"Eh... apa kalian baik-baik saja?" sekeliling Hinode mendadak hening dan sunyi. tiga pasang mata menatap ke arahnya, Vallery beserta baby kecil mereka bergantian, dengan ekspresi yang menunjukan bahwa mereka sedang mencerna perkataanya. Bersamaan dengan itu, mata bulat Veignir juga tidak bisa untuk tidak tertarik kepada orang-orang dewasa yang meilhatnya seperti melihat hantu. Tidak seperti teman-temannya yang sudah terkejut, Vallery malah tertawa, memeluk putri kecilnya sambil mencium pipi Hinode manja. Apa-apaan itu? batin Yui, dan Mika serentak. "Apa kalian ingin membuatku marah?" itu adalah Xian Mika yang akhirnya kembali dari loading panjang. Tangan sang dosen terlipat di depan dada, memberi tatapan penghakiman kepada dua sahabatnya. Ini adalah berita bagus, tetapi kedua orang ini malah tidak mengatakan apapun. Jika Mika saja tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan mereka berdua, apalagi Yui yang kehilangan kontak dengan teman-teman sekolahnya. Sejak sekolah baik Hinode atau
"Hallo." Zhu Yui mengangkat telepon setelah berada di luar cafe. Ia menyembunyikan dirinya di bawah kaca besar di samping cafe, memastikan ia bisa mendengar sambungan suara terdengar jelas. "Yui." suara sang ibu menyapa dari balik telepon, "ibu." jawabnya. "Apa ibu butuh sesuatu?" tanyanya. Yui memastikan jika sang ibu baik-baik saja. Beberapa tahun terakhir, bukanlah tahun yang bagus untuk ibunya, sebab kesehatan sang ayah yang semakin buruk. "Tidak, ibu hanya ingin menanyakan keadaanmu." Yui menjadi bersalah karena akhir-akhir ini pekerjaannya terlalu banyak hingga tidak sempat menghubungi sang ibu. Yui menyamankan dirinya, dari suara sang ibu, tidak hal genting yang sedang terjadi. "Aku baik-baik saja, ibu tidak perlu khawatir. Aku minta maaf tidak menghubungi ibu belakangan ini." "Ah tidak apa, ibu tau jika Yui kecil kami sangat sibuk bekerja di luar sana." Yui tersenyum, dia sudah besar, sudah 25 tahun, tetapi di mata ibunya dia masih gadis kecil yang berlari ke rumah sambil
Semakin malam, acara reuni dadakan Weilai International High School semakin ramai. Para alumni mulai berdatangan. Setelah mematikan panggilannya dengan sang ibu, Yui mendengar sorakan ketika akan masuk ka dalam cafe. Tidak lama juga setelah itu, musik ballad mengalun, memenuhi seluruh ruangan. Biasanya semakin malam musik yang dimainkan akan semakin keras. Yui yakin jika seseorang sudah menjadi korban dan dipaksa bernyanyi untuk semua tamu yang telah datang. Musik yang dimainkan sangat sendu dengan iringan piano beserta violin. Di mana kamu bersembunyi, sayangkuApakah kamu masih memiliki sesuatu di pikiran mu Yui menghentikan langkahnya, setelah mendengar suara yang bernyanyi. Langkahnya menjadi sangat pelan, seiring dengan lagu yang terus dimainkan. Hidup tidak seburuk yang kita pikirkanHanya saja orang lain tidak akan membiarkan kita disalahkan Dari tempatnya berdiri, Zhu Yui sekarang bisa melihat jelas siapa orang yang bernyanyi. Avery Aiden, dia tidak menggunakan jas yang se
Kembali ke meja tempat teman-temannya berada, Yui menemukan Aiden juga di sana, duduk di sebelah kursi yang ia duduki sebelumnya. Yui merenggangkan wajah dan seluruh tubuh, berusaha untuk terlihat biasa, tidak ingin memperlihatkan semua emosinya dengan jelas. "Lagu yang bagus dan suara yang bagus." "Apa yang tidak bisa kau lakukan, huh? Suaramu bahkan tidak kalah dari penyanyi-penyanyi yang bekerja untuk perusahaanmu." pembicaraan mereka terdengar bersamaan dengan langkah kaki Yui yang juga semakin mendekat. "Oh Yui kau kembali!" Evan adalah orang pertama yang menyadari kedatangannya. Yui menjawab dengan gumaman sederhana sebelum duduk di satu-satunya kursi kosong di meja itu. Ia meneguk gelasnya yang sudah habis setengah. Ini pertama kali mereka bertemu setelah kejadian di pantai, dari balik gelasnya, Yui dapat merasakan tatapan Aiden padanya. "Kau melewatkan penampilan Aiden! Sang pengeran sekolah bernyanyi untuk rakyat jelata seperti kita semua!" entah siapa yang berteriak, nam
"Hei Aiden! Ayo sini! Kau belum menyapa kami! Kalian berdua juga!" Noah— salah satu anggota tim baseball putra WISH merangkul bahu Aiden dari belakang. Senyuman lebar ia tampilkan, "Ladies... aku pinjam mereka dulu, ok." ujarnya sebelum membawa Aiden bersama Hinode beserta Evan dari meja mereka."Jika kau pergi, bawa anakmu bersamamu. Hinode Tsuyo." Hinode mengambil Veigner dari tangan Mika, menggendongnya untuk menyusul yang lain."Kalian tenang saja. Hinode sering membawa Veigner ke pesta kecil klubnya. Kami sengaja mencara tempat yang ramah untuk anak-anak. Jika keadaan semakin tidak terkendali, kami akan pulang." tutur Vallery seolah membaca pikiran dua temannya. Sebagian orang akan berpikir jika mereka bukanlah orang tua yang baik membawa anak kecil ke tempat seperti ini, belum lagi tidak sedikit yang sudah mabuk. But hell no, siapapun tidak berhak menghakiminya!"Ya. Aku akan memasang mata untuk suamimu, memastikan dia tidak minum malam ini." ujar Mika. pembicaraan mereka berla
"Titip apanya, dia pikir dia ayahmu." di luar, secara samar, Yui bisa mendengar ucapan Aiden yang pelan. Pria itu seperti berbicara pada dirinya sendiri."Aiden, bsiakah kau melepaskan tanganku?""Oh, maaf." Aiden sontak melepaskan tangan Yui dari cengkramannya. Mereka berhenti di tempat parkir."Kau tunggu di sini, aku akan mengambil mobil." Aiden yang hendak pergi mengambil mobilnya yang terparkir terhenti ketika Yui berbicara, "aku tidak pernah mengatakan akan pulang denganmu."Dari tempatnya berdiri, bagaimana kalutnya Aiden terlihat dengan jelas, akan tetapi Yui hanya berdiri di sana, melipat tangannya. Ia adalah wanita yang memiliki harga diri yang tinggi, hanya karena Aiden bilang akan mengantarnya pulang, bukan berarti ia akan pulang dengan sang boss.Di tempat parkir yang sunyi, hanya ada mereka berdua. Ada Aiden yang berdiri melihat ke arahnya dengan pandangan lelah, "apa kau ingin menikmati udara segar?" tanyanya.....Pada akhirnya, Yui berjalan bersama Aiden di taman kota
Yui berhenti, walaupun tidak senang dengan tatapan dan cara sang nyonya berbicara padanya, namun ia masih harus menghormati yang lebih tua, jadi dengan mantap ia menjawab, "ya... aku mencari Aiden." entah apa yang salah dengan perkataannya hingga sang nyonya terlihat semakin tidak senang.Matanya yang tajam menelusuri Yui dari atas sampai bawah, melihat nama yang ada di seragamnya. "Zhu... Yui..." gumamnya. "Apa kau tahu jika ini adalah lantai dimana murid kelas atas berada?""Ya." jawab Yui, tidak begitu menangkap apa maksud dari nyonya ini."Lalu kau pasti tahu jika kau— orang-orang kelas bawah sepertimu tidak seharusnya berada di sini. Ada alasan kenapa kelas atas berada jauh di atas, sedangkan kalian berada di bawah." ujar sang wanita, seluruh tatapan matanya melihat Yui dengan pandangan jijik, "Apa kau paham maksudku?" tanyanya tajam."Aku pikir aku tidak paham maksud anda. Tidak ada peraturan yang melarang murid kemanapun mereka mau, baik kelas bawah ke kelas atas ataupun sebali
Dua hari setelah kejadian, Zhu Yui— sang gadis lower class masih belum bisa lepas dari kejadian tempo hari di saat ia bertemu dengan ibu Avery Aiden yang juga kekasihnya. Banyak hal yang membekas dalam dirinya sejak hari itu, termasuk pamahamannya yang masih belum melihat seluruh dunia juga orang-orang yang ada di dalamnya. Selama ini yang ia tahu hanyalah para kelas atas akan menganggap rendah mereka si kaum bawah, sayangnya semuanya tidak sesederhana itu. Mungkin selama ini ia hanya bertemu kelas atas dari sekolahnya, tidak dengan bagaimana mereka yang sebenarnya ada di luar sana. Seperti seorang wanita paruh baya yang telah ia temui, seorang wanita yang berada di puncak hierarki, seseorang yang membuat tubuhnya bergetar ketakutan. Bukan hanya kata-katanya, namun juga ekspresi yang ditampilkan, memperlihat seolah Yui adalah orang terburuk di muka bumi. Bukan hanya itu, ia juga masih belum melupakan tatapan Aiden hari itu padanya. Tatapan yang ia sendiri tidak mengerti artinya.