"So, bagaimana dengan pekerjaanmu?" "Sudah berapa lama aku bergelut dalam bidang perkerjaan ini? Sampai hari ini diriku masih tidak percaya jika pada akhirnya memilih menjadi seorang dosen daripada menjadi dokter." malam itu Mika memesan jus orange, membasahi kerongkongannya, mengeluh seraya memainkan ekspresi yang ia punya. Si sang ketua kelas nampak mengeluh dengan pekerjaannya, namun siapapun bisa melihat jika ia juga menikmati pekerjaan itu."Kau pasti dosen killer yang suka menyulitkan mahasiswa.""Atau dosen yang selalu dihindari oleh mahasiswa. Kau tahu, pada kelas tertentu, murid akan berusaha untuk mengambil kelas selain kelas Ms. Mika tetapi karena sudah penuh, mereka sudah melihat nilai jelek di awal semester." timpal Yui beserta Vallery secara bersamaan."Aku hanya seseorang yang susah untuk di senangkan, jika kau bukan orang yang sabar, maka jangan harap mendapat perhatian dariku." Vallery dan Yui bersorak bersama. Nyatanya, Mika tidak menmbantah tuduhan mereka padanya.
"Stupid Evan." Blue Evander, yang terlihat jauh lebih dewasa, meninggalkan tampilan remaja kekanakan yang di dalam ingatan Yui memberinya sebuah senyuman nan penuh kharisma. Andai saja mereka tidak pernah saling mengenal, Yui akan berpikir Blue Evander adalah seorang pria kalem, berwibawa— yang hanya berbicara satu hingga dua patah kata. "Hanya kau yang berani memanggilku dengan panggilan itu, Zhu Yui." Evan menempati sebuah kursi kosong di samping Mika. Ia memanggil pelayan, memesan minumannya. "JIka kau lupa maka aku akan ingatkan lagi. Terima kasih kepadamu karena sampai sekarang, sekolah masih memanggilku 'Crazy Yui'." orang yang beralari ke sana kemari meneriakan namanya tanpa malu hingga bisa didengar oleh seisi sekolah adalah Blue Evander, untuk marahpun ia tidak bisa sebab panggilan itu sudah melekat padanya. Ini adalah tawa kecil dari Evan yang membawa Yui ikut tertawa. "Jadi, Xian Mika? bukankah aku sudah menjelaskan padamu jika itu tidak masalah untukku? Jika khawatir ak
"Eh... apa kalian baik-baik saja?" sekeliling Hinode mendadak hening dan sunyi. tiga pasang mata menatap ke arahnya, Vallery beserta baby kecil mereka bergantian, dengan ekspresi yang menunjukan bahwa mereka sedang mencerna perkataanya. Bersamaan dengan itu, mata bulat Veignir juga tidak bisa untuk tidak tertarik kepada orang-orang dewasa yang meilhatnya seperti melihat hantu. Tidak seperti teman-temannya yang sudah terkejut, Vallery malah tertawa, memeluk putri kecilnya sambil mencium pipi Hinode manja. Apa-apaan itu? batin Yui, dan Mika serentak. "Apa kalian ingin membuatku marah?" itu adalah Xian Mika yang akhirnya kembali dari loading panjang. Tangan sang dosen terlipat di depan dada, memberi tatapan penghakiman kepada dua sahabatnya. Ini adalah berita bagus, tetapi kedua orang ini malah tidak mengatakan apapun. Jika Mika saja tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan mereka berdua, apalagi Yui yang kehilangan kontak dengan teman-teman sekolahnya. Sejak sekolah baik Hinode atau
"Hallo." Zhu Yui mengangkat telepon setelah berada di luar cafe. Ia menyembunyikan dirinya di bawah kaca besar di samping cafe, memastikan ia bisa mendengar sambungan suara terdengar jelas. "Yui." suara sang ibu menyapa dari balik telepon, "ibu." jawabnya. "Apa ibu butuh sesuatu?" tanyanya. Yui memastikan jika sang ibu baik-baik saja. Beberapa tahun terakhir, bukanlah tahun yang bagus untuk ibunya, sebab kesehatan sang ayah yang semakin buruk. "Tidak, ibu hanya ingin menanyakan keadaanmu." Yui menjadi bersalah karena akhir-akhir ini pekerjaannya terlalu banyak hingga tidak sempat menghubungi sang ibu. Yui menyamankan dirinya, dari suara sang ibu, tidak hal genting yang sedang terjadi. "Aku baik-baik saja, ibu tidak perlu khawatir. Aku minta maaf tidak menghubungi ibu belakangan ini." "Ah tidak apa, ibu tau jika Yui kecil kami sangat sibuk bekerja di luar sana." Yui tersenyum, dia sudah besar, sudah 25 tahun, tetapi di mata ibunya dia masih gadis kecil yang berlari ke rumah sambil
Semakin malam, acara reuni dadakan Weilai International High School semakin ramai. Para alumni mulai berdatangan. Setelah mematikan panggilannya dengan sang ibu, Yui mendengar sorakan ketika akan masuk ka dalam cafe. Tidak lama juga setelah itu, musik ballad mengalun, memenuhi seluruh ruangan. Biasanya semakin malam musik yang dimainkan akan semakin keras. Yui yakin jika seseorang sudah menjadi korban dan dipaksa bernyanyi untuk semua tamu yang telah datang. Musik yang dimainkan sangat sendu dengan iringan piano beserta violin. Di mana kamu bersembunyi, sayangkuApakah kamu masih memiliki sesuatu di pikiran mu Yui menghentikan langkahnya, setelah mendengar suara yang bernyanyi. Langkahnya menjadi sangat pelan, seiring dengan lagu yang terus dimainkan. Hidup tidak seburuk yang kita pikirkanHanya saja orang lain tidak akan membiarkan kita disalahkan Dari tempatnya berdiri, Zhu Yui sekarang bisa melihat jelas siapa orang yang bernyanyi. Avery Aiden, dia tidak menggunakan jas yang se
Kembali ke meja tempat teman-temannya berada, Yui menemukan Aiden juga di sana, duduk di sebelah kursi yang ia duduki sebelumnya. Yui merenggangkan wajah dan seluruh tubuh, berusaha untuk terlihat biasa, tidak ingin memperlihatkan semua emosinya dengan jelas. "Lagu yang bagus dan suara yang bagus." "Apa yang tidak bisa kau lakukan, huh? Suaramu bahkan tidak kalah dari penyanyi-penyanyi yang bekerja untuk perusahaanmu." pembicaraan mereka terdengar bersamaan dengan langkah kaki Yui yang juga semakin mendekat. "Oh Yui kau kembali!" Evan adalah orang pertama yang menyadari kedatangannya. Yui menjawab dengan gumaman sederhana sebelum duduk di satu-satunya kursi kosong di meja itu. Ia meneguk gelasnya yang sudah habis setengah. Ini pertama kali mereka bertemu setelah kejadian di pantai, dari balik gelasnya, Yui dapat merasakan tatapan Aiden padanya. "Kau melewatkan penampilan Aiden! Sang pengeran sekolah bernyanyi untuk rakyat jelata seperti kita semua!" entah siapa yang berteriak, nam
"Hei Aiden! Ayo sini! Kau belum menyapa kami! Kalian berdua juga!" Noah— salah satu anggota tim baseball putra WISH merangkul bahu Aiden dari belakang. Senyuman lebar ia tampilkan, "Ladies... aku pinjam mereka dulu, ok." ujarnya sebelum membawa Aiden bersama Hinode beserta Evan dari meja mereka."Jika kau pergi, bawa anakmu bersamamu. Hinode Tsuyo." Hinode mengambil Veigner dari tangan Mika, menggendongnya untuk menyusul yang lain."Kalian tenang saja. Hinode sering membawa Veigner ke pesta kecil klubnya. Kami sengaja mencara tempat yang ramah untuk anak-anak. Jika keadaan semakin tidak terkendali, kami akan pulang." tutur Vallery seolah membaca pikiran dua temannya. Sebagian orang akan berpikir jika mereka bukanlah orang tua yang baik membawa anak kecil ke tempat seperti ini, belum lagi tidak sedikit yang sudah mabuk. But hell no, siapapun tidak berhak menghakiminya!"Ya. Aku akan memasang mata untuk suamimu, memastikan dia tidak minum malam ini." ujar Mika. pembicaraan mereka berla
"Titip apanya, dia pikir dia ayahmu." di luar, secara samar, Yui bisa mendengar ucapan Aiden yang pelan. Pria itu seperti berbicara pada dirinya sendiri."Aiden, bsiakah kau melepaskan tanganku?""Oh, maaf." Aiden sontak melepaskan tangan Yui dari cengkramannya. Mereka berhenti di tempat parkir."Kau tunggu di sini, aku akan mengambil mobil." Aiden yang hendak pergi mengambil mobilnya yang terparkir terhenti ketika Yui berbicara, "aku tidak pernah mengatakan akan pulang denganmu."Dari tempatnya berdiri, bagaimana kalutnya Aiden terlihat dengan jelas, akan tetapi Yui hanya berdiri di sana, melipat tangannya. Ia adalah wanita yang memiliki harga diri yang tinggi, hanya karena Aiden bilang akan mengantarnya pulang, bukan berarti ia akan pulang dengan sang boss.Di tempat parkir yang sunyi, hanya ada mereka berdua. Ada Aiden yang berdiri melihat ke arahnya dengan pandangan lelah, "apa kau ingin menikmati udara segar?" tanyanya.....Pada akhirnya, Yui berjalan bersama Aiden di taman kota