Semakin malam, acara reuni dadakan Weilai International High School semakin ramai. Para alumni mulai berdatangan. Setelah mematikan panggilannya dengan sang ibu, Yui mendengar sorakan ketika akan masuk ka dalam cafe. Tidak lama juga setelah itu, musik ballad mengalun, memenuhi seluruh ruangan. Biasanya semakin malam musik yang dimainkan akan semakin keras. Yui yakin jika seseorang sudah menjadi korban dan dipaksa bernyanyi untuk semua tamu yang telah datang. Musik yang dimainkan sangat sendu dengan iringan piano beserta violin. Di mana kamu bersembunyi, sayangkuApakah kamu masih memiliki sesuatu di pikiran mu Yui menghentikan langkahnya, setelah mendengar suara yang bernyanyi. Langkahnya menjadi sangat pelan, seiring dengan lagu yang terus dimainkan. Hidup tidak seburuk yang kita pikirkanHanya saja orang lain tidak akan membiarkan kita disalahkan Dari tempatnya berdiri, Zhu Yui sekarang bisa melihat jelas siapa orang yang bernyanyi. Avery Aiden, dia tidak menggunakan jas yang se
Kembali ke meja tempat teman-temannya berada, Yui menemukan Aiden juga di sana, duduk di sebelah kursi yang ia duduki sebelumnya. Yui merenggangkan wajah dan seluruh tubuh, berusaha untuk terlihat biasa, tidak ingin memperlihatkan semua emosinya dengan jelas. "Lagu yang bagus dan suara yang bagus." "Apa yang tidak bisa kau lakukan, huh? Suaramu bahkan tidak kalah dari penyanyi-penyanyi yang bekerja untuk perusahaanmu." pembicaraan mereka terdengar bersamaan dengan langkah kaki Yui yang juga semakin mendekat. "Oh Yui kau kembali!" Evan adalah orang pertama yang menyadari kedatangannya. Yui menjawab dengan gumaman sederhana sebelum duduk di satu-satunya kursi kosong di meja itu. Ia meneguk gelasnya yang sudah habis setengah. Ini pertama kali mereka bertemu setelah kejadian di pantai, dari balik gelasnya, Yui dapat merasakan tatapan Aiden padanya. "Kau melewatkan penampilan Aiden! Sang pengeran sekolah bernyanyi untuk rakyat jelata seperti kita semua!" entah siapa yang berteriak, nam
"Hei Aiden! Ayo sini! Kau belum menyapa kami! Kalian berdua juga!" Noah— salah satu anggota tim baseball putra WISH merangkul bahu Aiden dari belakang. Senyuman lebar ia tampilkan, "Ladies... aku pinjam mereka dulu, ok." ujarnya sebelum membawa Aiden bersama Hinode beserta Evan dari meja mereka."Jika kau pergi, bawa anakmu bersamamu. Hinode Tsuyo." Hinode mengambil Veigner dari tangan Mika, menggendongnya untuk menyusul yang lain."Kalian tenang saja. Hinode sering membawa Veigner ke pesta kecil klubnya. Kami sengaja mencara tempat yang ramah untuk anak-anak. Jika keadaan semakin tidak terkendali, kami akan pulang." tutur Vallery seolah membaca pikiran dua temannya. Sebagian orang akan berpikir jika mereka bukanlah orang tua yang baik membawa anak kecil ke tempat seperti ini, belum lagi tidak sedikit yang sudah mabuk. But hell no, siapapun tidak berhak menghakiminya!"Ya. Aku akan memasang mata untuk suamimu, memastikan dia tidak minum malam ini." ujar Mika. pembicaraan mereka berla
"Titip apanya, dia pikir dia ayahmu." di luar, secara samar, Yui bisa mendengar ucapan Aiden yang pelan. Pria itu seperti berbicara pada dirinya sendiri."Aiden, bsiakah kau melepaskan tanganku?""Oh, maaf." Aiden sontak melepaskan tangan Yui dari cengkramannya. Mereka berhenti di tempat parkir."Kau tunggu di sini, aku akan mengambil mobil." Aiden yang hendak pergi mengambil mobilnya yang terparkir terhenti ketika Yui berbicara, "aku tidak pernah mengatakan akan pulang denganmu."Dari tempatnya berdiri, bagaimana kalutnya Aiden terlihat dengan jelas, akan tetapi Yui hanya berdiri di sana, melipat tangannya. Ia adalah wanita yang memiliki harga diri yang tinggi, hanya karena Aiden bilang akan mengantarnya pulang, bukan berarti ia akan pulang dengan sang boss.Di tempat parkir yang sunyi, hanya ada mereka berdua. Ada Aiden yang berdiri melihat ke arahnya dengan pandangan lelah, "apa kau ingin menikmati udara segar?" tanyanya.....Pada akhirnya, Yui berjalan bersama Aiden di taman kota
Yui berhenti, walaupun tidak senang dengan tatapan dan cara sang nyonya berbicara padanya, namun ia masih harus menghormati yang lebih tua, jadi dengan mantap ia menjawab, "ya... aku mencari Aiden." entah apa yang salah dengan perkataannya hingga sang nyonya terlihat semakin tidak senang.Matanya yang tajam menelusuri Yui dari atas sampai bawah, melihat nama yang ada di seragamnya. "Zhu... Yui..." gumamnya. "Apa kau tahu jika ini adalah lantai dimana murid kelas atas berada?""Ya." jawab Yui, tidak begitu menangkap apa maksud dari nyonya ini."Lalu kau pasti tahu jika kau— orang-orang kelas bawah sepertimu tidak seharusnya berada di sini. Ada alasan kenapa kelas atas berada jauh di atas, sedangkan kalian berada di bawah." ujar sang wanita, seluruh tatapan matanya melihat Yui dengan pandangan jijik, "Apa kau paham maksudku?" tanyanya tajam."Aku pikir aku tidak paham maksud anda. Tidak ada peraturan yang melarang murid kemanapun mereka mau, baik kelas bawah ke kelas atas ataupun sebali
Dua hari setelah kejadian, Zhu Yui— sang gadis lower class masih belum bisa lepas dari kejadian tempo hari di saat ia bertemu dengan ibu Avery Aiden yang juga kekasihnya. Banyak hal yang membekas dalam dirinya sejak hari itu, termasuk pamahamannya yang masih belum melihat seluruh dunia juga orang-orang yang ada di dalamnya. Selama ini yang ia tahu hanyalah para kelas atas akan menganggap rendah mereka si kaum bawah, sayangnya semuanya tidak sesederhana itu. Mungkin selama ini ia hanya bertemu kelas atas dari sekolahnya, tidak dengan bagaimana mereka yang sebenarnya ada di luar sana. Seperti seorang wanita paruh baya yang telah ia temui, seorang wanita yang berada di puncak hierarki, seseorang yang membuat tubuhnya bergetar ketakutan. Bukan hanya kata-katanya, namun juga ekspresi yang ditampilkan, memperlihat seolah Yui adalah orang terburuk di muka bumi. Bukan hanya itu, ia juga masih belum melupakan tatapan Aiden hari itu padanya. Tatapan yang ia sendiri tidak mengerti artinya.
"Itu sudah lama berlalu, aku bahkan tidak ingat lagi dengan kejadian itu." Meskipun samar dalam ingatannya, namun tidak untuk rasa sakit yang masih tertanam dengan jelas. Hari itu seperti hari dimana matanya terbuka untuk melihat dunia yang tidak ia ketahui. Ia tidak memikirkan rasa malu dengan perlakuan nyonya Avery, akan tetapi setiap kata yang ia terima seolah menusuk jantungnya lebih dalam. Belum lagi sebuah fakta yang akhirnya ia sadari— jika selama ini Aiden tidak memiliki rasa yang sama dengannya. "Aku masih ingin meminta maaf kepadamu." Yui mengangguk. Kenangan lama yang sudah lama ia lupakan, ia juga tidak menaruh dendam kepada siapapun. "Apa hanya itu yang ingin kau katakan?" tanya Yui lagi. "Jika kau hanya ingin meminta maaf, aku rasa itu tidak perlu. Aku sudah lama memaafkanmu." "Terima kasih." dia terdiam, berpikir untuk beberapa saat sedangkan di sebelahnya Yui masih tidak melepaskan pandangannya pada tarian air mancur. "Zhu Yui, apa kau mau menikah denganku?" pandan
Kehidupannya berjalan lancar selama beberapa bulan ini, termasuk hubungannya dengan Aiden. Mengabaikan seluruh gosip yang beredar, Aiden bahkan lebih berani lagi dan mengundang Yui untuk datang ke pesta ulang tahunnya. Namun karena itu adalah pesta yang pasti dihadiri oleh kalangan kelas atas, Yui tidak berani untuk datang, sebagai gantinya ia memberikan sebuah hadiah untuk Aiden beserta ucapan maaf."Jika seseorang melihat ini, gosip baru akan tersebar di seluruh kantor." goda Aiden, terlihat senang dengan hadiah yang ia dapatkan."Apa kau pikir aku peduli, orang-orang tidak akan memanggilku dengan sebutan Crazy Yui jika aku takut dengan gosip." Ketika jam isirahat, Zhu Yui menarik paksa sang Presdir untuk mengikutinya ke salah satu balkon di gedung perusahaan. Sama-sama menyandarkan tubuh mereka pada balkon, tidak sengaja dua bahu itu bersentuhan, mengalirkan rasa panas diseluruh tubuh Yui. Padahal udara yang berhembus begitu dingin."Jika mereka tahu jika kau mengejarku saat sekola