodoh. Aku jamin, pria itu pasti akan pergi meninggalkanmu Kirana jala pria itu tau kau ini berasal dari keluarga seperti apa?" batin Violet dalam hati.
. "Biar saja, daripada kau pemalas." balas Kirana."Sudah, sudah kalian berdua ini bertengkar terus! Habiskan makanan kamu, Kirana dan langsung mandi sana. Tubuhmu sudah bau busuk itu. Membuat ibu mual jadinya." ujar ibu sambil menutup hidungnya dengan kedua jarinya.
Tanpa bicara lagi, Kirana pun menghabiskan makanannya dengan cepat. Lalu, menuju kamarnya.
****
" Cepat, kau cari gadis kecil itu! Aku tidak akan pernah memaafkan gadis kecil yang telah menabrak ku itu. Aku harus memberinya pelajaran padanya supaya dia tahu siapa pria yang sudah ditabrak dan di makinya itu."perintah pria tampan itu yang dikenal sebagai tuan Adam.
"Baik, tuan kami akan segera mencarinya." jawab salah satu pria berotot itu.
"Cari sampai ketemu dan bawa kehadapanku! Meski harus ke ujung dunia sekalipun aku tidak peduli. Aku ingin kalian temukan gadis itu!" perintah Adam dengan wajah dingin seperti bukit es.
Tuan Adam adalah pria tampan dan kaya raya. Namun, dibalik wajah tampannya hatinya seperti iblis. Tuan Adam tidak akan pernah memaafkan orang yang bersalah padanya.
****
" Hei, kamu tau tidak kalo pacarku kemarin Memberikanku hadiah kalung mahal ini. Katanya pacarku membelinya di luar negeri. Kalung dengan hiasan butiran berlian." ujar Esti sombong.
"Pacarku juga mengajak aku naik kapal pesiarnya kemarin. Wah, asik deh!" sahut Catrine tak mau kalah.
"Kalo kau Kirana gimana?" tanya Catrine lagi.
Ah, kau ini. Kalo Kirana tidak usah ditanya. Sudah pasti jawabannya belum punya pacar. Lagi pula, mana ada cowok yang mau mempunyai pacar seperti dia. Seorang
gadis miskin." ejek Esti."Nanti, aku akan mempunyai pacar yang lebih tampan dan kaya daripada kalian. Lihat saja, nanti!" pungkas Kirana dengan mimpinya di siang bolong.
"Ah, kau ini Kirana. Sepertinya, kau terlalu banyak berkhayal, ya. Mana mungkin, ada pria yang bersedia menjadi pacarmu. Kau hanya gadis miskin yang terlalu banyak berkhayal." ejek Esti lagi.
"Sepertinya, otakmu perlu diperiksa ke dokter, Kirana. Mungkin ada saraf yang tidak pada tempatnya. Jadi, kau tidak waras. Atau kau terlalu banyak baca buku dongeng.
Bermimpi suatu saat ada pangeran tampan berkuda putih yang suatu hari nanti akan datang menolongmu keluar dari kemiskinan. "sindir Catrine dengan sinis.
"Aku lelah. Sangat lelah hari ini. Aku mau pulang dulu, ya. Aku sibuk dan tidak ada waktu untuk mendengarkan ejekan dan sindiran kalian." sahut Kirana kesal.
Kirana pun keluar dari rumah makan murah milik Catrine itu dengan wajah cemberut.
Brukk!
"Auww!" jerit Kirana yang terjerembap ditanah.
Kirana pun berusaha bangkit dari posisinya semula.
"Dasar brengsek! Apa kau tidak punya mata kalo jalan?" maki Kirana jengkel. "Malang benar nasibku, hari ini." batin Kirana dalam hati.
Kirana mengangkat wajahnya memberanikan diri untuk menatap orang yang telah menabraknya itu.
"Kamu..?" sahut keduanya secara bersamaan.
"Kebetulan kita bertemu disini. Waktu itu, kamu juga menabrakku. Dan pergi begitu saja sebelum aku sempat membalas perbuatanmu.
Sekarang saatnya, aku membalas perbuatanmu." ujar Kirana kesal.
"Membalas dendam? Jangan mimpi kamu! Hei, kamu kesini! Bawa wanita ini ke rumahku. Kalau dia menolak untuk ikut, seret saja dia!"perintah tuan Adam pada beberapa pria berotot itu.
" Baik, tuan. "sahut para pria berotot itu.
Para pria berotot itu lalu menarik Kirana secara paksa.
" Lepaskan, tangan kalian! Aku tidak mau ikut dengan kalian. Aku tidak salah. Tuan kalian yang salah bukan aku. "jerit Kirana kesal.
Tangannya terus meraih dan mencakar para pria berotot itu. Sehingga mereka kewalahan dibuatnya.
Tuan Adam yang melihatnya tampak tidak sabar. Ia pun segera menyeret Kirana dengan kejamnya. Ia tak menggubris teriakan Kirana yang terus menjerit minta untuk dilepaskan.
Kirana tiba disebuah rumah mewah bergaya milenial dan megah. Mata Kirana melotot. Ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling rumah itu.
Isi rumah itu benar-benar dipenuhi barang mewah. Seperti yang diimpikan Kirana selama ini.
Wajah Kirana berubah ceria.
"Sepertinya dewi keberuntungan sedang berpihak padaku." batin Kirana dalam hati.Kirana penasaran dengan sebuah patung kuda berwarna kuning keemasan. Tangan Kirana sedikit lagi akan berhasil menggapai patung itu.
"Berhenti! Jangan pernah berani menyentuh barang-barang disini! Awas, kalau ada yang pecah akan ku suruh kau ganti berkali lipat." sahut tuan Adam sambil menepis tangan Kirana.
"Auww! Dasar pelit!" cibir Kirana sambil memasang wajah cemberut.
"Duduk disana!" perintah tuan Adam lagi sambil menunjuk kursi kosong di hadapannya.
"Tidak mau! Cepat, lepaskan aku! Aku mau pulang. Orangtuaku nanti akan kuatir karena aku belum pulang. Mereka akan mencari ku." protes Kirana jengkel.
"Pulang? Kau pikir akan semudah itu aku melepaskanmu? Apalagi setelah aku dengan susah payah menyeretmu ke rumahku." pungkas tuan Adam sambil menyeringai seram.
"Apa kau tidak takut dipenjara karena telah menculik seorang gadis?" tanyaku penasaran.
"Masuk penjara? Dengan uangku yang banyak itu hal yang mudah untuk membungkam banyak orang termasuk keluargamu itu." ejek tuan Adam lagi dengan tatapan sinis.
Tuan Adam berusaha menahan sebisa mungkin tawanya agar tidak meledak. Apalagi setelah melihat Kirana yang tampak gemetar dan ketakutan.
"Kenapa kau gemetar seperti itu? Apa kau ketakutan? Dengar, gadis kecil dengan uangku tidak ada yang tidak bisa kubeli. Termasuk, kau bisa kubeli. Hahaha." tawa tuan Adam yang sangat menyebalkan itu meledak. "Enak saja, memangnya kau pikir aku barang. Bisa kau beli begitu saja," sahut Kirana kesal. Sambil mengejek tuan Adam. "Hah, beraninya kau memandang remeh diriku. Apa kau tidak tau siapa aku ini? Aku ini tuan Adam pria kaya raya di daerah ini. Dan, kau memang barang yang tidak ada gunanya. Selain hanya membuatku kesal." maki tuan Adam kesal. "Kau ini, jangan kau pikir karena kau pria yang kaya. Dan, kau memandangku remeh. Enak saja! Tentu saja, aku ini berguna. Kau tidak tahu saja aku ini gadis seperti apa." ucap Kirana kesal. "Nanti, kau akan meminta ampun padaku. Apalagi ka
"Apa? Ketiduran? Kau pikir aku membawamu ke rumahku dan memberikan kamu makan gratis hanya untuk santai-santai? Begitu?" bentak tuan Adam kesal. Kala melihat Kirana sedang duduk santai di atas sofa dan tengah menonton televisi. "Maaf, tuan. Saya tau tuan tidak memberikan saya makan dan tinggal disini hanya untuk tidur. Saya tau saya harus bekerja. Tapi, tubuh saya memang lemas. Jadi, bolehkah saya istirahat dulu. Siapa tau rasa lemasku bisa hilang, setelah istirahat. " pungkas Kirana dengan nada memohon. Meski, Kirana tau mata tuan Adam tengah menatap tajam Kirana. "Ah, alasan saja kamu! Jangan-jangan, kamu cuma berpura-pura lemas, ya. Supaya saya tidak menyuruhmu bekerja, bukan? Supaya kamu bisa santai berbaring di tempat tidur seharian. Dan tidak aku ganggu, iya kan? Atau nanti setelah aku pergi. Kau malah ngobrol di telepon dengan pacarmu atau mungkin
"Aduh! Kalau begini terus bagaimana aku bisa mendapat pacar yang kaya? Dan bisa menjadi orang kaya juga? Keluar dari rumah ini saja sulit rasanya. Tuan Adam hanya menyuruhku kerja, kerja, dan kerja. Kalo aku tau tuan Adam sangat kejam hanya menyuruhku kerja dan kerja. Kalau aku tau akan seperti ini jadinya aku tidak mungkin akan bekerja pada tuan Adam. Aku pasti akan menolak mentah-mentah rencana tuan Adam untuk mempekerjakanku sebagai pembantu di rumahnya. "batin Kirana dalam hati. Tapi, aku penasaran juga dengan tuan Adam. Setiap hari banyak wanita yang menyatakan rasa sukanya pada tuan Adam tapi tuan Adam tidak bergeming sedikitpun. Apa tuan Adam itu tidak menyukai wanita ya? Jangan-jangan, dia gay? Karena tidak sedikit wanita yang datang untuk menyatakan rasa sukanya pada tuan Adam bahkan melamar tuan Adam. Dan, mereka juga dari kalangan orang terpandang. Beda dengan aku yang hanya seorang gadis miskin."batin K
"Aku tidak mau tahu alasanmu! Kau tetap harus dihukum karena telah melanggar perjanjian denganku. Aku sudah mengingatkan padamu kalau kau dilarang keluar apalagi tengah malam seperti ini! Mulai sekarang, ketika kamu mau pergi keluar kamu harus minta ijin dulu padaku. Kalau ada orang jahat, dan kamu dilukai tidak ada orang yang tahu. Aku bisa rugi kalo begini.Selama ini, aku sudah memberi kamu makan gratis bahkan tidur gratis. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa dan kau belum membayar lunas hutangmu padaku. Aku yang rugi! "sembur tuan Adam sambil menunjuk-nunjuk Kirana. Lagi-lagi, hutang, hutang, dan hutang. Tuan Adam selalu menyangkut pautkannya dengan hutang. Kirana jadi kesal dibuatnya " Kenapa sih, tuan selalu menyangkut pautkannya dengan hutang? Aku juga tau kalau hutangku banyak. Tidak perlu tuan ingatkan terus menerus." protes Kirana kesal.
"Apa? Kau sungguh tidak bisa di mengerti tuan Adam. Kenapa ketika Kirana pergi dengan orang lain dia tidak diizinkan? Tapi, ketika pergi denganmu diizinkan? Apa kau tidak percaya padaku tuan? Aku bisa menjaga Kirana dengan baik. Jadi, tolong sekali saja ijinkanlah Kirana besok pergi denganku. Aku ingin mengajaknya pergi ke gunung besar di pulau G. Apakah boleh?"tanya Edward Jengkel. Menurut Edward, tuan Adam itu terlalu overprotektif. Tuan Adam tidak mengijinkan Kirana pergi bersamanya. Melihat Kirana pergi bersama tuan Adam menimbulkan rasa cemburu pada hati Edward. Edward kesal setengah mati melihat pemandangan itu. Memang Kirana tidak bergandengan tangan atau bermesraan dengan tuan Adam. Tetapi, tetap menimbulkan rasa cemburu pada hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bagi Kirana mengetahui kalau Edward menyukainya. Hanya saja, Kirana mengacuhkannya. Kirana tidak mau jatuh cinta pada Edward, pria miskin dari kampungnya itu. Kalau Kirana menikah dengan Edward, mimpinya u
"Tuan, lapor kalau gadis kecil itu telah diculik oleh pria yang tuan temui di pasar malam." lapor Alex pada tuan Adam. "Apa? Jadi, pria itu yang menculik gadis kecil itu. Cari pria itu sampai ketemu dan bawa dia ke hadapanku. Kalo perlu secret dia." perintah tuan Adam pada anak buahnya itu. "Baik, tuan. Kami akan segera mencarinya." ucap Alex. "Ayo, kita cari pria itu! Secret dia kalo dia membangkang!" perintah Alex pada para bawahannya itu. "Baik, pak. Akan kami cari." ujar mereka kompak. **** "Hei, jadi kamu sembunyi di gudang tua? Kamu takut sama saya. Kalo takut, kenapa kamu berani menculik gadis itu?" tanya tuan Adam kesal. "Kamu sepertinya panik sekali ya?
" Tralala...,lalala...,"nyanyi Kirana di perjalanan menuju rumah tuan Adam. "Nona, kelihatannya sangat senang sekali hari ini. Apa karena bisa liburan? Atau karena pria tampan tadi?" tanya Alex penasaran. "Kamu mau tau saja." ucap Kirana pelan. "Tidak mau tau. Tapi, cuma penasaran saja. Apa yang membuat nona sangat senang?" sahut Alex tenang. "Tentu saja karena keduanya. Pertama, aku sangat senang karena aku bisa liburan meskipun hanya 1 hari. Dan kedua, aku bisa bertemu dengan pria tampan tadi. Dan, aku juga sangat senang karena aku bisa membeli barang yang aku inginkan." tutur Kirana tampak bahagia. "Syukurlah, kalo nona senang. Berarti, saya bisa melaporkan hal yang baik pada tuan. Siapa tau, nanti tuan akan memberi nona liburan lagi?" ujar Alex pelan.
"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam. "Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan. Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati. Tok! Tok! "Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam. "Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan. "Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung. "Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Baiklah, aku akan pulang. Asal kau janji akan datang ke rumahku. Kalau tidak aku akan datang lagi ke rumahmu. Dan, aku tidak peduli dengan ayahmu. Aku tetap akan datang ke sini." sahut Tuan Adam jengkel. "Iya, aku janji tuan. Tuan tidak perlu kuatir dengan itu. Terserah tuan saja, mau datang lagi atau tidak." sahut Kirana pelan. "Baiklah, akan kuingat itu. Kau janji ya akan datang ke rumahku. Akan kutunggu. Lebih baik kau cepat datang." ujar Tuan Adam pelan. "Iya, tuan. Aku janji akan datang je rumahmu. Hanya ke rumahmu saja, bukan?" tanya Kirana lagi penasaran. "Bukan hanya ke rumahku. Tapi, aku ingin kau bekerja kembali seperti dulu lagi. Bagaimana?" tanya Tuan Adam lagi. "Apa? Bekerja lagi? Kalau itu akan ku pikirkan lagi, Tuan
"Maksudmu, tuan Kenan? Dia bukan tamu ayah. Tapi, lebih tepatnya dia adalah jodoh dari Ayah untukmu." sahut Violet pelan."Apa kau bilang? Jodoh dari Ayah? Untukku? Tidak. Aku tidak mau menikah dengan tuan muda itu. Aku bisa mencari sendiri kekasihku nanti." tolak Kirana kesal."Apa kau masih mencintai tuan Adam?" tanya Violet penuh selidiki. "Tidak! Kata siapa aku masih mencintai Tuan Adam? Aku hanya bilang kalo aku bisa mencari sendiri kekasihku. Jadi, tidak perlu ayah membantu mencarikan pria lain. Aku bahkan tidak kenal dengan pria itu lantas kenapa aku harus menerima perjodohan ini?" bantah Kirana panjang lebar. "Yah, baiklah itu terserah padamu. Kalo itu menurutmu baik lakukanlah. Aku akan mencoba membujuk ayah agar berhenti menjodohkanmu dengan pria lain." jawab Violet bijak. Mata Kirana melongo lebar. Ia
"Biarkan saja, dia. Mungkin lagi kesal saja, nanti juga dia akan baik lagi. Dia hanya kesal padaku karena aku membela Kenan. Itu saja." ujar ayah pelan."Apa? Dia marah dengan Kenan? Hanya karena ayah membela Kenan? Lagipula, kenapa ayah membela pria lain di depan Kirana?" ucap ibu pelan."Lalu, aku harus membela siapa? Kirana? Gadis itu memang semakin sulit kumengerti. Banyak berubah." ucap ayah bingung."Sudahlah, Ayah mungkin Kirana hanya tertekan saja. Sejak berhenti Kerja dari rumah Tuan Adam Kirana menjadi lebih sensitif." ucap ibu kuatir."Mungkin, saja dia tertekan bu."timpal Violet pelan." Oh, apa kau kakaknya gadis tadi? "tanya Kenan penasaran." Iya, betul tuan. Saya Violet kakaknya Kirana. "sahut Violet sambil tersenyum manis.Ayah tiba - tiba beranjak dari ruang tamu. Meninggalkan ibu, Violet dan Kenan." Violet, tolong temani Kenan mengobrol dulu! Ayah mau k
"Tuan Adam?" sahut keduanya bersamaan. "Iya, saya ibu. Dan, anda pasti kakaknya Kirana bukan?" ucap tuan Adam pelan. "Iya, betul. Kirana, kembalilah bersamanya. Ibu mohon. Itu jalan satu-satunya untukmu. Agar hutangmu bisa cepat lunas." ujar ibu pelan. "Kalian kenapa sih? Dari kemarin kalian seperti memojokkanku terus menerus. Kalian seperti tidak senang kalau aku di sini. Dan, kalian lebih memilih aku bekerja lagi pada Tuan Ada. Apa alasannya?" sembur Kirana kesal. "Tidak, Kirana kami tentu saja senang kau di sini. Kami hanya berharap itu lebih baik untukmu karena dengan bekerja pada Tuan Adam. Separuh hutangmu bisa lunas. Dan, kau tidak perlu susah payah mencari uang untuk hanya untuk membayar hutang pada Tuan Adam. "ujar ibu panjang lebar. " Ah, sudahlah. Nanti aku pertimbangkan lagi. Sekarang lebih baik Tuan pulang saja. Nanti, akan aku kabari. "sahut Kirana kesal. " Benarkah? Aku harap kau
" Ayo, Violet. Keluar dari sini biarkan Kirana sendiri dan memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Dia butuh waktu untuk mempertimbangkan lagi semua ini. "ajak ibu pada Violet." Baik bu. Aku akan keluar dari sini. "sahut Violet lagi. Dan, meninggalkan Kirana sendirian yang tampak sedang memikirkan masalah ini sambil menatap cermin." Apa ini keputusan yang benar ya? Tapi, kenapa semua orang pada marah dengan keputusan yang ku ambil ini. Apa aku salah? Atau mereka mengharapkan lebih dariku?" batin Kirana dalam hati.Kirana memijat pelipisnya pusing. Dan, Kirana pun tertidur lelap.Tok! Tok!" Kirana, Kirana, bangun! Ayo, makan dulu! Nanti kamu sakit. "ujar ibu pelan.Kirana membuka matanya pelan. Mengembalikan kesadarannya perlahan. Dan, perlahan Kirana turun dari tepi tempat tidurnya."Iya, bu. Ada apa?" tanya Kirana bingung."Ada apa? Kamu tidak mau makan?" tanya ibu jengk
"Ini, coba kau lihat selebaran ini. Ada orang di kota yang sedang mencari asisten Rumah Tangga. Coba kau lihat gajinya sangat besar. Bisa untuk kita makan selama 5 bulan. Tapi, disini tidak ada kontak yang bisa di hubungi. Pelamar hanya diharuskan datang ke sebuah rumah. Nanti akan dipanggil untuk wawancara satu demi satu. Kalau majikannya cocok dengan kamu. Dia akan langsung memberi bonus sebesar 5 juta. Besar kan, bukankah kau punya banyak hutang dengan tuan Adam? Kalau kau diterima bekerja di tempat ini. Kau bisa langsung melunasi hutangmu. Bagaimana? Bukankah itu ide bagus? " tutur Angel sambil tersenyum bangga. "Betul juga, baiklah akan kucoba. Terima kasih, Angel. Aku akan datang kesana hari ini juga. Semoga saja aku di terima." ujar Kirana penuh harap. Kirana pun berganti pakaian. Dan, ia bersiap menuju rumah tersebut. Perjalanan
Sontak, mata Kirana melotot kesal. Sekaligus malu. Kirana sama sekali tidak menduga kalo tuan Adam akan berbuat seperti itu. Berlutut di hadapan Kirana. Selama ini, Kirana tahu betul kalo tuan Adam itu adalah pria kejam dan berhati iblis. Sekarang, tiba-tiba tuan Adam merendah di hadapan Kirana. Tuan Adam melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Wajah Kirana pun memerah. Tampak beberapa pasang mata sedang menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan. "Tuan, apa yang tuan sedang lakukan? Bangun tuan, tidak enak dilihat orang. Nanti, aku dipikir mereka melakukan sesuatu pada tuan." mohon Kirana merasa tidak enak hati. Kirana jadi serba salah dibuatnya. "Katakan dulu padaku, jika kau setuju ikut denganku. Dan, kembali bersamaku. Baru aku akan bangun. Kalau kau tidak bersedia, aku akan terus berlutut seper
Tuan Adam memaksa untuk masuk ke rumah gadis kecil. Sebenarnya, tuan Adam ingin mendorong ibu Kirana minggir dan tuan Adam ingin masuk. Melihat langsung apakah benar gadis kecil itu ada di dalam atau tidak. Tapi, tuan Adam takut kalau dirinya nanti di tuduh melakukan kekerasan pada wanita. Padahal, wanita itu jelas bukan siapa-siapa tuan Adam. Biar Bagaimana pun, tuan Adam tetap tidak pernah menyiksa kaum Hawa. Meskipun, ia dikenal sebagai pria berhati iblis. Namun, tetap berhati malaikat. Tuan Adam suka kasihan sendiri jika melihat wanita yang teraniaya."Kenapa anda sepertinya takut, bu? Kalau saya masuk ke rumah anda. Apa Anda menyembunyikan sesuatu di dalam rumah? Orang atau barang mungkin yang mencurigakan? Atau sebenarnya gadis kecil itu memang ada di dalam rumah anda. Tapi, anda sengaja tidak ingin dia kembali ke rumah saya. Karena mungkin anda kecewa mungkin takut anak anda terluka lagi. Jadi, anda ingin melindunginya mungkin. " tuduh
"Astaga, jadi itu penyebabnya kau kelihatan tersengal-sengal. Karena kau dikejar oleh tuan Adam. Kasihan sekali kau. Tapi, tuan Adam tidak tahu kan, kalau kau tinggal di sini?" tanya Alex sedikit kuatir. "Tidak, tuan. Aku sudah pastikan dia tidak mengikutiku kesini." ujar Kirana pelan. Kirana tidak yakin pada dirinya sendiri. Tidak yakin apakah tuan Adam benar tidak mengikutinya atau tidak? Tapi, setau Kirana tidak mengikutinya. "Uh, hampir saja jadi masalah. Kalo tuan Adam mengikutiku sampai kemari. Aku bisa kena marah oleh tuan Alex. Dan, pastinya aku akan merasa tidak enak karena susah menumpang di sini. Malah akan membawa mereka ke dalam masalah baru. Tuan Adam, tuan Adam memang pria yang satu itu sangat menyusahkan sekali. Jangan sampai aku berurusan dengan pria yang satu itu sekali lagi. "batin Kirana dalam hati.