"Hei Aiden! Ayo sini! Kau belum menyapa kami! Kalian berdua juga!" Noah— salah satu anggota tim baseball putra WISH merangkul bahu Aiden dari belakang. Senyuman lebar ia tampilkan, "Ladies... aku pinjam mereka dulu, ok." ujarnya sebelum membawa Aiden bersama Hinode beserta Evan dari meja mereka."Jika kau pergi, bawa anakmu bersamamu. Hinode Tsuyo." Hinode mengambil Veigner dari tangan Mika, menggendongnya untuk menyusul yang lain."Kalian tenang saja. Hinode sering membawa Veigner ke pesta kecil klubnya. Kami sengaja mencara tempat yang ramah untuk anak-anak. Jika keadaan semakin tidak terkendali, kami akan pulang." tutur Vallery seolah membaca pikiran dua temannya. Sebagian orang akan berpikir jika mereka bukanlah orang tua yang baik membawa anak kecil ke tempat seperti ini, belum lagi tidak sedikit yang sudah mabuk. But hell no, siapapun tidak berhak menghakiminya!"Ya. Aku akan memasang mata untuk suamimu, memastikan dia tidak minum malam ini." ujar Mika. pembicaraan mereka berla
"Titip apanya, dia pikir dia ayahmu." di luar, secara samar, Yui bisa mendengar ucapan Aiden yang pelan. Pria itu seperti berbicara pada dirinya sendiri."Aiden, bsiakah kau melepaskan tanganku?""Oh, maaf." Aiden sontak melepaskan tangan Yui dari cengkramannya. Mereka berhenti di tempat parkir."Kau tunggu di sini, aku akan mengambil mobil." Aiden yang hendak pergi mengambil mobilnya yang terparkir terhenti ketika Yui berbicara, "aku tidak pernah mengatakan akan pulang denganmu."Dari tempatnya berdiri, bagaimana kalutnya Aiden terlihat dengan jelas, akan tetapi Yui hanya berdiri di sana, melipat tangannya. Ia adalah wanita yang memiliki harga diri yang tinggi, hanya karena Aiden bilang akan mengantarnya pulang, bukan berarti ia akan pulang dengan sang boss.Di tempat parkir yang sunyi, hanya ada mereka berdua. Ada Aiden yang berdiri melihat ke arahnya dengan pandangan lelah, "apa kau ingin menikmati udara segar?" tanyanya.....Pada akhirnya, Yui berjalan bersama Aiden di taman kota
Yui berhenti, walaupun tidak senang dengan tatapan dan cara sang nyonya berbicara padanya, namun ia masih harus menghormati yang lebih tua, jadi dengan mantap ia menjawab, "ya... aku mencari Aiden." entah apa yang salah dengan perkataannya hingga sang nyonya terlihat semakin tidak senang.Matanya yang tajam menelusuri Yui dari atas sampai bawah, melihat nama yang ada di seragamnya. "Zhu... Yui..." gumamnya. "Apa kau tahu jika ini adalah lantai dimana murid kelas atas berada?""Ya." jawab Yui, tidak begitu menangkap apa maksud dari nyonya ini."Lalu kau pasti tahu jika kau— orang-orang kelas bawah sepertimu tidak seharusnya berada di sini. Ada alasan kenapa kelas atas berada jauh di atas, sedangkan kalian berada di bawah." ujar sang wanita, seluruh tatapan matanya melihat Yui dengan pandangan jijik, "Apa kau paham maksudku?" tanyanya tajam."Aku pikir aku tidak paham maksud anda. Tidak ada peraturan yang melarang murid kemanapun mereka mau, baik kelas bawah ke kelas atas ataupun sebali
Dua hari setelah kejadian, Zhu Yui— sang gadis lower class masih belum bisa lepas dari kejadian tempo hari di saat ia bertemu dengan ibu Avery Aiden yang juga kekasihnya. Banyak hal yang membekas dalam dirinya sejak hari itu, termasuk pamahamannya yang masih belum melihat seluruh dunia juga orang-orang yang ada di dalamnya. Selama ini yang ia tahu hanyalah para kelas atas akan menganggap rendah mereka si kaum bawah, sayangnya semuanya tidak sesederhana itu. Mungkin selama ini ia hanya bertemu kelas atas dari sekolahnya, tidak dengan bagaimana mereka yang sebenarnya ada di luar sana. Seperti seorang wanita paruh baya yang telah ia temui, seorang wanita yang berada di puncak hierarki, seseorang yang membuat tubuhnya bergetar ketakutan. Bukan hanya kata-katanya, namun juga ekspresi yang ditampilkan, memperlihat seolah Yui adalah orang terburuk di muka bumi. Bukan hanya itu, ia juga masih belum melupakan tatapan Aiden hari itu padanya. Tatapan yang ia sendiri tidak mengerti artinya.
"Itu sudah lama berlalu, aku bahkan tidak ingat lagi dengan kejadian itu." Meskipun samar dalam ingatannya, namun tidak untuk rasa sakit yang masih tertanam dengan jelas. Hari itu seperti hari dimana matanya terbuka untuk melihat dunia yang tidak ia ketahui. Ia tidak memikirkan rasa malu dengan perlakuan nyonya Avery, akan tetapi setiap kata yang ia terima seolah menusuk jantungnya lebih dalam. Belum lagi sebuah fakta yang akhirnya ia sadari— jika selama ini Aiden tidak memiliki rasa yang sama dengannya. "Aku masih ingin meminta maaf kepadamu." Yui mengangguk. Kenangan lama yang sudah lama ia lupakan, ia juga tidak menaruh dendam kepada siapapun. "Apa hanya itu yang ingin kau katakan?" tanya Yui lagi. "Jika kau hanya ingin meminta maaf, aku rasa itu tidak perlu. Aku sudah lama memaafkanmu." "Terima kasih." dia terdiam, berpikir untuk beberapa saat sedangkan di sebelahnya Yui masih tidak melepaskan pandangannya pada tarian air mancur. "Zhu Yui, apa kau mau menikah denganku?" pandan
Kehidupannya berjalan lancar selama beberapa bulan ini, termasuk hubungannya dengan Aiden. Mengabaikan seluruh gosip yang beredar, Aiden bahkan lebih berani lagi dan mengundang Yui untuk datang ke pesta ulang tahunnya. Namun karena itu adalah pesta yang pasti dihadiri oleh kalangan kelas atas, Yui tidak berani untuk datang, sebagai gantinya ia memberikan sebuah hadiah untuk Aiden beserta ucapan maaf."Jika seseorang melihat ini, gosip baru akan tersebar di seluruh kantor." goda Aiden, terlihat senang dengan hadiah yang ia dapatkan."Apa kau pikir aku peduli, orang-orang tidak akan memanggilku dengan sebutan Crazy Yui jika aku takut dengan gosip." Ketika jam isirahat, Zhu Yui menarik paksa sang Presdir untuk mengikutinya ke salah satu balkon di gedung perusahaan. Sama-sama menyandarkan tubuh mereka pada balkon, tidak sengaja dua bahu itu bersentuhan, mengalirkan rasa panas diseluruh tubuh Yui. Padahal udara yang berhembus begitu dingin."Jika mereka tahu jika kau mengejarku saat sekola
Tidak jauh berbeda dengan hari yang biasa, kegiatan Zhu Yui berjalan seperti yang sudah-sudah. Bedanya hanya cuaca yang jauh lebih dingin hingga ia harus menggunakan pakaian yang sangat tebal, lalu, setelah sampai di kantor yang hangat Yui duduk tenang dengan asap kopinya yang masih mengepul. Saat itu masih pukul 10 pagi, Freya di sebelah berbisik. "Ada apa dengannya?" tanya gadis itu menyaksikan manajer mereka— manajer Lin yang berlari dengan tergesa-gesa. Tidak lama kemudian, seseorang datang dan mereka berdiri menyambut sopan siapapun orang itu. Biasanya berita berhembus sangat cepat di kantor, tapi hari ini tidak ada yang tahu siapa yang berkunjung. Tidak perlu waktu lama sebelum Yui melihat seorang wanita paruh baya yang berjalan paling depan. Meskipun beberapa helai rambutnya sudah berubah dengan warna putih, tidak mempengaruhi penampilan sang wanita. Caranya berjalan, tatapannya beserta aura yang mengelilinginya, mengingatkan Yui kembali di waktu pertama mereka bertemu. Yui
"Yui, apa kau sudah selesai?" "Sudah bu!" Zhu Yui menyahut, suaranya terdengar hingga ke pintu luar dimana nyonya Zhu sudah berdiri untuk menunggunya. Wanita paruh baya itu berdiri di atas tangga batu menuju rumah mereka yang sederhana. Intensitas salju yang turun di kota C lebih tinggi daripada ibu kota. Bunga-bunga yang beberapa bulan lalu masih tumbuh mekar di halaman rumah, kini sudah memutih bagai permadani putih. Dari dalam rumah, Zhu Yui dengan mantel, syal beserta sarung tangan berjalan cepat melewati setiap ruangan rumahnya yang terbuat dari kayu. Sesampainya di depan pintu rumah, udara menjadi jauh lebih dingin, ia memasang sepatu boot-nya di depan pintu rumah. "Udara hari ini lebih dingin dari kemaren." ujarnya. Seraya membawa keranjang. "Ya, ibu dengar hari ini akan ada badai salju. Kita harus tutup lebih awal hari ini." Yui mengangguk, pasangan ibu dan anak itu lalu pergi melewati jalanan putih. Jika diingat lagi, sudah berapa hari ia di sini? Di kampung halamanny